Universitas Bung Hatta

Menuju Perguruan Tinggi Berkelas Dunia

Bg Universitas Bung Hatta
Universitas Bung Hatta Bekerja Sama dengan Minang Diaspora Menggelar FGD
Jum'at, 27 Desember 2019 Informasi Kampus

Universitas Bung Hatta Bekerja Sama dengan Minang Diaspora Menggelar FGD

Universitas Bung Hatta bekerja sama dengan Minang Diaspora menggelar FGD dengan tema, "Upaya Bersama Pembentukan Karakter Generasi Muda Sumatra Barat" di Balairung Caraka, Kampus 1 Bung Hatta (27/12/).

Sebagai narasumber, diundang H. Mahyeldi Ansarullah, S.P. (Wali Kota Padang), H. Arswendy (Diaspora Norwegia) Hj. Emma Yohana (DPD RI), Dr. Syur'aini, M. Pd., dan Dr. Rahmi Fahmi (akademisi) dan dimoderatori oleh Temmy Thamrin, Ph.D.

Kegiatan ini dihadiri oleh Ketua Badan Pengurus Yayasan Pendidikan Bung Hatta (H. Masri Hasyar, S.H), Rektor Univ. Bung Hatta (Dr. Hendra Suherman, M.T.), Wakil Rektor II dan III, SKPD di Kota Padang, guru-guru Sekolah Al-Azhar, dosen, dan mahasiswa FKIP UBH.

Mahyeldi Ansarullah menyampaikan bahwa pendidikan karakter harus diawali dari keluarga. Dari keluarga, Pemko Padang menggagas program 18-21, yang dalam praktiknya mengutamakan kegiatan keagamaan atau ibadah di rumah tangga. "Tidak hanya untuk agama, orangtua mestinya mendampingi anaknya untuk belajar sehingga terjalin kedekatan antara orangtua dan anak yang komunikatif dalam membentuk karakter. Membangun kedekatan dan keterbukaan antara orangtua dan anak menjadikan sarana pembentukan karakter bagi generasi muda,"imbuh Mahyeldi Ansarullah.

Arswendi, Diaspora Norwegia, juga mengatakan bahwa semangat gotong- royong; menyatukan visi-misi, rencana aksi, evaluasi yang berkelanjutan dari semua lini komunitas; serta wadah pembentukan karakter berada semua lini masyarakat untuk mengawasi proses berkelanjutan. "Dalam pembentukan karakter generasi muda, diperlukan petunjuk untuk role model dan mengasah keterampilan berkarakter; kebijakan pemerintah dan sosial masyarakat untuk mendukung pembentukan karakter; evaluasi dan perbaikan berkelanjutan petunjuk pelaksanaan role model pembentukan karakter. Di Norwegia, implementasi pendidikan karakter dilakukan berupa gerak fisik atau kinestetik ketika guru berinteraksi langsung dengan anak,"imbuh Arswendi.

Sejalan dengan itu, Emma Yohana mengatakan bahwa pendidikan karakter terbentuk sejak usia dini. Anak didampingi oleh orangtua dan guru sehingga menjadi kebiasaan yang ditirunya dari orangtua dan guru. Sebagai kampus yang menjunjung tinggi nilai-nilai kebunghattaan, UBH harus mengambil peran dalam membentuk karakter paragenerasi muda di Sumatra Barat, khususnya di Kota Padang, tentu melalui kegiatan tridarma perguruan tinggi.

"Matarantai pendidikan karakter terputus ketika tidak optimalnya pembekalan karakter. Sebetulnya, belajar melalui bermain merupakan salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk membentuk karakter,"timpal Syuri'aini.

"Melakukan dengan proses yang disertai keterampilan dan pengetahuan merupakan dasar untuk menjadi pribadi yang berkarakter. Perlu contoh untuk membentuk karakter paragenerasi muda. Dikotomi bahwa yang muda identik dengan sesuatu yang negatif harus dihancurkan. Hari ini mari kita membangun sikap dan keterampilan melalui contoh atau model,"tutup Rahmi Fahmi, narasumber penutup yang berhasil membius peserta lewat guyonan dan paparannya.

Selanjutnya, kegiatan ini dilanjutkan dengan penyerahan kenang-kenangan kepada para narasumber, lalu foto bersama. (**Rio/Humas)