Detail Artikel

Jum'at, 07 Juli 2023

FENOMENA MENGHADAPI PEMILU 2024
Dr. Drs. M. Sayuti Dt. Rajo Pangulu, M.Pd.
Ketua Pujian ABSSBK HAM/ Dosen Univ. Bung Hatta

Pusat Kajian Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabullah Hukum Adat Minangkabau yang disingkat PUJIAN ABSSBK HAM kembali mengamati dan mengkaji bagaimanakah fenomena masyarakat Indonesia menghadapi Pemilu 2024? Apakah sebenarnya tujuan dari Pemilu 2024 nanti? Fenomenna di sini diartikan pada sikap dan pemikiran msyarakat menghadapi Pemilu.

Tentu sikap atau pemikiran masyarakat ada yang negatif atau ada yang positif atau masa bodoh ada juga sangat peduli dengan Pemilu 2024. Saran atau fatwa siapakah yang harus didengar oleh masyarakat menghadapi Pemilu 2024? Berdasar undang-undang nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilu, maka tujuan Pemilu dan pemilihan secara umum adalah untuk memberikan kesempatan bagi setiap warga negara yang telah memenuhi syarat untuk berpartisipasi menggunakan hak politiknya.

Pemilu dan Pemilihan menjadi sarana terjaminnya pergantian kepemimpinan dalam pemerintahan di pusat serta daerah dan perwakilan politik rakyat di parlemen secara konstitusional, reguler secara berkala (5 tahun sekali di Indonesia). Selain itu, Pemilu dan Pemilihan bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Pemilu dan Pemilihan sebagai pendidikan politik dan sarana perwujudan kedaulatan rakyat untuk memilih pemimpin pemerintahan dan anggota dewan perwakilan sebagai representasi rakyat.

Pemilu sangat penting dalam Negara demokrasi karena pemilu memberikan kesempatan bagi setiap Warga Negara yang telah memenuhi syarat menggunakan hak politiknya. Pemilu menjadi sarana terjaminnya pergantian kepemimpinan secara konstitutional, rutin/berkala, dan damai. Pemilu yang berkualitas bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan dan kualitas hidup masyarakat. Pemilu merupakan sarana pengambilan keputusan bersama dalam mencapai tujuan bersama sesuai dengan prinsip-prinsip demokrasi.

Tujuan Pemilu itu baik. Namun ada beberapa masalah yang dipikirkan oleh masyarakat dalam menghadapi pemilihan legislatif, Pemilihan Kepala Daerah atau Pilkada & Pemilihan Presiden atau Pilpres, Dalam pikiran masyarakat ada mungkin yang mengganggap Pemilu 2024 itu hanya kegiatan rutin negara sekali lima tahun. Orang yang berpikir seperti ini lebih banyak pesimis daripada optimis. Ada lagi yang berpikiran di kalangan pedagang Pemilu itu untuk mencari kedudukan bagi penganggur tingkat tinggi, tetapi Pemilu atau tidak yang namanya nasib pedagang tak akan berubah. Yang kaya akan semakin kaya tetapi yang miskin semakin miskin.

Orang berpikir seperti ini dia tidak seksi melihat pemilu 2024 yang akan datang. Tetapi ada pula ‘orang jahat’ berkata dalam hatinya,”saya harus ikut Pemilu dan mengajak teman-teman saya pergi ke Tempat Pemungutan Suara atau TPS. Sebab orang – orang baik umumnya mereka masa bodoh dengan Pemilu’. Orang seperti ini kalau dia berhasil menghalau orang yang sebakat dengan dia tentu dia berharap kemenangan akan diraih oleh kelompok dia. Ada lagi pemikiran masyarakat siapa yang kasih uang itu yang dipilih.

Sebaliknya ada lagi pemikiran ambil uangnya laporkan pelakunya. Politik uang termasuk melanggaran pidana atau denda uang. Tersebab Pengawas Pemilu atau Panwaslu tidak bergigi sehingga pelanggaran sering sikap pembiayaran. Akgirnya orang tidak terlalu percaya pada Panwaslu. Kalau bicara politik uang banyak sekali terkait dengan masalah lain, misalnya pelaksana pemilu Komisi Pemilihan Umum atau KPU, Panwaslu, penegak hukum, peserta pemilu, pemilih, Sumber Daya Manusia, Anggran, calon legislatif semuanya itu akan berperan untuk menjadikan Pemilu yang berkualitas dan bermartabat. Masalah politik uang ini akan diamati dan dikaji tersendiri pada tulisan berikutnya.

Tetapi terkadang memilih atau menentukan orang baik atau orang jahat waktu pemilu tidak mudah. Untuk menjawab semua permasalahan di atas, mungkin ada baiknya kita simak nasehat atau saran lima tokoh dunia Ini. Tokoh sekaligus ulama dunia sudah memberikan fatwa untuk direnungkan oleh pemilih pilihan hatinya, diantaranya: Pertama, Ali bin Abi Thalib r.a., apa katanya, “Kezhaliman akan terus ada, bukan karena banyaknya orang-orang jahat, tapi karena diamnya orang-orang baik”; Kedua, Ada ulama bernama Syaikh Yusuf Qardhawi (Ketua Asosiasi Internasional Cendekiawan Muslim). Apa katanya?,” Setidaknya ada tiga cara dalam mempertimbangkan pilihan, Yaitu: Jika semuanya baik, pilihlah yang paling banyak kebaikannya; Jika ada yang baik dan ada yang buruk, pilihlah yang baik; Jika semuanya buruk, pilihlah yang paling sedikit keburukannya; Ketiga, Dr. Hamid Fahmy Zarkasyi, M.A., M. Phil. (Ketua MIUMI Pusat, putra Pendiri Pesantren Gontor). Apa katanya? "

Jika anda tidak mau ikut Pemilu karena kecewa dengan pemerintah & anggota DPR, atau parpol Islam. Itu hak anda. Tapi ingat jika anda & jutaan yang lain tidak ikut pemilu maka jutaan orang fasik, sekuler, liberal, atheis akan ikut pemilu untuk berkuasa dan menguasai kita. Niatlah berbuat baik meskipun hasilnya belum tentu sebaik yang engkau inginkan.”; Keempat, Recep Toyyib Erdogan. Apa katanya? “Jika orang baik tidak ikut terjun ke politik, maka para penjahatlah yang akan mengisinya;

Kelima, Necmetti Erbakan. Apa katanya? “Muslim yang tidak peduli Politik akan dipimpin oleh Politikus yang tidak peduli kepada Islam. Sarannya adalah jangan tidak ikut Pemilu, Kejahatan akan timbul tatkala orang baik semuanya diam. Oleh karena itu partisipasi mmasyarakat sangat penting ikut Pemilu dan memilih sesuai dengan hati sanubarinya dan dilandasi pula dengan keyakinannya.