Sabtu, 24 September 2005
Memacu Mutu SDM Melalui Pendidikan Tinggi Jarak Jauh
Konferensi Asian Association of Open Universities (AAOU) yang ke-19 telah berlangsung di Jakarta dari tanggal 15-17 September 2005. Konferensi yang berlangsung di Hotel Milenium tersebut mengambil tema “Building Knowledge-Based Society trough Open and Distance Education” (Membangun Masyarakat Berbasis Pengetahuan melalui Pendidikan Terbuka dan Jarak Jauh). Tema konferensi AAOU ke-19 sangat relevan dengan situasi pendidikan nasional Indonesia saat ini, dimana banyak lulusan sekolah menengah yang tidak tertampung di pendidikan tinggi tatap muka, baik PTN maupun PTS. Sebabnya adalah keterbatasan daya tampung perguruan tinggi dan biaya pendidikan tinggi yang semakin mahal.Dalam kondisi tersebut pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh (PTJJ) dapat dijadikan sebagai alternatif modus pendidikan tinggi yang memiliki biaya lebih murah, memiliki daya tampung lebih besar dan dapat diikuti oleh siapapun yang berminat menambah pengetahuan. Universitas Terbuka (UT) sebagai satu-satunya lembaga pendidikan tinggi yang menerapkan sistem pendidikan jarak jauh di Indonesia, kali ini bertindak sebagai tuan rumah konferensi AAOU.
Artikel ini mengulas sistem pendidikan tinggi terbuka dan jarak jauh yang diterapkan UT dan peranannya dalam membangun masyarakat berbasis pengetahuan di Indonesia.
[newpage]
[u]Pendidikan Tinggi Jarak Jauh[/u]
Dalam proses pembelajaran di perguruan tinggi dikenal dua metode penyampaian materi ajar yaitu, model pendidikan tinggi tatap muka (PTTM) dan pendidikan tinggi jarak jauh (PTJJ). Pada sistem PTTM proses pembelajaran biasanya berlangsung di dalam kelas dan mensyaratkan terjadinya pertemuan tatap muka antara pengajar dengan mahasiswa, sedangkan pada sistem PTJJ, dosen dan mahasiswa hampir tidak pernah bertemu karena dibatasi jarak. Sebagian besar komunikasi dosen dan mahasiswa pada PTJJ dilakukan melalui media surat, telepon, faksimili atau e-mail. Temu muka antara dosen dan mahasiswa relatif kurang terjadi karena faktor geografis.
Pertumbuhan pesat institusi pendidikan tinggi telah menimbulkan berbagai tekanan yang menggeser tradisi elitis menjadi pendidikan tinggi massa. Dulu pendidikan hanya diikuti sekelompok kecil elit. Sekarang siapapun yang berminat memiliki kesempatan yang sama menempuh pendidikan tinggi, tanpa kecuali. Hal ini sejalan dengan konsep pendidikan untuk semua (education for all) dan pembelajaran sepanjang hayat (lifelong learning) yang diusung oleh Badan Pendidikan dan Kebudayaan Dunia (UNESCO).
Konsep pendidikan jarak jauh (distance education, distance learning) telah diperkenalkan oleh banyak peneliti, misalnya Keegan (1980); Perry dan Rumble (1987). Ciri utama pendidikan jarak jauh adalah sebagai berikut: a) terpisahnya dosen dan mahasiswa selama proses belajar mengajar; b) penggunaan media pendidikan (cetak, audio, vidio dan komputer); c) peranan penting organisasi pendidikan dalam perencanaan, persiapan bahan belajar dan pelayanan mahasiswa; d) tersedianya komunikasi dua arah; dan e) individualisasi proses belajar (belajar mandiri).
[u]Pengalaman UT sebagai Penyelenggara PTJJ di Indonesia[/u]
Universitas Terbuka (UT) adalah perguruan tinggi negeri (PTN) yang menyelenggarakan pendidikan melalui sistem terbuka dan jarak jauh. UT merupakan PTN ke-45 yang diresmikan oleh Presiden Suharto pada tahun 1984. Tujuan pendirian UT adalah untuk: (1) memberikan kesempatan bagi warga negara Indonesia di manapun tinggalnya untuk memperoleh pendidikan tinggi; 2) menampung lulusan SMA yang tidak tertampung di PTN dan PTS; (3) mengembangkan pelayanan pendidikan tinggi bagi mereka yang karena pekerjaan atau alasan lain tidak dapat melanjutkan belajar di perguruan tinggi tatap muka, serta (4) mengembangkan program pendidikan akademik dan profesional yang disesuaikan dengan kebutuhan nyata pembangunan.
Pada saat didirikan, kehadiran UT cukup mendapat respon dari masyarakat. Pada registrasi pertama tahun 1984 mendaftar sebanyak 270.000 pelamar. Sebanyak 40.000 diterima sebagai mahasiswa UT. Pada tahun 1997 jumlah mahasiswa UT pernah mencapai 400 ribu orang. Saat ini diperkirakan sekitar 213 ribu orang tercatat sebagai mahasiswa UT dengan berbagai latar belakang tingkat pendidikan, sosial ekonomi, usia, pekerjaan dan tersebar luas diseluruh pelosok negeri.
Besarnya daya tampung UT disebabkan daya jangkau media yang digunakan sangat luas dan mampu mengatasi kendala jarak dan waktu. Televisi dan radio dapat disiarkan secara nasional dan bahan ajar cetak dapat dikirimkan kepada mahasiswa melalui pos ke seluruh pelosok negeri. Istilahnya, mahasiswa dapat belajar kapan saja dan dimana saja tidak seperti mahasiswa PTTM yang mengharuskan kuliah tatap muka di dalam kelas.
Dengan jumlah mahasiswa yang besar, UT termasuk dalam kelompok 11 universitas raksasa di dunia. Sampai tahun 2003 UT telah meluluskan sekitar 534 ribu lulusan yang berkiprah di berbagai institusi. Karena itu tidak diragukan, sebagai lembaga pendidikan, UT telah berjasa dalam memecahkan problem SDM.
[newpage]
[u]Sistem Belajar Mengajar di UT[/u]
UT menerapkan sistem belajar “jarak jauh” dan “terbuka”. Istilah “jarak jauh” berarti pembelajaran tidak dilakukan secara tatap muka, melainkan menggunakan media, baik media cetak (modul) maupun noncetak (audio/video, komputer / internet, siaran radio dan televisi). Makna “terbuka” adalah tidak ada pembatasan usia, tahun ijazah, masa belajar, waktu registrasi, berapa kali mahasiswa mengikuti ujian dan sebagainya. Batasan yang ada hanyalah setiap mahasiswa UT harus sudah menamatkan jenjang pendidikan menengah (SMA atau yang sederajat).
Mahasiswa UT diharapkan dapat belajar secara mandiri, yaitu cara belajar yang menghendaki mahasiswa untuk belajar atas prakarsa sendiri dalam memahami bahan ajar, mengerjakan tugas-tugas, memantapkan keterampilan dan menerapkan pengalaman di lapangan. Selain belajar mandiri, belajar juga dapat dilakukan dalam kelompok, mengikuti tutorial, memanfaatkan perpustakaan, mengikuti siaran radio, televisi dan internet. Perkembangan dunia informasi dan teknologi yang begitu cepat telah mengubah paradigma pendidikan berbasis dosen (lecturer centered education) menjadi pendidikan berbasis mahasiswa (student centered education).
[u]Catatan Akhir[/u]
SDM merupakan asset penting yang perlu ditingkatkan kualitasnya dan pada akhirnya diharapkan sebagai faktor determinan peningkatan kualitas taraf hidup. Usaha peningkatan kualitas SDM dalam arti sempit dapat diartikan sebagai peningkatan kualitas pendidikan. Untuk mewujudkan masyarakat yang cerdas yaitu masyarakat yang berbasis pengetahuan (knowledge based society) dan menyediakan kesempatan belajar di pendidikan tinggi untuk semua warga negara, model pendidikan tinggi jarak jauh sebagaimana dilakukan Universitas Terbuka perlu terus dikembangkan. Semoga.
Dr. Rusfidra, S.Pt,
Memacu Mutu SDM Melalui Pendidikan Tinggi Jarak Jauh (Catatan Pasca Konferensi AAOU ke-19)
Penulis adalah akademisi UT Jakarta, alumni S3 IPB