Universitas Bung Hatta

Menuju Perguruan Tinggi Berkelas Dunia

Bg Universitas Bung Hatta
Rabu, 28 September 2005 Umum

KLB Wabah Flu Burung

KLB Wabah Flu Burung

Oleh: Dr. A. Rusfidra
(Pemerhati peternakan, Alumnus S3 IPB)

Wabah penyakit flu burung yang disebabkan oleh virus Avian Influenza (AI) sub-tipe H5N1 kembali merebak di tanah air. Kali ini wabah AI kembali merenggut korban jiwa yaitu Rini Dinar (38 tahun) warga Semarang yang tinggal di daerah Petukangan Utara, Pesanggarahan, Jakarta Selatan. Rini Dinar meninggal di RS. Internasional Bintaro karena penyakit radang paru akut akibat infeksi flu burung. Korban dinyatakan positif terinfeksi AI setelah adanya pemeriksaan serologis dan PCR di Laboratorium rujukan WHO di Hongkong. Menteri Kesehatan Dr. Siti Fadilah Supari pada hari Senin 19 September 2005 mengumumkan Indonesia berada dalam situasi kejadian luar biasa (KLB) nasional wabah flu burung. Dengan pernyataan KLB ini pemerintah, praktisi peternakan, pakar dan semua warga bangsa diharapkan menyikapinya secara proporsional, jangan sampai menimbulkan kepanikan di masyarakat.

Sebelumnya, wabah flu burung juga telah merenggut nyawa Iwan Siswara Rafei (38 tahun) dan dua orang anak perempuannya, Thalita Nurul Azizah (1 tahun) dan Sabrina Nurul Aisah (8 tahun). Saat inipun 7 orang yang diduga terinfeksi flu burung sedang mendapatkan perawatan intensif di Rumah Sakit Sulianto Suroso Jakarta.
[newpage]
Hasil investigasi petugas Ditjen Peternakan juga menemukan virus flu burung pada 19 dari 27 sampel darah hewan yang dipelihara di Kebun Binatang Ragunan Jakarta. Virus AI ditemukan pada burung belibis mandarin, bangau tongtong, elang bondol, elang Sumatera dan ayam Kate. Pengelola Kebun Binatang Ragunan menutup sementara selama 21 hari (Padang Ekspres, 20/9/05).

Kejadian yang baru lalu menunjukkan kepada kita sebagai bangsa bahwa virus AI masih bersirkulasi disekitar kita dan Indonesia belum sepenuhnya bebas dari virus yang mematikan ternak unggas tersebut. Oleha karena itu pemerintah perlu bekerja lebih serius untuk membebaskan negara ini dari wabah flu burung. Jangan sampai target Indonesia bebas flu burung pada tahun 2007 hanya slogan pemanis bibir semata.

Hingga bulan Juli 2005 Dirjen Bina Produksi Peternakan Mathur Riadi menyebutkan bahwa kasus flu burung telah menyerang 132 kabupaten/kota di 21 provinsi dan telah mematikan 9,53 juta ternak unggas sejak virus AI ditemukan pertama kali di tanah air September 2003 (Republika, 22/7/2005).

Namun hingga kini belum sumber penularan wabah flu burung yang menginfeksi keluarga Iwan Siswara tampaknya masih misteri. Menurut Andi Utama (2005) virus AI biasanya menginfeksi burung, tidak manusia dan hewan lainnya. Hal ini disebabkan karena virus influenza biasanya memiliki host spesific. Sub tipe H5N1 dan H9N2 adalah virus AI, sedangkan H1N1 adalah virus influenza manusia. Meskipun demikian, virus AI kadang-kadang juga menginfeksi hewan lain seperti babi, kuda dan ikan paus. Virus AI yang mengalami mutasi mampu menginfeksi manusia.

Melalui cara tersebut virus AI yang tadinya menginfeksi unggas berubah menjadi virus yang mampu menginfeksi manusia, meskipun hingga kini belum diketahui mekanismenya. Salah satu hipotesis yang ada saat ini adalah virus AI tidak bisa langsung menginfeksi manusia tetapi terlebih dahulu beradaptasi pada babi atau kuda yang berfungsi sebagai inang perantara. Transmisi virus AI dari babi ke manusia atau sebaliknya dapat terjadi. Karena itu upaya pemusnahan ternak babi dan ternak lain yang positif terinfeksi virus AI merupakan langkah tepat yang dilakukan pemerintah.
[newpage]
Mengenal Flu Burung

Penyakit influensa pada unggas (Avian Influenza, AI) disebabkan oleh virus Influensa A dari family Orthomyxoviridae. Berdasarkan permukaan glikoprotein haemagglutinin (H) dan neuraminidase (N) virus AI terdiri atas beberapa sub-tipe. Hingga kini telah diidentifikasi 15 sub-tipe H (H1 – H15) dan 9 sub-tipe N (N1 – N9). Berdasarkan tingkat patogenisitas (kemampuan menyebabkan sakit), virus AI terbagi atas dua, yaitu HPAI (Highly Pathogenic Avian Influenza) dan LPAI (Low Pathogenic Avian Influenza).
HPAI merupakan virus yang sangat ganas (virulen) dan dapat menimbulkan kematian yang tinggi pada unggas. Unggas yang terinfeksi HPAI biasanya memperlihatkan gejala sebagai berikut: unggas mengalami depresi, nafsu makan hilang, nervous, jengger bengkak dan berwarna kebiru-biruan, produksi telur terhenti, gangguan saluran pernafasan yang ditandai dengan batuk dan bersin, diare dan kematian terjadi secara mendadak. Angka kematian dapat mencapai 100% pada kelompok unggas yang terserang AI. Sedangkan unggas yang terinfeksi virus LPAI gejala yang tampak adalah: unggas depresi, gangguan pernafasan tingkat sedang, produksi telur menurun. Tingkat kematiannya rendah. Meskipun begitu, LPAI harus diwaspadai karena sirkulasinya dalam waktu lama dapat bermutasi menjadi HPAI.

HPAI dulu lebih dikenal dengan nama “fowl plaque”. Kasus AI pertamakali ditemukan lebih dari 100 tahun lalu (sekitar 1878) di Italia. Pada tahun 1924-1925 virus AI ditemukan di Amerika Serikat. Wabah AI pernah menjadi epidemik di AS pada tahun 1983-1984. Tidak kurang 17 juta ekor unggas dimusnahkan pada saat tersebut.
[newpage]
Mengingat penyakit ini telah menimbulkan kematian yang sangat tinggi (dapat mencapai 100%) pada beberapa peternakan unggas dan menyebabkan kerugian ekonomi bagi peternak, serta dapat mengancam kesehatan manusia, maka penanganan harus dilakukan komprehensif dan terintegrasi.
Guna mencegah meluasnya wabah flu burung, pada bulan Maret 2004 yang lalu pemerintah telah membentuk Pusat Kendali Krisis AI dan merumuskan sembilan strategi penanggulangan AI. Kesembilan strategi tersebut adalah: peningkatan biosekuriti, melakukan vaksinasi, depopulasi (pemusnahan terbatas) unggas terinfeksi di daerah tertular, pengendalian lalu lintas unggas, produk perunggasan dan limbah peternakan unggas, melakukan surveilans dan penelusuran, pengisian kembali kandang peternak (restocking), stamping out (pemusnahan total) unggas di daerah tertular, peningkatan kesadaran masyarakat (public awareness) dan melakukan monitoring dan evaluasi secara terencana. Pemusnahan total ternak yang didentifikasi terinfeksi virus AI harus segera dilakukan untuk mencegah meluasnya wabah flu burung. Pemusnahan ternak tersebut dimaksudkan memutus mata rantai perkembangan virus secara lebih luas.
[newpage]
Vaksinasi AI

Vaksinasi AI pada populasi unggas yang sehat di daerah yang belum terinfeksi AI sangat penting dilakukan untuk mencegah penyebaran wabah secara lebih luas. Selain itu juga perlu melakukan bio sekuriti secara ketat dan pemusnahan total ternak yang positif terinfeksi AI. Meskipun wabah flu burung bersifat fatal (mematikan) pada ternak unggas, namun konsumen tidak perlu kawatir mengkonsumsi daging dan telur ayam. Sebab dengan pemanasan pada suhu 56 C selama 3 jam atau pada 60 C selama 30 menit virus AI akan mati. Artinya, selama konsumen tidak memakan telur atau daging ayam dalam kondisi mentah, maka kecil peluang terinfeksi AI. Semoga.

Dr. A. Rusfidra, S. Pt
(Pemerhati peternakan, akademisi UT Jakarta, alumnus S3 IPB)