Detail Artikel

Rabu, 10 Desember 2008

LES TAMBAHAN, DEMI ANAK ATAU GENGSI ORANG TUA?
ANAK – ANAK BUKAN UNTUK GENGSI ORANG TUA BELAKA



Perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi telah mengubah gaya hidup dan pola pikir orang jaman sekarang. Begitu juga dengan perkembangan pola pikir anak –anak. Anak – anak jaman sekarang cenderung lebih cepat dewasa. Adalah ide yang baik untuk mencekoki mereka agar bisa tumbuh rasa nasionalisme dalam dirinya. Namun, siapa yang menyebabkan anak – anak itu menjadi dewasa sebelum waktunya ? Orang dewasa (orang tua) sangat berperan dalam hal ini.Tetapi orang- orang dewasa yang merupakan orang tua dari para anak kecil itulah yang justru tanpa sadar membuat anak- anak mereka melakukan hal – hal yang mereka pikir baik. Bagus memang jika sedari kecil anak diajari berbagai macam pelajaran. Dari mulai les bahasa Inggris, musik sampai les menari. Anak belum tentu tahu apa manfaat pelajaran – pelajaran itu, jadi saya pikir paksaan itu bagus juga. Yang memprihatinkan jika para orang tua itu justru menjadikannya sebagai ajang persaingan dengan orang tua lainnya. Ketika tiba saatnya si anak menjadi besar dan bisa protes pada orang tuanya, orang tua akan berkata “tahu apa kalian, kami para orang tua jelas lebih tahu daripada kalian”.

Hal ini disebabkan karena sifat orang tua yang terlalu perfeksionis. Orang tua terlalu menuntut kesempurnaan dan menetapkan target terlalu tinggi pada si anak. Orang tua selalu memaksakan kehendaknya seperti menyuruh mereka masuk jurusan IPA ketika SMA, menyuruh anak kuliah dan mengambil jurusan seperti yang telah dilakukan orang tuanya. Sedangkan kemampuan si anak tidak seperti yang orang tua harapkan.

Sekarang ini persaingan semakin ketat. Wajar saja jika para orang tua semakin memacu buah hatinya menjdi anak yang pintar dan terbaik dalam segala hal agar kelak kehidupannya bisa terjamin. Agar beragam les yang dijalani anak tidak hanya sekedar keinginan orang tua, ada beberapa tips yang perlu diperhatikan:

1.Sesuaikan dengan bakat dan minat anak

Mencarikan les yang tepat untuk anak, orang tua perlu menyesuaikan dengan bakat dan minat anak.Tanyakan pada anak les apa yang diinginkannya.

2.Pilih tempat les yang menyenangkan

Karena anak akan belajar dalam waktu yang tidak sebentar maka orang tua perlu mencarikan tempat les yang tepat untuk anak. Anak butuh tempat les yang aman dan nyaman dan memahami dunia anak, dengan konsep melakukan pembelajaran yang menyenangkan.

3.Beri motivasi pada Anak

Ketika anak sudah memilih les yang diinginkan, berikan dukungan padanya. Sampaikan bahwa les ini tepat untuknya dan memberikan bekal untuk jadi orang hebat di masa yang akan datang.

4.Sesekali berikan Rehat

Ada kalanya anak mengalami kejenuhan ataupun kebosanan. Ketika masa itu tiba, tidak ada salahnya memberikan sedikit kelonggaran untuk istirahat, tidak masuk les. Tetapi motivasi tetap diberikan orang tua agar semangatnya muncul kembali.

5.Bantu anak merasakan manfaatnya

Anak butuh mengetahui dan merasakan manfaat dari les yang diikutinya. Jika les bisa menambah ketrampilannya, membuatnya semakin pintar (mahir) dari hari ke hari, tentu anak akan semakin semangat mengikuti les tersebut. Peran orang tua untuk membantu anak mampu melihat manfaat yang didapat dan perubahan yang terjadi pada dirinya sekecil apapun perubahan itu.

6.Stop..! Jika membebani anak

Bila les yang dilakukan terasa membebani anak dan tidak lagi “fun” bagi mereka, maka ada baiknya dihentikan saja. Jika segala cara yang dilakukan untuk memompa semangatnya tidak jua membangun motivasinya, dan mengikuti les justru membuat anak menjadi “stress” ada baiknya berikan penawaran ke anak apakah di mau dilanjutkan atau berhenti saja.P Terus terang saja saya agak berprasangka pada orang tua yang me-leskan anak – anaknya, ini mungkin dikarenakan :

Orang tua terlalu paranoid dengan pelajarab sekolah anak – anaknya

Orang tua terlalu ambisius menjadikan si anak manusia tercedas di kelasnya

Indikasi kurang percaya para orang tua terhadap kemampuan anak – anaknya

Orang tua menghindari kerepotan berlama – lama mengurus anak

Atau jangan – jangan orang tua beranggapan “Kerenan les, gengsi dunk kalo gak les?”

Demi gengsi itulah sebabnya anak – anak dibandingkan dengan anak – anak lainnya. Oleh karena itu orang tua sering menjelaskan bahwa mereka tidak bermaksud membanding – bandingkan. Hanya membuat anaknya termotivasi dan mencoba memahami, mecontoh kiat kiat yang membuat orang – orang berhasil.

Faktanya, banyak orang tua memiliki kesalahan yaitu mereka berpikir apa yang terbaik untuk anaknya tanpa melihat apakah itu memang baik untuk sang anak atau tidak. Dan para orang tua akan merasa kecewa bahkan stres jika sang anak tidak bisa memenuhi target yang diberikan.

Sebagai orang tua yang baik, janganlah menuntut anak terlalu tinggi meski sang anak mempunyai kemampuan yang baik. Hargai setiap usaha yang dilakukan dan beri dukungan jika sang anak mengalami kegagalan. Jangan mengritik atau menyalahkannya jika prestasinya tidak bagus, berikan kesempatan anak untuk daapt mengeluarkan pendapatnya dan yang paling pentinga adalah pahami kebutuhan, keinginan dan kemampuannya.

selalu memberikan yang terbaik untuk anaknya. Namun ketika gengsi sebagai orang tua yang berbicara, maka anak hanyalah alat. Alat untuk ajang adu gengsi kehebatan sebagai orang tua.