Senin, 22 Juni 2009
Memprediksi kecepatan korosi menggunakan teori mekanistik
[html]Pemprediksian korosi dapat digunakan untuk mengetahui kecepatan korosi tanpa melakukan percobaan. Pengukuran korosi dengan methode ini menjadi sangat penting jika ingin mengetahui kecepatan korosi di lingkungan yang sulit dijangkau, semisal di lingkungan yang mengandung racun, tekanan tinggi, dan di tempat yang tersembunyi. Selain itu teknik ini dapat juga digunakan untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi jika diketahui kecepatan korosi hasil dari percobaan atau hasil dari pendataan di lapangan. Pengukuran secara langsung di lapangan tanpa mengetahui penyebab di balik data yang didapat, dapat mengakibatkan salah penafsiran tentang data korosi. Ini diakibtakan karena data korosi dari hasil perhitungan dengan methode elektro kimia yang ada (LPR, EIS, Noise, FRM) hanya menghitung aliran proses elektrokimia saja (korosi uniform). Sekalipun dilengkapi dengan data perhitungan korosi pengurangan berat dan uji visual, penafsiran tentang phenomena korosi bisa salah, khusunya untuk memprediksi kecepatan korosi akibat komponen yang kompleks.
Memprediksi korosi dengan teori mekanistik adalah menghitung kecepatan korosi berdasarkan teori: kecepatan reaksi kimia, perubahan keadaan phisik material, dinamika permukaan, dan seluruh aspek mobilisasi unsur yang terlibat dalam reaksi korosi. Di lingkungan minyak dan gas bumi ada beberapa faktor yang biasa mempengaruhi kecepatan korosi. Penyebab terjadinya korosi dapat diakibatkan oleh faktor alirannya; mengalir atau diam. Akibat sifat phisik aliran; kandungan gas, glycol, inhibitor, kompoisi air dan minyak (water cut), kecepatan aliran gas dalam minyak. Akibat sifat permukaan material: kekasaran, jenis phasa material dan komposisi, serta kualitas dan jenis lapisan deposit. Semakin banyak variable yang dapat dideteksi semakin akurat hasil pengamatan dan interpretasi data korosi. Dengan kata lain pengetahuan tentang korosi tidak hanya angka pada kecepatan korosi saja, tetapi juga pengetahuan tentang apa yang sebenarnya terjadi pada meterial itu.
Teori mekanisme korosi yang terjadi di lingkungan minyak dan gas bumi telah dikembangkan oleh Nesic dkk [1]. Mereka mengembangkan teori mekanisme korosi di lingkungan yang mengandung gas H2S, CO2 dan asam asetat, baik di aliran air yang mengalir atau yang diam dengan berbagai kelemahnnya. Selama kurun waktu 2000-an sampai sekarang, kelompok peneliti di laboratoriumnya masih aktif mengembangkan teori mekanisme ini sampai akhirnya dibuatlah program perhitungannya ââ¬ËMulticorr Modelî. Mereke mengklaim bahwa prediksi yang dihasilkan dari perhitungan ini menunjukkan hasil yang akurat.
Dampak jangka panjang jika metode ini berhasil adalah dapat menghitung kecepatan korosi dengan hanya melihat bentuk phisik material dari luar saja tanpa melakukanuji korosi konvensional. Dan dapat diapliaksikan dalam berbagai macam keperluan, misalnya: pemilihan jenis inhibitor, pembuatan inhibitor, pemilihan methode pengecatan, menghitung korosi di beton bertulang, menghitung korosi dalam pipa, korosi dalam bejana tekan, dan berbagai macam jenis korosi akibat gas dan perubahan temperatur.
Referensi
Nesic dan kawan kawan: Ohio University, CO2Corrosion and Multiphase centre
[/html]