Detail Artikel

Selasa, 06 Desember 2011

Character Building Ala Bung Hatta
Temu ramah dengan putri mendiang proklamator RI , DR.Moh. Hatta yang diadakan di Aula Caraka Gedung B Universitas Bung Hatta, Jumat 2 November 2011 memberikan pencerahan tersendiri dalam konsep character building yang sekarang sedang di halo-halokan penerapannya di berbagai tingkatan pendidikan mulai dari Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas sampai Perguruan Tinggi.

Dalam acara tersebut Prof.DR.Meuthia Hatta memaparkan bahwa dalam era teknologi dan informasi sekarang ini yang harus dibangun adalah character, secara luasnya adalah rakyat. Karena rakyat merupakan unsur kemajuan sebuah bangsa. Menurut beliau pertama sekali yang mesti dibangun adalah rakyat, dan semestinya rakyat menjadi "tuan rumah di negri sendiri bukan tuan rumah yang harus menghamba ke tamu yang datang", artinya rakyatlah yang harus memenej setiap sektor ekonomi produktif yang "bercokol" di Negara kesatuan Republik Indonesia ini.

Fenomena yang terjadi sekarang ini‚ banyaknya sektor ekonomi produktif yang dikuasai oleh pengusaha baik lokal maupun asing yang meng eksplore kekayaan sumber daya alam. Mereka menikmati dengan suka cita, sementara rakyat tidak diperhatikan. Proses legalitas bagi pengusaha tersebut dalam menjalankan bisnisnya menjadi angin segar dan peluang bagi oknum penguasa dalam menumpuk pundi-pundi mereka, masyarakat diabaikan.

Dalam dunia akademisi diharapkan kaum cendikiawan mampu eksist dalam terapan ilmu nya di masyarakat,mampu meluruskan kebijakan-kebijakan yang dikeluarkan pemerintah dalam rangka kesejahteraan masyarakat, kemampuan dalam menggali sumber daya baru yang nantinya juga akan meningkatkan perekonomian.

Namun sayangnya pemerintah kurang perhatian bagi para ahli (expert) dalam mengakomodir penemuan nya dan tentunya kesejahteraan mereka, oleh karena itu banyak para ahli yang kuliah di luar negri yang mampu menemukan sebuah penemuan baru jarang pulang kembali ke Indonesia, karena di negara asal tempat dia kuliah dibekali/difasilitasi dengan fasilitas labor yang mendukung dan tentunya ketersediaan fasilitas hidup yang cukup.

Hajat hidup orang bayak dikuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk kesejahteraan rakyat sesuai dengan amandemen pembukaan UUD 1945 pasal 33. Dalam kenyataannya bertolak belakang dengan fenomena yang terjadi sekarang ini.

Sistem ekonomi kapitalis dan neoliberal berjamur di Indonesia dan menguasai banyak sector-sektor ekonomi produktif.Oleh karena itu konsep ekonomi kerakyatan yang menjadikan Koperasi sebagai soko guru dalam perekonomian merupakan sistem yang tepat untuk dijadikan problem solving.

Banyak di negara maju seperti Eropa dan Amerika yang saat ini mengalami krisis ekonomi yang bersifat global mulai beralih dari sistem kapitalis ke sistem syariah (syariat), dan tentunya di Indonesia di karenakan keberagaman etnis(ethnic) kepercayaan (faith) dan budaya (culture), dan tentunya sesuai dengan pembukaan UUD 1945.

Jika dilihat dari sejarah kelahiran koperasi di Eropa yang dikenal dengan Kinder der Not, yang telah terbukti dapat memperbaiki taraf hidup kaum buruh dan para petani maka pasa saat itu pula koperasi berkembang dengan pesatnya. Berbagai aliran-aliran koperasi muncul pada saat itu antara lain Socialist School atau Aliran Sosialis, Cooperative Commonwealth School atau Aliran Persemakmuran Koperasi,Competitive Yarrdstick, Aliran Pendidikan dan Aliran Nimes. Aliran - aliran koperasi ini dapat berperan sebagai penghilang dampak negative dari sistem kapitalis.

Andaikan Bung Hatta masih hidup, usia beliau sekarang ini satu abad 9 tahun.Dilahirkan di Bukittinggi 12 Agustus 1902 berasal dari keluarga taat beragama dan terkenal dengan saudagar kaya, namun beliau tidak buta dengan kekayaan yang dimiliki keluarga. Hidup sederhana dan penuh kesahajaan selalu diterapkan dalam kehidupannya sampai ke tiga orang putri beliau yaitu Meuthia, Halida dan Kemala.

Bung Hatta merupakan figure yang patut diteladani dengan kedisiplinan, komitmen, kesederhanaan, keataatan dan nasionalisme yang dimiliki beliau mampu menjadi panutan di tengah kehidupan yang sekarang ini mengalami degrasasi moralitas di tengah masyarakat. Dalam otobiografi nya,diceritakan bahwa "saking" kepeduliannya terhadap nasib bangsa, beliau bertekad untuk menunda memikirkan kehidupan pribadinya sebelum Indonesia merdeka. Dan hal itu dibuktikannya dengan pada usia 43 tahun, beliau baru menikah setelah Indonesia merdeka 17 Agustus 1945. Walaupun pada saat mengenyam pendidikan di Negara Belanda banyak sekali gadis-gadis disana yang mendekatinya, tapi beliau tidak tergiur, beliau tetap menjaga norma dan adab timur yang dilandasi dengan ketaatan yang mendalam.

Ketaatan beliau dalam beragama tidak diragukan lagi, selama dalam pengasingan di Jakarta maupun sampai di Boven Digul, kewajiban sebagai seorang muslim tetap dikerjakan. Dalam sejarahnya sebelum beliau dipindahkan ke Boven Digul beliau dikurung di rumah tahanan di Jakarta yang sempit, pengap. Banyak pada waktu itu para saudagar urang awak yang memberikan pakaian dan berkirim makanan.

Pada pada saat beliau akan dipindahkan, Moh.Hatta meninggalkan pakaian dan makanan tadi kepada para tahanan lainnya, meskipun kondisi seperti apa yang akan dihadapai di tempat tahanan yang baru tidak dikenalinya,beliau peduli dengan rekan sesame tahanan.Itulah contoh tauladan Bung Hatta yang bersahaja, taat,santun, peduli dan suka bersedekah.Hendaknya semua itu dapat dijadikan base off bagi pondasi kurikulum pendidikan berkarakter di Indonesia.