Detail Artikel

Kamis, 26 Februari 2009

Jati Diri dalam sebuah Kata
[html] Bagaimana anda mengenal diri anda? Bagaimana anda membuat orang lain mengenali siapa anda?
Tidak sulit untuk menjawab pertanyaan itu, salah satu yang membuat anda dan orang lain mengenal anda adalah dengan tulisan.
Tulisan bukanlah satu hal sederhana yang membentuk makna, tapi ia adalah susunan, gumpalan dan rangkaian kata.

Berdasar pengalaman pribadi saja, ketika sebuah tulisan itu dihidangkan dengan susunan yang membuat orang kacau ketika harus membacanya, anda dan beberapa orang lain akan mengecap bahwa kepribadian penulis benar-benar buruk. "Tulisannya saja kayak cakar ayam, gimana orangnya" lantas kalimat inilah yang selalu kita dengarkan mendapati tulisan semacam itu.

Tapi saya tidak sedang membicarakan bagus dan tidaknya sebuah tulisan, jelas bagusnya tulisan orang belum tentun mewakilkan kepribadiannya. Banyak, bahkan ribuan orang yang tulisannya bagsu, justru kepridaiannya buruk. Tapi sebuah makna yang terkandung didalam sebuah tulisan tidak akan mampu membohongi kita untuk tahu bagaimana kepribadian seseorang.

Sebagai contoh saja, bait tulisan dibawah ini :
" Anjing adalah anjing, bukan HYBG (hewan yang berbunyi gukguk)
Babi adalah babi, bukan HYBN (hewan yang berbunyi ngokngok)
Pelacur adalah pelacur, bukan PSK (pekerja seks komersial)"
Sebuah karya M.Rivai- Bandung.

Dari hanya tiga baris tulisan itu, anda setidaknya dapat memahami bahwa si penulis sama sekali tidak menghendaki penghalusan bahasa, yang mungkin akan merubah makna kata.

Ketika seseorang menulis puisi bernada sedih, patah hati, yang menyayat, ana bisa melihat bagaimna jiwa penulis itu. Melankolis. Dramatis.

Sudah cukup jelas bukan, bahwa tiap kata yang anda pilih untuk anda satukan dalam tulisan, dapat membantu anda menemukan jati diri anda. Sekalipun anda bukan seorang puitis, bukan seorang pujangga, tapi kata akan menunjukkan maknanya ketika anda mengenalinya.

"Tulisan itu jati diri anda"

[/html]