Universitas Bung Hatta

Menuju Perguruan Tinggi Berkelas Dunia

Bg Universitas Bung Hatta
FKIP UBH Selenggarakan Pembekalan Mahasiswa Magang III Kependidikan
Minggu, 15 September 2019 Informasi Kampus

FKIP UBH Selenggarakan Pembekalan Mahasiswa Magang III Kependidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Bung Hatta menyelenggarakan "Pembekalan Mahasiswa Magang III Kependidikan" di Aula Gedung B3 Kampus 2 Universitas Bung Hatta (13/9/19).

Kegiatan ini dihadiri oleh Wakil Dekan FKIP, Dr. Syukmanetti, M. Si., dosen pembimbing magang, dan mahasiswa peserta magang yang terdiri atas Prodi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Pendidikan Matematika, Pendidikan Biologi, Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Pendidikan Bahasa Inggris, Pendidikan Kewarganegaraan, Pendidikan Teknik Informatika dan Komputer, dan Pendidikan Jasmani, Kesehatan, dan Rekreasi.

Pada kegiatan ini, diundang sebagai narasumbernya, Adib Alfikri, S.E., M. Si. (Kepala Dinas Pendidikan Prov. Sumatra Barat , Elyda Warnita, S. Pd. (Kepala SD N 03 Alai Padang), dan Dr. M. Sahnan, M. Pd.(Dosen FKIP UBH).

Adib Alfikri menyampaikan materi dengan tema, "Tantangan Pendidikan Masa Depan pada Revolusi Industri 4.0". "Tanpa kita sadari, hampir semua kehidupan sehari-hari kita ditunjang oleh kecanggihan teknologi. Contoh sederhananya, robot vacuum cleaner, berkembangnya teknologi autonomous vehicle ( mobil tanpa supir), drone, aplikasi media sosial, bioteknologi dan nanoteknologi dan masih banyak lagi. Bahkan, saat ini, sudah banyak sekali benda-benda baik benda kebutuhan rumah tangga, kebutuhan sekolah, pekerjaan, yang semuanya serba digital dan berteknologi wireless. Dunia saat ini sudah memasuki era revolusi industri generasi keempat atau biasa disebut dengan Revolusi Industri 4.0. Konsep revolusi industri 4.0 ini pertama kali diperkenalkan oleh Profesor Klaus Schwab, seorang ahli ekonomi ternama di dunia yang berasal dari Jerman sekaligus sebagai Founder dan Executive Chairman of the World Economic Forum pada Revolusi industri 4.0 merupakan fase keempat dari perjalanan sejarah revolusi industri yang dimulai pada abad ke -18.

Menurut Prof Schwab, dunia mengalami empat revolusi industri, yaitu terjadi sekitar tahun 1760-1840 atau pada abad ke-18. Revolusi industry pertama ini dipicu oleh pembangunan rel kereta api dan penemuan mesin uap. Kemudian, revolusi industri kedua yang dimulai pada akhir abad ke-19 dan awal abad 20, yaitu munculnya pembangkit tenaga listrik dan motor pembakaran dalam (combustion chamber). Dengan adanya penemuan tersebut ini memicu terciptanya penemuan-penemuan lain yang sangat mengubah dunia. Selanjutnya, di revolusi ketiga yang terjadi pada akhir abad 20 ini, yaitu berkembangnya teknologi digital dan internet.
Konsep revolusi industry 4.0 ini, yaitu tentang mesin yang cerdas dan terhubung dengan sistem dengan teknologi dan inovasi berbasis luas yang dapat menyebarkan jauh lebih cepat dan lebih luas dari sebelumnya dan akan terus berkembang. Kemajuan teknologi baru yang mengintegrasikan dunia fisik, digital dan biologis telah mempengaruhi semua disiplin ilmu, ekonomi, industri dan pemerintah.

Hal ini ditandai dengan kemunculanya kemajuan teknologi baru, seperti, robot kecerdasan buatan (artificial intelligence robotic), supercomputer, robot pintar, driverless, 3D painting atau editing genetic, hingga perkembangan neuroteknologi yang memungkinkan manusia untuk lebih mengoptimalkan fungsi otak.

Era revolusi industri keempat ini menjadikan lompatan besar di bidang teknologi informasi dan komunikasi yang dapat dimanfaatkan sepenuhnya. Tidak hanya dalam proses produksi, tetapi juga di seluruh rantai nilai industri sehingga melahirkan model bisnis yang baru dengan berbasis digital.

Hal ini mendorong setiap kegiatan atau aktivitas dengan sistem otomatisasi dengan teknologi internet yang tidak hanya menghubungkan jutaan manusia di seluruh dunia tetapi juga telah menjadi basis bagi transaksi perdagangan dan transportasi secara online.

Hal tersebut menjadikan revolusi industri 4.0 ini membuka peluang yang sangat besar, terutama pada lapangan pekerjaan. Dengan adanya terobosan teknlogi baru terutama pada lima teknologi utama yang menopang pembangunan sistem Industry 4.0, yaitu Internet of Things, Artificial Intelligence, Human–Machine Interface, teknologi robotik dan sensor, serta teknologi 3D Printing ini tentu menimbulkan banyaknya potensi pekerjaan baru dalam jumlah yang besar.

Peluang lain dari revolusi industri 4.0 ini, yaitu ketermudahan manusia dalam mengakses teknologi informasi kemanapun hingga daerah terpelosok sekalipun sehingga setiap orang diberbagai dunia dapat berkomunikasi dan terhubung melalui jejaring sosial dengan adanya internet.

Dengan terhubungnya semua orang diberbagai penjuru dunia tentu menyebabkan informasi yang tersebar dan kita dapatkan tidak dapat terkendali atau dapat disebut dengan banjir informasi. Dengan kemudahan dan melimpah ruahnya dalam mendapatkan informasi, hal ini tentu menjadi pendukung besar dalam perkembangan bebagai ilmu pengetahuan yang ada.

Tidak hanya mendatangkan peluang-peluang yang bagus, namun revolusi industry keempat ini tentu mendatangkan tantangan juga bagi masyarakat. Di era revolusi industri keempat ini harus dihadapi dengan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas, kreatif, dan berinovasi yang mempunyai daya saing. Karena seperti yang kita ketahui revolusi industri 4.0 telah membawa inovasi teknologi  yang membawa dampak disrupsi atau perubahan fundamental terhadap kehidupan masyarakat. Dimana saat ini sudah banyak aktivitas manusia yang sudah tergantikan oleh teknologi digital bahkan ada beberapa yang sudah digantikan dengan robot.

Adanya pergeseran tenaga kerja manusia ke arah digitalisasi merupakan bentuk tantangan yang harus dihadapi oleh mahasiswa. Peran manusia setahap demi setahap diambil alih oleh mesin otomatis.  Sebagai generasi penerus, mahasiswa harus dapat menjadi personal yang siap untuk bersaing tidak hanya di negara sendiri, namun juga di ranah global. Karena di era ini terlebih dengan adanya MEA, pasar-pasar dari berbagai negara ikut bersaing. Kita tidak bisa menjadi pribadi yang biasa-biasa aja, seperti yang dikatakan oleh Prof Dwikorita Karnawati (2017), “Revolusi industri 4.0 dalam lima tahun mendatang akan menghapus 35 persen jenis pekerjaan. Dan bahkan pada 10 tahun yang akan datang jenis pekerjaan yang akan hilang bertambah menjadi 75 persen.” Hal ini akan menyebabkan tingkat pengangguran di Indonesia akan terus bertambah jika SDMnya tidak berkualitas.

Pakar Inovasi Ekonomi Universitas Indonesia (UI), Fithra Faishal Hastadi mengungkapkan, kondisi permasalahan utama yang paling krusial dalam menghadapi industri 4.0 saat ini adalah ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM). Oleh karenanya, perlunya dorongan peningkatan SDM agar mampu berdaya saing global. Bahwa kalau bicara revolusi industri 4.0 salah satu kelemahan atau tantangan terbesarnya adalah banyak tenaga kerja kita yang tidak kompatibel.

Oleh karenanya perlunya dorongan peningkatan peningkatan SDM agar mampu berdaya saing global, mahasiswa harus kembali ke jati dirinya yang mampu menjadi Agent of Change, Agent Of Analisys, dan Agent Of Control supaya makasimal dalam mencapai cita-cita bangsa, yaitu untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta memerdekakan rakyat Indonesia dari segala hal dalam kehidupan.

Untuk menjadi mahasiswa yang siap dan matang menghadapi revolusi industri keempat ini, mahasiswa tidak boleh hanya menyerap ilmu dari dosen secara mentah di perkuliahan saja namun mahasiswa juga perlu memiliki keterampilan lebih di luar kegiatan akademik, seperti keterampilan berkomunikasi, public speaking, berorganisasi, dan lainnya. Era revolusi industri 4.0 membutuhkan mahasiswa adaptif, terutama terhadap kemungkinan mesin menggantikan pekerjaan lulusan perguruan tinggi, terutama lulusan politeknik. Oleh sebab itu, mahasiswa harus dididik dengan pengetahuan dan keterampilan yang belum bisa dilakukan mesin atau kecerdasan buatan (artificial intelligence).

Dengan kemajuan teknologi, saat ini, sumber ilmu pengetahuan sangat terbuka bebas, semua dapat mengaksesnya. Perkembangan yang sebelumnya tak pernah ada, beberapa kelas di kampus melakukan pembelajaran tanpa harus bertatap muka, tapi melalui pembelajaran virtual,"demikian paparan ringkas Adib Alfikri di hadapan para mahasiswa peserta magang 3. (**Rio/Humas)