Detail Artikel

Jum'at, 13 Oktober 2023

MEMILIH PEMIMPIN MENURUT ABSSBK
MEMILIH PEMIMPIN MENURUT ABSSBK
Dr. Drs. M. Sayuti Dt. Rajo Pangulu, M.Pd.
Ketua Pujian ABSSBK HAM/ Dosen Univ. Bung Hatta

Pusat Kajian Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabullah Hukum Adat Minangkabau yang disingkat PUJIAN ABSSBK HAM kembali mengkaji dan menyajikan tentang “Memilih Pemimpin Menurut Adat Basandi Syarak Syarak Basandi Kitabullah atau disingkat ABSSBK.

Menurut Syarak mangato bahwa pemimpin yang akan dipilih itu hendaklah dilihat riwayat hidupnya ke belakang atau track record atau rekam jejak seseorang yang akan menjadi pemimpin. Kajian ini diletarbelakangi oleh akan ada Pemilu pesta demokrasi pada14 Februari 2024 nanti.

Pemimpin yang akan dipilih adalah presiden dan wakil presiden. Juga anggota legislatif baik di tingkat pusat atau di tingkat propinsi dan atau di tingkat kabupaten dan kota di seluruh Indonesia. Masalah yang dihadapi pemilih adalah tidak mengenal pemimpin yang akan dipilih; tidak tau pemimpin yang akan dipilih; asal pilih saja; dipilih karena sogok menyogok walaupun mereka tau menyogok dan penerima sogok sama – sama dlaknak Allah di dunia dan di akhirat.

Hal itu disebabkan pemilih tidak tau pedoman memilih pemimpin. Baik pedoman menurut ajaran syarak maupun pedoman pemimpin menirut ajaran adat Minangkabau. Berikut ini kita coba menyajikan secara prinsip dan singkat tata cara memilih pemimpin menurut syarak managato adat mamakai, alam takambang jadi guru.

Menurut ajaran syarak mangato terdapat dalam Quraan surat As-Sajdah atau surat ke-32 ayat 24 dan Al-Anbiya’ atau surat ke-21 ayat 73. Sifat-sifat seseorang pemimpin yang paling utama adalah kesabaran dan ketabahan. “Kami jadikan mereka pemimpin ketika mereka sabar/tabah”. Kesabaran dan ketabahan dijadikan pertimbangan dalam mengangkat seorang pemimpin.

Ada empat sifat yang telah dimiliki oleh para nabi/rasul sebagai pemimpin umatnya, yaitu: Pertama, Shidq, yaitu kebenaran dan kesungguhan dalam bersikap, berucap dan bertindak di dalam melaksanakan tugasnya. Lawannya adalah bohong. Seorang pemimpin tidak boleh pembohong; Kedua, Amanah, yaitu kepercayaan yang menjadikan dia memelihara dan menjaga sebaik-baiknya apa yang diamanahkan kepadanya, baik dari orang-orang yang dipimpinnya, terlebih lagi dari Allah swt. Lawannya adalah khianat.Amanah tidak boleh dibeli tetapi diberi; Ketiga, Fathonah, yaitu kecerdasan, cakap, dan handal yang melahirkan kemampuan menghadapi dan menanggulangi persoalan yang muncul. Lawannya adalah bodoh; Keempat, Tabligh, yaitu penyampaian secara jujur dan bertanggung jawab atas segala tindakan yang diambilnya atau akuntabilitas dan transparansi.

Lawannya adalah menutup-nutupi kekurangan dan melindungi kesalahan. Pemimpin juga harus mampu berkomunikasi dengan baik dengan siapa saja. Sedangkan menurut ajaran adat Minangkabau syarat menjadi pemimpin itu sudah ditulis oleh ahli adat Minangkabau jauh sebelumnya, seperti Idrus Hakim Dt. Rajo Pangulu dari Luhak Tanah Datar, Inyiak Sech Sulaiman Arrasuli dari LuhakAgam, Ahmat Dt. Batuah Sango dari Luhak Limo Puluah, Angku Sofyan Dt. Sati dari Sijunjung dan banyak lagi.

Semua mereka sepakat bahwa syarat menjadi pemimpin menurut adat Minangkabau atau menurut adat mamakai antara lain adalah: Pertama, Ingek dan Jago Pado adat; Ingat pada adat mengandung arti bahwa seorang pemimpin itu berpegang kepada norma – norma adat, norma hukum, norma agama, dan budayanya. Dia cinta kepada adatnya, dia patuh pada adatnya, dan menghormati adatnya. Dia selalu menjaga adatnya agar tidak dirusak oleh siapapun. Baginya adat dipakai baru, kain dipakai usang. Kedua, Berilmu, berfaham, bermakrifat, yakin dan Tawakal pada Allah SWT)

Perkembangan zaman menuntut setiap individu untuk meningkatkan Ilmu pengetahuan, orang yang ketinggalan ilmu dan informasi akan digilas oleh zamannya. Ilmu yang didapatnya kalau sekolah ada gedungnya, kalau mengaji ada suraunya. Tidak sekolah sabtu minggu, tidak punya ijazah palsu, tidak pula pendidikian hanya dengan segala paket, seperti paket A, Paket B, dan Paket C. Peradaban manusia yang semakin hari kian berkembang dan meningkat sangat berpengaruh terhadap prilaku manusia itu. Hal ini sangat memungkinkan manusia untuk bisa lebih unggul ketika mampu mengimbangi kemajuan zaman. Sekrang ditambah menguasai ilmu dan teknologi.

Terutama teknologi digitaliasi; Ketiga, Kayo atau kaya maksudnya kayo dengan budi, lapang alamnya dan pikirannya serta kaya dengan materi. Secara etimologi berarti memiliki harta benda sebagai bekal kehidupan, sehingga pemimpin bisa lancar dalam menjalankan tugas kepemimpinannya mengurus rakyatmya; Keempat, Murah, artinya tidak kaku dalam pergaulan dan terbuka dalam sikap. Dengan demikian selalu memberi kemudahan dalam setiap persolan yang ada. Tidak mempersulit setiap urusan yang timbul dalam hidup berbangsa dan bernegara.

Murah dalam pergaulan, bijak mengambil keputusan, teliti, suko baragiah jo mambantu; Kelima, Hemat dan cermat. Hemat dan cermat adalah bagian dari syarat pemimpin. Seorang yang cermat akan melahirkan sebuah kebijakan yang teliti, pandai menimbang dan mengingat, sehingga setiap kebijakan seorang pemimpin mempunyai pertimbangan yang matang.

Setiap kebijakannya diterima oleh seluruh rakyat, sesuai bak bunyi gurindam adat, indak mangelokkan galah di kaki, indak malabiahkan lantai tampek bapijak, dek sio sio nagari alah, dek cilako utang tumbuah, mangana awa jo akhia, tau manfaat jo mudharat, dalam awa akhia mambayang, dalam kulik mambayang isi. Keenam, Jaga atau hati hati. Artinya, adalah Ingek dan jago pado adat. Tindakan seorang pemimpin harus mencerminkan perilaku orang sadar dan sehat. Perkataan, perbuatan dan perangai harus prilaku sadar dan dewasa. Bahkan berjalan bertutur, makan dan minum serta segala tindak tanduk harus dijaga dengan hati hati; Ketujuh, Sabar seorang pemimpin harus sabar dalam melaksanakan tugasnya.

Pemimpin adalah panutan dalam masyarakatnya, maka setiap pemimpin harus bersifat sabar. Seorang pemimpin tidak pemarah, tidak boleh mahariak mahantam tanah, bakareh arang dilabuah nan rami, sebab penghulu, pai tampek batanyo dan pulang tampek babarito. Sabar dan lapang dada, tidak angkuh dan sombong, pemaaf dari bermacam kesalahan hamba rakyat nan banyak tingkah. Sesuai bak bunyi gurindam adat, indak bataratik bakato asiang, indak mahariak mahantam tanah, bukan mancapak maimbau lawan, pandai bikisa di lapiak nan sahalia, pinta duduak di tanah nan sabingkah. Selanjutnya, alah bakarih samparono, bingkisan rajo Majopahik, tuah basabab bakarano, pandai batenggang di nan rumik”