Universitas Bung Hatta

Menuju Perguruan Tinggi Berkelas Dunia

Bg Universitas Bung Hatta
Kamis, 16 Maret 2023 Umum

ABSSBK DAN SILA KEDUA BUTIR KEDUA

Dr. Drs. M. Sayuti Dt. Rajo Pangulu, M.Pd.
(Ketua Pujian ABSSBK HAM/ Dosen Univ. Bung Hatta)

Pusat Kajian Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabullah atau ABSSBK mengkaji sila kedua yang berbunyi Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab. Sila kedua ini melahirkan butir pertama untuk diimplementasikan di tengah kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat Minangkabau.

Sila kedua butir kedua berbunyi: saling mencintai antar sesama manusia. Mencintai itu tidak hanya dalam bentuk sayang dan cinta yang dipahami banyak orang. Cinta di sini adalah mencintai orang lain seperti mencintai diri sendiri. Mencintai diri sendiri berarti mencintai fisik, jiwa dan pikiran kita. Oleh karena itu, orang-orang yang mencintai diri sendiri akan menahan untuk tidak melakukan hal-hal yang berdampak pada ketenangan diri. Dengan demikian, sikap ini bisa membantu kita untuk selalu melakukan kebiasaan yang baik.

Ajaran syarak mangato dalam Quran Surat Al-Hujarat ayat 12, berbunyi yang artinya : Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan purba-sangka (kecurigaan) karena sebagian dari purba-sangka itu dosa. Dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang di antara kamu yang suka memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang.

Butir kedua dari sila kedua ini. Ajaran adat mamakai berbunyi dalam ungkapan, Sasakiek sasanang, sahino samalu, sabarek saringan, sahilie samudiak (Bhs Minang) atau Sesakit sesenang, sehina semalu, seberat seringan, sehilir semudik (Bhs Indonesia). Arti ungkapan ini secara umum adalah apa yang dirasakan oleh orang lain hendaknya juga mampu kita merasakannya. Butir kedua ini mengamanahkan kepada kita jangan kita masa bodoh dengan nasib saudara kita.

Jangan kita menganggap orang rendah dari kita walaupun kelihatan sepintas lalu orang tersebut tidak punya. Ada cerita orang yang mengganggap remeh orang yang datang ke rumahnya waktu lampu listrik mati di rumahnya. Ada dua buah rumah bertetangga yang berdekatan . Rumah yang satu dihuni oleh dua orang ibu dan anak yang tak punya atau keluarga miskin. Sebut saja nama anak itu Nazir. Yang satu lagi seorang wanita kaya tak punya suami sebut saja namanya ibu Halimah. Suatu ketika listrik mati. Sedang kelam gulita ibu Halimah bergegas mencari lilin. Terdengar suara Nazir mengetok pintu.

Halimah beranggapan minta nasi waktu itu. Dijawabnya, “nasi tak ada masak dalam kelam minta nasi”. Saya sedang mencari lilin tak ketemu. Nazir menjawab, “saya datang bukan minta nasi buk, tetapi saya tau ibu tak punya lilin, ini ada lilin saya siapkan untuk ibu”. Ibu Halimah bukan main malunya dan sekaligus sadar bahwa kalau ada orang datang dalam keadaan sulit pun jangan dianggap remeh.

Sebab sesuai dengan Sunnah Rasul Muhammad Saw, bahwa bila ada orang datang ke rumah kita anggaplah membawa rahmat. Tetapi kewaspadaan dalam situasi apapun tentu tidak dilarang oleh Nabi Muhammad Saw. Dalam ungkapan Minang juga berbunyi, Bak ibarat bapiek kuliek, sakik dek awak sakik dek urang, sanang dek awak sanang dek urang, (Bhs Minang) atau Bak ibarat berpiet kulit sakit oleh kita sakit oleh orang, senang oleh kita senang pula oleh orang, (Bhs Indonesia).

Arti ungkapan ini secara umum adalah bahwa apa yang kita rasakan mungkin dirasakan pula oleh orang lain. Jangan perasaan kita saja yang ditonjolkan tetapi dengar dan rasakan pula apa yang dirasakan orang lain. Aplikasi dari ungkapan pepatah petitih di atas adalah bahwa kita hendaknya saling memberi, membantu dan menyayangi sesama kita. Kita tidak saling membenci sesama kita.

Kalau ajaran Adat ini dijalankan dalam masyarakat maka masyarakat akan merasa aman dan tentram, karena tidak ada orang yang terlantar karena ketiadaan/kemiskinan yang di alaminya. Rasa cinta mencintai, sayang menyayangi subur dalam masyarakat, maka terwujudlah masyarakat yang aman, damai dan sejahtera lahir-batin. Begitu juga makna ayat di atas dapat dipahami bahwa sesama orang beriman tidak boleh saling dengki dan membenci, tetapi hendaklah saling sayang-menyayangi, cinta-mencintai satu sama lain.

Nabi pernah bersabda yang artinya sebagai berikut : “Tidak sempurna iman seseorang sebelum ia mencintai orang lain seperti mencintai dirinya sendiri”. Maka dari makna ayat dan hadis di atas dapat diamalkan dalam masyarakat untuk selalu memperkuat rasa sayang-menyayangi dan menjauhkan rasa / sifat saling membenci antara sesama manusia. Butir kedua dari sila kedua ini juga sudah ditetapkan oleh Majelis Permusyaratan Rakyat Republik Indonesia dengan ketetapan MPR RI No. II/ MPR RI/ 1979 tentang 36 butir Pancasila. Sila kedua buitr kedua ini sangat dibutuhkan pengamalannya saat ini. Sebab manusia yang tak peduli atau tak punya nyali akan menimbulkan ketidaknyaman dalam masyarakat. Sifat tidak peduli tidak diterima oleh ajaran adat dan syarak.