Universitas Bung Hatta

Menuju Perguruan Tinggi Berkelas Dunia

Bg Universitas Bung Hatta
Dr. Al Busyra Fuadi, ST, M.Sc, Doktor Baru Teknik Aristektur Universitas Bung Hatta
Kamis, 26 November 2015 Informasi Kampus

Dr. Al Busyra Fuadi, ST, M.Sc, Doktor Baru Teknik Aristektur Universitas Bung Hatta

Dr. Al Busyra Fuadi, ST, M.Sc dosen jurusan Teknik Aristektur Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta berhasil menyelesaikan program doktoralnya di Program Studi Ilmu Teknik Arsitektur dan Perencanaan Program Pascasarjana Universitas Gajah Mada Yogyakarta pada 20 Agustus 2015 lalu.

Dengan judul disertasi Basuo sebagai Basis Kebertahanan Ruang Ekonomi Tradisional Pakan Akad Payakumbuh yang dibimbing oleh Prof. Ir. Achmad Djunaedi, MUP, Ph.D sebagai ketua promotor dan anggotanya Prof. Ir. Sudaryono, M.Eng, Ph.D serta Ir. Ikaputra, M.Eng, Ph.D.

Al Busyra Fuadi melakukan penelitian mengenai pencarian makna pakan Akad yang merupakan wujud dari salah satu ruang lokal yang terdapat di Sumatera Barat khususnya di Payakumbuh. Melalui penelitian ini diharapkan gerakan “ba baliak ka nagari” yang telah mulai terasa gaungnya, sedikit demi sedikit dapat diwujudkan dan diharapkan mampu menjadi sebuah kekuatan dan pertimbangan dalam pembangunan di Payakumbuh khususnya, serta sebagai salah satu sumber ilmu pengetahuan lokal umumnya.

“Di Sumatera Barat, gerakan ba baliak ka nagari merupakan satu wujud pengejawantahan dari kebijakan tersebut. Namun ibaraik manyuruah anak pulang dari rantau, inilah tantangan besar yang harus dihadapi oleh masyarakat Minangkabau sekarang,” sebutnya pria kelahiran Payakumbuh pada 16 Januari 1981 ini.

Penelitian ini telah berhasil menemukan satu teori substantif yaitu ‘Basuo’ yang merupakan basis dalam kebertahanan ruang ekonomi tradisional pakan Akad yang terdapat di kota Payakumbuh. Basuo adalah makna transendental dari pakan Akad yang lahir dari segala aktivitas masyarakat yang berlangsung di pakan.

“Basuo juga dalam pemahaman masyarakat Payakumbuh adalah keteranyaman nilai yang terlahir dari perjumpaan-perjumpaan ‘mancari’ yang berlangsung di dalam pakan. Terdapat 3 nilai yang ditemukan dan lahir dari basuo/perjumpaan ini yaitu Iduik di Pakan, Badunsanak (saudara/kehidupan sosial) dan Barakaik (berkah),” paparnya.

Disampaikannya, kesimpulan yang berhasil dirumuskan dalam penelitian ini adalah dinamika ruang ekonomi tradisional sebagai konsep pembangun teori Basuo meliputi dinamika ruang, ide, dan aktivitas.

“Bentuk dinamika ruang dipahami dari adanya perubahan bentuk pakan, lokasi pakan, dan tempat berjualan. Dinamika ide dipahami dari kesepakatan dua nagari untuk membangun sebuah pakan yang baru, yang selanjutnya menjadi pakan gadang untuk luhak 50 kota, dan perubahannya menjadi pasar dengan mempertahankan ciri khas rotasi perdagangan sejak era kolonial hingga saat ini,” terangnya.

Tentunya dengan penelitian ini dapat memperkaya cara pandang terhadap fenomena dan realitas terhadap basuo di pakan. Dengan menggunakan metode fenomenologi, penelitian ini telah berhasil menguak esensi ruang ekonomi tradisional, pakan.

“Kemudian pada tataran praksis, temuan ini diharapkan semakin menguatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat Payakumbuh terkait dengan pakan yang masih mereka miliki tersebut sebagai salah satu ruang lokal yang lahir, hidup dan bertahan seiring dengan nilai hidup yang selalu mereka pegang,” imbuhnya. (**Ubay-Humas UBH)