Jum'at, 18 April 2008
Reformasi Jilid 2 atau Revolusi
Reformasi jilid 2 atau revolusi?Oleh : Syamsir Firdaus Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta)
(Dikutip dari berbagai sumber dan tulisan)
Mahasiswa senantiasa menjadi motor penggerak perubahan. Keinginan yang kuat dalam menyongsong masa depan dan keterbukaannya melihat beragam sisi kehidupan, mendorong mahasiswa bangkit dari tiap keter-purukan. Kecekatan bekerja dan kekritisan berfikir yang disertai rasa tanggung jawab, menjadi penyejuk bagi zaman yang kian ââ¬Åedanââ¬Â.Tak berlebihan jika istilah ââ¬Åpemuda adalah tulang punggung bangsaââ¬Â selalu jadi pedoman. Dengan kombinasi luar biasa yang dimi-likinya, mahasiswa mampu tampil di depan memegang kendali sebuah peradaban.
Namun kini ironi seringkali kita jumpai. Tak jarang mahasiswa seakan lupa akan tanggungjawabnya sebagai tumpuan harapan. Sebagian mahasiswa memandang remeh pentingnya pergerakan. Belajar menjadi-jadi satu-satunya pilihan.Padahal keadaan negeri ini yang mengenaskan menuntut peran mahasiswa. Pengetahuan memang akan memberi kemanfaatan bagi banyak orang. Tapi kadang-kadang ke-nyataan yang terjadi tak seideal yang diinginkan.
Bagaimana dengan sebagian mahasiswa yang lain? Pergerakan memang akan tetap dan selalu ada. Namun tampaknya dalam kubu ini pun perpecahan tetap belum bisa terelakkan. Fanatisme kepentingan kelompok pergerakan sering-kali menjadi prioritas dan ken-dali utama arah pergerakan mahasiswa. Ke-pentingan-kepen-tingan kelompok ini akhirnya menjadi sekat yang menga-burkan arti pentingnya sebuah kesatuan. Tak jarang kita dapati antar organisasi per-gerakan yang saling bersaing dan mele-cehkan dalam upaya meninggikan nama serta memperebut-kan kader-kader militannya. Inde-pendensi perge-rakan seolah menjadi hal yang langka. Padahal hal itu merupakan nyawa dari perge-rakan mahasiswa itu sendiri.
Namun demikian, mereka yang senantiasa berada dalam jalur netral serta terus memikirkan rakyat, berjuang menjalin persatuan, menegakkan keadilan, serta tetap menjadi garda terdepan ini tak bisa begitu saja diabaikan. Akan selalu ada mereka yang meneriakkan dan menjalin persatuan.
Ada kecendrungan saat ini organisasi strategis mahasiswa di kampus didominasi oleh kelompok mahasiswa berhaluan kanan yang tidak terlalu kritis membaca realitas social. Pendapat bahwa saat ini aktivis mahasiswa terbagi dalam dua kelompok, satu berhaluan kanan dan yang lainnya berhaluan kiri, dimana kelompok yang berhaluan kanan tidak mampu membaca realitas sosial, seakan-akan gerakan mereka hanya sebatas gerakan dalam taraf pengamanan dalam pandangan 'pihak-pihak tertentu'. Sedangkan kelompok yang berhaluan kiri yang dikatakan mampu membaca realitas sosial menjadi kelompok yang bersifat oposan dan bercitra negatif dalam pandangan pihak-pihak tertentu pula.
Mahasiswa sekarang kurang memiliki kemampuan membaca dan mengikuti proses perubahan sosial terjadi. Akan tetapi kita juga perlu ingat bahwa mahasiswa kita selama ini cenderung disentuh dengan sistem pengajaran yang bersifat membelenggu ide-ide kreatif. dimembelenggu karena model pengajaran yang ada di kampus masih bersifat mendikte dalam tataran sempit maupun dalam tataran luas. Sehingga tak heran jika mahasiswapun menjadi malas membaca. Buat apa membaca banyak buku kalau dosen saja hanya berpatokan pada buku-buku kuno tertentu. Jadi kuasai saja buku itu kemudian nilai A pasti ditangan. Mahasiswa kita masih berorientasi nilai, bukan proses dan bukan pemahaman serta penguasaan konsep.
Sejarah telah membuktikan bahwa gerakan mahasiswa merupakan kekuatan politik yang cukup diperhitungkan di negeri ini. Sungguh merupakan suatu niatan yang mulia dan sudah menjadi tugas mahasiswa sebagai agent of change di negeri yang sedang belajar berdemokrasi ini.
Beberapa fenomena yang tidak sehat dalam dunia gerakan mahasiswa antara lain :
- Gerakan mahasiswa identik dengan intimidasi dan kekerasan. Mahasiswa yang katanya anti militerisme ternyata justru memelihara karakter kekerasan militer dengan melakukan intimidasi pada orang-orang yang berbeda pendapat.
- Setiap gerakan mahasiswa memiliki visi yang berbeda-beda dan terlalu eksklusif dengan kelompoknya sendiri, satu sama lain malah sibuk berkelahi sendiri. Mereka cenderung membela kepentingan berdasarkan kebenaran menurut kelompoknya sendiri.
- Anarkis. Kebanyakan demonstrasi berakhir dengan kerusuhan dan pengrusakan hasil-hasil pembangunan sehingga negeri ini justru tidak pernah maju dalam pembangunan namun semakin rusak dan kacau.
- Komitmen sesaat dan kemunafikan. Hampir sama dengan apa yang diceritakan dalam film GIE. Beberapa senior aktivis gerakan jaman dahulu ketika sudah menduduki kursi pemerintahan meninggalkan komitmennya karena uang ataupun kesenangan lainnya. Bisa dilihat dari daftar koruptor yang beberapa diantaranya mempunyai track record sebagai mantan aktivis gerakan mahasiswa.
- Beberapa fakta yang pernah beredar di kalangan dosen menyebutkan bahwa sebagian besar mahasiswa yang menjadi aktivis demo dalam suatu gerakan mahasiswa tidak memiliki prestasi akademik di kampusnya. Muncul sebuah persepsi bahwa gerakan mahasiswa hanyalah sebuah tempat pelarian masalah orang-orang yang tak berakal. Ini dikuatkan dengan budaya mengutamakan kekerasan dalam tiap aksi. Lebih memilih menggunakan otak di kaki daripada di kepala ?
Pemaparan-pemaparan di atas berusaha untuk merefleksikan kondisi saat ini, dan diperlukan adanya gerakan yang rapih dan massif dari mahasiswa yang notabenenya dirunut mulai dari jaman kemerdekaan 1945 sebagai lokomotif perubahan. Gerakan kongkrit yang dilakukan oleh mahasiswa terutama yang duduk dalam pemerintahan mahasiswa, khususnya BEM, selalu berusaha di garda depan untuk menyuarakan hati nurani rakyat, dan selalu kritis atas keganjilan kebijakan yang terkadang di keluarkan oleh pemerintah. Salah satu gerakan kongkrit yang dilakukan adalah di adakannya forum-forum pertemuan guna mencari akar dan formula yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Kesadaran BEMuntuk merapikan gerakannya dalam menyikapi keberlanjutan reformasi yang telah digulirkan grand issue atau acuan dasar gerakan mahasiswa Indonesia 2006. Antara lain, seputar Orbaisme; Liberalisme; Pendidikan; Disintegrasi Bangsa; Korupsi. Adapun, format gerakan mahasiswa ke depan adalah gerakan massa dan gerakan intelektual (intellectual movement). mengenai orientasi gerakan mahasiswa ke depan.perlu menegedepankan nuansa intelektual ketika bergerak dalam menuntaskan pergerakan mahasiswa.
Secara hakiki, gerakan mahasiswa adalah gerakan intelektual jauh dari kekerasan dan daya juang radikalisme. Mengingat, gerakan ini bermuara dari kalangan akademis kampus cenderung mengedapankan rasionalitas dalam menyikapi pelbagai permasalahan. Dalam suatu perspektif, gerakan intelektual (intellectual movement) akan terbangun di atas Trias Tradition (tiga tradisi). Pertama, terbangun diatas tradisi diskusi (Discussion Tradition).Gerakan mahasiswa harus memperbanyak ruang diskusi pra-pasca pergerakan.
Kedua, terbangun diatas tradisi menulis (Writing Tradition). Aktivitas menulis merupakan salah satu gerbang menuju tradisi intelektual bagi gerakan mahasiswa.
Ketiga, terbangun diatas tradisi membaca (Reading Tradition). Aktualisasi isu sangat penting bagi gerakan mahasiswa dalam bergerak.
Formulasi jangka pendek yang akan dilakukan BEM adalah dengan berusaha include dalam forum-forum pertemuan BEM-BEM. Secara berkelanjutan guna mengarah ke rencana strategis yang akan dilakukan ke depannya, untuk jangka panjang berusaha mengaktualisasikan melalui tranformasi pemikiran bahwasanya di balik segala permasalahan ada akar permasalahan, yang dijadikan acuan bagi regulasi peraturan kehidupan. Ketika peraturan mendasar tersebut rusak, maka rusak pula keseluruhan sistem hidup.
Reformasi saat ini belum menentukan kejelasan arah perubahan, sekarang tinggal kita pilih, perubahan yang mendasar atau parsial? Reformasi jilid 2 atau revolusi?