Detail Artikel

Selasa, 11 Oktober 2005

Ayam Kokok Balenggek: Ayam Penyanyi Dari Ranah Minang
Ayam kokok balenggek (AKB) merupakan ayam asli Sumatera Barat yang berkembang di Kecamatan Payung Sakaki dan Tigo Lurah, Kabupaten Solok. Ayam ini tergolong sebagai ayam "penyanyi" karena memiliki suara kokok yang merdu dan enak didengar. Karakteristik khas ayam ini adalah suara kokoknya yang bersusun-susun dan bertingkat (balenggek: bahasa Minang), mulai dari empat suku kata. AKB termasuk ternak endemik karena daerah penyebarannya hanya terbatas di daerah Solok dan tidak ditemukan di daerah lain manapun.

Pola kokok AKB sangat berbeda dengan pola kokok ayam pelung, ayam bekisar dan ayam kampung. Suara kokok AKB terbagi atas tiga bagian, yaitu kokok bagian depan, kokok tengah dan kokok bagian belakang (disebut lenggek kokok). Kokok depan terdiri atas suku kata kokok pertama, kokok tengah terdiri atas suku kata kokok kedua dan ketiga, dan kokok ujung terdiri atas suku kata kokok keempat sampai terakhir (Rusfidra, 2004).

Karena memiliki kokok yang merdu, AKB sering diperlombakan (kontes) dan menarik perhatian para hobiis ayam di Sumatera Barat. Nilai ekonominya sangat ditentukan oleh jumlah lenggek kokok (JLK) dan kerberhasilan memenangkan kontes. Semakin banyak jumlah suku kata kokok maka semakin mahal harga ayam. Begitu pula ayam yang berhasil memenangkan kontes biasanya memiliki harga jual tinggi.

AKB merupakan plasma nutfah kebanggaan Ranah Minang yang perlu dilestarikan dan dikembangkan. Itulah sebabnya AKB dijadikan sebagai fauna maskot Kabupaten Solok (Fumihito et al. 1996).

Berdasarkan bobot badan dikenal dua jenis AKB yaitu ayam bertubuh besar (ayam gadang) dan ayam bertubuh kecil (ayam ratiah). Ayam gadang memiliki bobot badan lebih dari 2 kg, sedangkan ayam ratiah berbobot kurang dari 2 kg. Selain itu juga ditemukan ayam ratiah berkaki pendek yang disebut ayam batu. Ayam batu memiliki tibia kaki yang pendek, sehingga ayam berjalan seperti merayap. Penampilan ayam berkaki pendek disebabkan karena faktor genetik, yaitu oleh pengaruh gen creeper (Cc).

Ayam ini memiliki penampilan tegap dan gagah, warna bulunya bervariasi mulai dari merah, kuning, putih dan kombinasi antara warna tersebut. Bulunya mengkilat dan memiliki jengger tunggal (single comb). Penamaan didasarkan pada warna bulu, warna kaki, warna mata dan kombinasi antarwarna tersebut. Ada delapan kategori nama utama AKB, yaitu:

  1. Tadung: kaki, paruh dan mata berwarna hitam
  2. Pileh: kaki, paruh dan mata berwarna putih
  3. Jalak: kaki, paruh dan mata berwarna kuning
  4. Kurik: kaki, paruh dan mata berwarna lurik
  5. Putih : bulu seluruhnya berwarna putih
  6. Kanso : bulu seluruhnya berwarna abu-abu
  7. Biring: kaki, paruh dan mata berwarna merah
  8. Kinantan: kaki, paruh, mata dan bulu seluruhnya berwarna putih

Meskipun memiliki potensi cukup baik, populasi AKB di daerah sentra relatif kecil. Menurut Abbas et al. (1997), jumlah ayam jantan AKB di sentra produksi hanya 354 ekor. Jumlah populasi yang kecil itu sangat rawan kepunahan, karena tingginya laju migrasi AKB ke luar desa sentra, sebanyak 30 ekor setiap bulannya. Semakin terbukanya daerah sentra dari isolasi transportasi membuat arus AKB keluar dari daerah sentra dapat semakin besar.

[newpage]
Potensi Ayam Kokok Balenggek

AKB merupakan jenis ayam asli yang potensial dikembangkan sebagai ayam unggulan Ranah Minang karena memiliki karakteristik suara kokok yang khas dan performans tubuh yang menarik. Keunikan ayam ini telah menjadi perhatian banyak penggemar ayam hias (fancy fowl). Bahkan pada tahun 1994 Pangeran Akishino dari Jepang datang berkunjung ke Sumatera Barat untuk mendengarkan kemerduan suara kokok dan menyaksikan dari dekat keberadaan AKB.

Semakin banyak jumlah lenggek, semakin tinggi nilai jual ayam. Satu lenggek kokok biasanya dihargai Rp. 25.000-50.000,- Berdasarkan pengamatan penulis ketika melakukan observasi pada tahun 2000 di daerah Kabupaten Solok hanya dijumpai satu ekor ayam yang mempunyai kokok 15 lenggek milik seorang hobiis, dengan nilai jual Rp. 1.500.000.-. Nilai ekonomi AKB akan semakin meningkat apabila ayam tersebut berhasil memenangkan kontes. Unsur-unsur yang dinilai dalam kontes AKB antara lain: jumlah lenggek kokok, kemerduan kokok, keselarasan dan keserasian tempo dari nada gaya irama kokok, kerajinan berkokok dalam waktu tertentu, keramahan bercanda dengan pemilik dan tingkat kelangkaan.


Ragam Suara Kokok AKB

Pada umumnya suara kokok ayam bangkok, ayam ras, ayam pelung dan ayam buras lainnya terdiri dari empat suku kata yaitu: ” ku-ku-ku-kuuuuu”, sedangkan AKB memiliki suara kokok lebih dari empat suku kata dan pada umumnya berkisar antara enam sampai 15 suku kata atau lebih. Semakin banyak suku kata kokok semakin panjang suara kokok dan semakin tinggi nilai jual AKB. Spesifikasi suku kata kokok AKB secara tertulis telah diungkapkan Murad (1989), pemerhati AKB di Kota Padang. Menurut Murad, AKB mempunyai suara kokok lebih dari empat suku kata (Abbas et al. 1997). Bila dieja dapat dituliskan sebagai berikut:

  • Suku kata 5: ku-ku-ku-ku-kuuuuuu
  • Sukukata 6: ku-ku-ku-ku-ku-kuuuuuu
  • Suku kata 10: ku-ku-ku-ku-ku-ku-ku-ku-ku-kuuuuuu

Berdasarkan jumlah suku kata kokok, oleh penduduk setempat disebut kokok balenggek dan sering disebut balenggek 3, balenggek 4 dan seterusnya. Penghitungan jumlah lenggek didasarkan pada jumlah suku kata kokok dikurangi 3 (tiga) poin (Rusfidra, 2004), misalnya:

  • Balenggek 1: suku kata 4 dikurangi 3
  • Balenggek 5: suku kata 8 dikurangi 3
  • Balenggek 7: suku kata 10 dikurangi 3

Keunikan kokok AKB sebagai ayam penyanyi secara perlahan mulai menarik perhatian banyak hobiis ayam penyanyi. Kontes AKB secara berkala tingkat Sumatera Barat telah diselenggarakan mulai tahun 1992 (di Tanah Datar), tahun 1994 (di Solok) dan tahun 1996 (di Sawah Lunto Sijunjung). Penyelenggaraan kontes itu biasanya dikaitkan dengan kontes ternak se-Sumbar. Selain itu kontes AKB juga sering diadakan dalam rangka peringatan Hari Besar Nasional dan Pekan Budaya Minang. Kontes tersebut mendapat perhatian yang besar dari hobiis dan masyarakat luas. Namun sejak krisis ekonomi tahun 1997 sampai sekarang kontes AKB hampir tidak pernah diadakan (Rusfidra, 2001).


Penutup

Ayam kokok balenggek merupakan ayam tipe ayam penyanyi, dan merupakan plasma nutfah kebanggaan Ranah Minang yang perlu dikembangkan dan dilestarikan. Kontes AKB secara berkala harus diadakan kembali untuk menggugah masyarakat (hobiis) dan pemerintah daerah Sumatera Barat melestarikan sumber daya genetik AKB sebagai ternak unggulan Ranah Minang yang bernilai ekonomis tinggi. Semoga.