Senin, 20 Februari 2023
ABSSBK DAN SILA PERTAMA BUTIR 2
Dr. Drs. M. Sayuti Dt. Rajo Pangulu, M.Pd.(Ketua Pujian ABSSBK HAM/ Dosen Univ. Bung Hatta)
Dalam butir 2 dari Sila Pertama berbunyi, ‘mengembangkan sikap hormat menghormati bekerja sama antara pemeluk agama dan penganut-penganut kepercayaan yang berbeda beda sehingga terbina kerukunan’. Ketetapan MPR RI No. II/ MPR RI/ 1979 Tentang 36 butir Pancasila merupakan kebijakan pemerintah Negara Republik Indonesia pada dekade 1980 – 1989 atau kurang lebih selama satu dasa warsa. BP7 atau Badan Pembinaan Pendidikan Pelaksanaan Pedoman Penghayatan dan Pengamalan Pancasila Propinsi Sumatera Barat mensikronkan atau mensenyawakan 36 butir Pancasila itu dengan ajaran ABSSBK di Sumatera Barat. Maka tulisan ini menguraikan butir 2 dari sila pertama Pancasila. Menurut ajaran syara’ mangato disebutkan dalam QS Al Baqarah/2 ayat 163 yang artinya : Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa, tidak ada Tuhan melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. Arti ajaran syara’ ini sudah sangat jelas bahwa Allah Tuhan yang Maha Esa diakui oleh semua pemeluk agama di Indonesia.
Setiap warga negara Indonesia wajib memeluk agama dan kepercayaannya sesuai dengan agama yang dianutnya. Setiap umat beragama meyakini Tuhan Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Tuhan Allah sudah mempunyai sifat pengasih penyayang tentu setiap umatnya wajib meniru sifat pengasih penyayang antar umat beragama. Tujuannya adalah untuk menciptakan kerukunan umat antar beragama dan umat inter beragama. Selanjutnya Allah berwahyu lagi dalam QS Asy Syuura/42 ayat 15. Yang artinya : Allahlah Tuhan kami dan Tuhan kamu. Bagi kami amal-amal kami. Tidak ada pertengkaran antara kami dan kamu. Allah mengumpulkan antara kita dan kepada-Nya-lah kita kembali. Artinya, setiap umat beragama sudah mengakui Tuhannya masing-masing. Tidak perlu mempertentangkan antara penganut yang satu dengan umat penganut agama yang lain.
Setiap amal yang diperbuat umat imbalannya adalah untuk umat yang mengamalkan agamanya masing-masing. Jangan ada pertengkaran antar umat beragama apalagi inter umat beragama. Sebab semuanya akan kembali kepada Allah SWT bagi umat Islam begitu juga bagi pemeluk agama yang lain. Begitu juga menurut ajaran adat mamakai yang tertuang dalam ungkapan adat Minangkabau yang berbunyi ‘Jan carai karano budi, usah ranggang karano ameh. Jan bakato basitinggi hati, usah bagaua muluik mandareh’ (Bhs Minang) atau Jangan cerai karena budi, usah renggang karena emas. Jangan berkata bertinggi hati, usah bergaul mulut menderas atau kasar (Bhs Indonesia). Artinya adat Minang mengajarkan jangan kita bercerai berai karena budi. Dengan kata lain orang Minangkabau kalau budi sudah diketahui orang kurang baik maka orang akan menjauh dari dirinya. Yang mengikat antar manusia itu pada dasarnya adalah budi yang baik. Jangan pula merenggang hubungan baik kita antara satu dengan yang lain karena emas. Artinya, bergaul karena memandang hartanya atau karena pangkatnya, maka pergaulan itu bukan pergaulan yang abadi. Bergaullah karena jangan karena ada apanya tetapi bergaul karena apa adanya. Berikutnya ajaran adat memakai diungkapkan lagi ‘dakek jalang menjalang, jauah cinto mancintoi, sakabek umpamo lidi, sarumpun ibaraik sarai’ (Bhs Minang) atau Dekat jelang menjelang, jauh cinta mencintai.
Sekebat umpama lidi, serumpum ibarat serai. Artinya pada dasarnya umat manusia di dunia ini adalah satu sebagai makhluk yang maha Esa. Begitu juga walaupun kita tidak seiman dan seagama dengan teman kita, tetapi saling mencinta saling menghormati antar sesama umat dan inter sesama umat. Juga saling kunjung mengunjung tidak dilarang oleh agama. Karena agama mereka adalah keyakinan mereka. Begitu juga agama kita adalah keyakinan agama kita. Dua ungkapan di atas selalu diucapkan oleh masyarakat Minangkabau waktu pidato pasamabahan adat baik waktu kenduri perkawinan atau waktu makan minum bajamba secara adat atau waktu upacara adat. Hiduplah saling hormat-menghormati, terutama terhadap ibu bapa, orang yang tua umurnya, guru yang mengajar kita dan para pemimpin kita, dan kasihanilah anak-anak. Berbuat baiklah sesama manusia, dan hiduplah bantu-membantu.
Utamakanlah dalam hidup berbuat jasa baik sesama manusia, dan sekali-kali jangan timbul perpecahan karena kebendaan. Jangan terjadi kerenggan karena harta dan pangkat. Umat yang baik itu mampu berbuat baik di permukaan bumi ini. Begitu juga seorang umat yang baik itu bermanfaat bagi umat yang lain.