Detail Artikel

Senin, 02 Oktober 2006

Pengembangan Peternakan Di Wilayah Pesisir
Abstrak

Wilayah pesisir merupakan kawasan pembangunan yang penting karena sekitar 60% masyarakat bermukim di kawasan ini (Dahuri, 2002). Namun ironis, kawasan ini merupakan kantong-kantong kemiskinan, karena sekitar 60% masyarakat miskin bermukim di kawasan pesisir (www.dkp.go.id). Padahal, negara kepulauan yang memiliki panjang garis pantai 81.000 km ini menyimpan potensi ekonomi luar biasa untuk kesejahteraan rakyatnya.

Dalam konteks ini, pengembangan peternakan di wilayah pesisir merupakan salah satu bentuk usaha alternatif yang bermanfaat. Ternak dapat diusahakan untuk mengentaskan kemiskinan masyarakat pesisir. Selain menghasilkan bahan pangan, ternak merupakan aset biologis (plasma nutfah), sumber pendapatan, tenaga kerja, tabungan hidup, biogas dan pupuk organik.

Rendahnya asupan protein hewani pada tingkat rumahtangga berisiko terhadap munculnya kasus malnutrisi, gangguan pertumbuhan otak anak balita, meningkatnya risiko sakit, terganggunya perkembangan mental, menurunkan performans anak sekolah dan produktivitas pekerja. Protein hewani memiliki komposisi asam amino lengkap, mudah dicerna dan dibutuhkan tubuh. Protein hewani berperan penting dalam mewujudkan sumber daya manusia (SDM) yang cerdas, kreatif, inovatif, produktif dan sehat.

Makalah ini akan mendiskusikan pentingnya peran ternak dalam pengentasan kemiskinan, menjaga ketahanan pangan, dan meningkatkan kecerdasan masyarakat pesisir. Ternak yang potensial dikembangkan di wilayah pesisir adalah sapi (khususnya sapi pesisir), kambing, ayam lokal dan itik. Pada bagian akhir diusulkan model program “Family Poultry” (FP) berbasis ayam lokal yang dapat dikembangkan di wilayah pesisir.

Sapi pesisir merupakan merupakan sapi asli yang berkembang di kawasan pesisir Sumatera Barat (Anwar, 2004; Rusfidra, 2006; Saladin, 1983). Sapi yang memiliki tubuh kecil ini mampu beradaptasi dengan pakan hijauan yang mengandung kadar garam tinggi. Sapi pesisir berperan penting sebagai sumber pendapatan, daging, dan tabungan hidup masyarakat pesisir Sumatera Barat. Sapi pesisir diduga dapat dikembangkan di pulau-pulau kecil yang tidak memiliki penghuni di negeri kepulauan ini.

“Family Poultry” (FP) merupakan program Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) untuk mendukung tersedianya protein hewani, pendapatan dan pengentasan kemiskinan di negara-negara berkembang. Dengan melihat keberhasilan program FP di beberapa negara berkembang, penulis menduga bahwa program ini agaknya dapat dikembangkan di Indonesia.

Pengembangan peternakan di wilayah pesisir agaknya dapat dipertimbangkan sebagai sebuah solusi mengentaskan kemiskinan, menjaga ketahanan pangan dan meningkatkan mutu SDM masyarakat pesisir.

Kata kunci : sapi pesisir, peternakan, kemiskinan, kecerdasan, dan “family poultry”.

[newpage]
Simpulan

Dari paparan terdahulu dapat disimpulkan sebagai berikut:

  1. Mengingat pentingnya protein hewani asal ternak (daging, susu dan telur) bagi manusia di segala lapis usia, maka konsumsi produk ternak tersebut semestinya dipacu menuju tingkat konsumsi ideal (26 gram/kapit/tahun) untuk mewujudkan SDM yang cerdas, kreatif, produktif dan sehat.

  2. Jenis ternak yang potensial dikembangkan di daerah pesisir adalah sapi pesisir dan ayam kampung. Sapi pesisir merupakan merupakan sapi asli yang berkembang di kawasan pesisir Sumatera Barat. Sapi ini mampu beradaptasi dengan pakan hijauan yang mengandung kadar garam tinggi. Sapi pesisir berperan penting sebagai sumber pendapatan, daging, dan tabungan hidup masyarakat pesisir Sumatera Barat.

  3. “Family Poultry” (FP) merupakan program Badan Pangan dan Pertanian PBB (FAO) untuk mendukung tersedianya protein hewani, pendapatan dan pengentasan kemiskinan di negara-negara berkembang.

Rekomendasi

  1. Sapi pesisir dan program “family poultry” berbasis ayam kampung agaknya dapat ditimbang sebagai sebuah solusi dalan penyediaan protein hewani (asal ternak), sebagai sumber pendapatan dan pengentasan kemiskinan masyarakat di kawasan pesisir.

  2. Pengembangan peternakan di wilayah pesisir merupakan salah satu bentuk usaha alternatif yang bermanfaat dan sebagai solusi pengentasan kemiskinan, menjaga ketahanan pangan dan meningkatkan mutu SDM masyarakat pesisir.

Daftar Pustaka

Aini, I. 1990. Indigenous poultry production in South East Asia. World Poultry Science Journal. 46: 51-57.

Anwar, S. 2004. Kajian keragaman karakter eksternal dan DNA mikrosatelit sapi pesisir Sumatera Barat. [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.

Campbell, J. R, and Lasley, J. F. 1985. The Science of Animals that Serve Humanity. Ed. 3rd . McGraww-Hill Publication in the Agricultural Science.

Dahuri, R. 2003. Paradigma baru pembangunan Indonesia berbasis kelautan. Orasi Ilmiah Guru Besar Tetap Bidang Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Lautan, Fakultas Perikanan dan Kelautan IPB. Bogor.

Dahuri, R. 2002. Keanekaragaman Hayati Laut Aset Pembangunan Berkelanjutan Indonesia. Jakarta: Gramedia.

Dahuri, R., S. P. Ginting., J. Rais, dan M. J. Sitepu. 1996. Pengelolaan Sumberdaya Wilayah Pesisir dan Lautan secara Terpadu. Jakarta: Pradnya Paramita.

Han, I. K. 1999. Role of animal agriculture for the quality of human life in the 21st century. Asian-Aus. J. Anim. Sci. 12 (5): 815-836.

Mulyadi, S. 2006. Nasib anak-anak Indonesia kini. Artikel kolom opini Kompas, 22 Juli 2006.

Rusfidra, A. 2006a. Hewan ternak. Artikel dimuat dalam situs www.bung-hatta.ac.id [ Mei 2006].

Rusfidra, A. 2006b. Penerapan sistem pendidikan tinggi jarak jauh untuk meningkatkan mutu SDM: sebuah bentuk inovasi industri pendidikan. Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional “Sistem Inovasi Nasional”, tanggal 19-20 Juli 2006. Jakarta: Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

Rusfidra, A. 2005a. Quo vadis sapi pesisir. Artikel dimuat dalam situs www.bung-hatta.ac.id [ 20/10/2005].

Rusfidra, A. 2005b. Potensi sapi pesisir sebagai penghasil daging. Artikel iptek dimuat di Harian Pikiran Rakyat, Bandung, 12 Mei 2005.

Rusfidra, A. 2005c.Mencegah gizi buruk dan mengentaskan kemiskinan: peternakan skala rumahan. Artikel iptek Harian Pikiran Rakyat. Bandung, 25 Agustus 2005.

Rusfidra. 2005d. Protein hewani dan kecerdasan. Arikel Opini Harian Sinar Harapan. Jakarta 8 September 2005.

Rusfidra. 2005e. Ketahanan pangan hewani pada tingkat rumahtangga untuk mencegah gizi buruk dan mengentaskan kemiskinan. Artikel disertakan pada Lomba Karya Ilmiah Populer Hari Pangan 2005. PWI Pusat Jakarta [tidak dipublikasikan].

Saladin, R. 1983. Penampilan sifat-sifat produksi dan reproduksi sapi lokal Pesisir Selatan di Provinsi Sumatera Barat. [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana IPB.

Todaro, M. P. 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. 7ed. Jakarta: Erlangga.

(Makalah disampaikan pada Konferensi Nasional V Pengelolaan Pesisir, Laut dan Pulau-pulau Kecil, di Hotel Novotel, Batam
29 Agustus -1 September 2006)