Universitas Bung Hatta

Menuju Perguruan Tinggi Berkelas Dunia

Bg Universitas Bung Hatta
Rabu, 24 Januari 2007 Perikanan

Menumbuhkan Terumbu Karang di Atas Jubin

Kini, para pemerhati kelautan punya harapan baru. Beberapa terobosan penting dilakukan oleh beberapa orag peneiti untuk mencoba memulihkan biota ini dengan beberapa cara, agar pertumbuhan karang yang memerlukan puluhan tahun itu bisa di percepat.

Di Indonesia dikenal beberapa cara untuk membudidayakan karang itu yaitu: metode transplantasi, dengan cara membiakan bibit-bibit karang yang sehat, dan dipindahkan kedalam suatu wadah ke lokasi lain. Kemudian dengan membuat bak-bak penampungan sebagai lokasi “coral farming” , disamping cara ini teknologi lain yang paling umum digunakan adalah terumbu karang buatan dari ban bekas atau blok-blok beton, ataupun dari bangkai-bangkai becak dan rongsokan bangkai bus atau besi-besi bekas kilang minyak.

Secara umum kehidupan terumbu karang Indonesia, memang telah cidera berat, lebih dari 71% dari 65.000 km persegi habitat terumbu karang Indonesia dalam kondisi rusak berat, Bahkan di Sumatera Barat sendiri berdasarkan laporan Puslitbang Perikanan Universitas Bung Hatta, kerusakannya hampir mencapai 90 % lebih. Padahal dari 1km persegi habitat terumbu karang yang baik dapat menghasilkan ikan 15 – 30 ton pertahunnya. Berdasarkan perhitungan Bank Dunia, Indonesia kehilangan potensi laut Rp. 6,5 triliun pertahunnya gara-gara kehancuran habitat penghuni dasar laut ini.

Metode budidaya dengan transplantasi tersebut diharapkan bisa menolong. Samsuardi, peneliti terumbu karang darai LSM Minang Bahari menjelaskan, selain metoda coral farming, ada metoda lain yaitu dengan cara trasplantasi, meindahkan bibit-bibit karang dari lokasi yang terumbu karangnya tumbuh subur, kira-kira mirip dengan metode pencangkokkan. “Karang itu kita tumbuhkan dulu di tempat lain. Setelah itu ditanam kembali ke habitatnya,” katanya. Pria alumni Fakultas Perikanan angkatan tahun 92 ini, mengaku saat ini telah lebih dari 86 buah jubin yang dipasang di perairan Pulau Pandan dan Pulau Setan, dan telah berhasil menangkarkan bibit-bibit karang dari berbagai jenis pada jubin yang sehari-hari di gunakan sebagai bahan lantai bangunan oleh masyarakat.
“Mula-mula kita siapkan beberapa potong jubin dan kerangkeng untuk mengikatkannya,” tutur Indra. “Kerangkeng itu berupa besi tiang ukuran 60 x 60 dengan tinggi 40 cm yang di desain sedimikian rupa. Jubin-jubin itu diikatkan pada kerangkengnya, kemudian ditancapkan pada dasar subtrat yang keras, diusahakan pada tempat yang agak terlindung dari arus.

Karang sebenarnya adalah hewan primitif yang sangat sensitive terhadap perubahan alam dan aktifitas manusia. Maka, seluruh kegiatan dan prosedur pembibitan dan pencangkokannya harus di lakukan pada habitat aslinya. “Ini supaya karang tidak terlalu stress”, tegas Sam lagi. Kalaupun harus dipindahkan, bibit-bibit atau juvenil-juvenil karang tersebut tidak boleh terkena sinar matahari langsung atau air hujan. “Karang sebaiknya tak dibawa lebih dari 12 jam dalam perjalanan”, tutur Indra lebih jauh lagi. Selain itu, factor kedalaman, salinitas dan arus air laut harus pula diperhatikan. Karang dapat tumbuh dengan baik pada kedalaman 2- 20 meter, dengan suhu berkisar 23 derjat celcius sampai dengan 30 derjat celcius. Serta salintasnya berkisar 3 permil sampai dengan 4 permill.

Pengalaman lapangan menunjukkan, ketika bibit karang ketika dipindahkan bakal mengeluarkan banyak lendir untuk menutupi lukanya.Setelah 5 –13 hari luka-luka tersebut akan sembuh. Ia akan mampu menjadi induk karang yang baru, menjalar dengan tunas-tunasnya. Setelah bibit-bibit tersebut tumbuh lebih dari 10 cm, baru bisa dipindahkan ke habitat aslinya berserta jubin-jubin tempat subtratnya tersebut yag ditancapkan pada dasar laut. Diharapkan nantinya karang-karang tersebut akan beranak pinak.

Yang mengembirakan Sam dan kawan-kawan, ada beberapa jenis bibit karang yang mau tumbuh dengan cepat. “Seperti dari jenis Acropora, tumbuh 1-1,5 cm perbulan”, kata Sam lagi. Dalam keadaan alami biasanya jenis ini hanya dapat tumbuh sekitar 1- 2 cm pertahun.

Menurut Anugerah Nontji, Ketua COREMAP-LIPI, model ini tergolong baru. Selama ini para ahli biasanya membuat rumah-rumah buatan untuk membujuk agar karang berkembang biak. Tapi dengan cara baru ini ternyata terumbu karang bisa tumbuh dengan cepat. Tapi menurut para ahli terumbu karang lainnya, Prof.Lachmudin Sya’rani, Guru Bear Ilmu Kelautan Univ.Diponegoro, Semarang mengatakan, bahwa model ini masih memerlukan waktu lagi agar bisa diterapkan secara luas. Soalnya sudah begitu banyak habitat karang yang rusak karena berbagai sebab. Sejalan dengan penelitian Indra tersebut, agaknya perlu usaha lain mengajak masyarakat agar lebih peduli dengan biota yang satu ini, karena usaha memulihkan kondisi yang sudah cidera berat tersebut memerlukan waktu lama dan biaya yang tak sedikit, demikian juga bagi pihak pengambil kebijakan, kiranya perhatian saat ini lebih di condongkan ke arah laut, karena aumberdaya alam yang ada didaratanpun sudah tak mampu lagi memenuhi kebetuhan yang dari hari-kehari populasi manusia bertambah, sementara daya dukung lingkungan semakin berkurang akibat kserakahan dalam mengelolanya.