Detail Berita

Multikulturalisme dan Kearifan Lokal, Harus Masuk Kurikulum di FKIP

Selasa, 12 Februari 2013

Mengingat calon guru harus mengenal sosok peserta didik yang beragam sosio-kulturalnya, maka multikulturalisme harus masuk ke dalam pengembangan kurikulum guru. Multukulturalisme mengandung pengertian tentan budaya yang terwujud dalam pola piker dan cara pandang,sikap,serta perilaku seseorang yang unik dan berbeda dari orang lain.

Hal itu di utarakan Prof.Dr.Sapriya,M.Ed dari Universitas Pendidikan Indonesia, dalam pemaparan makalahnya “Pengembangan Kurikulum Program S1” saat acara Lokakarya Pengembangan Kurikulum yang digelar Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta, di Auala Balairung Caraka, Kampus I UBH Ulak Karang, Selasa,12/2.

Ia menyebutkan keunikan dan keberbedaan tersebut dipengaruhi oleh nilai-nilai local yang dianut oleh sekelompok masyarakat tertentu dan dari mana seseorang tersebut berasal. “Selain itu, perbedaan budaya juga dipengaruhi oleh identitasnya yang bisa ditinjau dari gender,agama, bahasa yang digunakan maupun perkembangan usia”, tambah Sapriya.

Ditambahkan, prinsip-prinsip pengembangan kurikulum pendidikan harus mencakup antara lain, keutuhan pendidikan professional guru, keterkaitan belajar mengajar,koherensi antar konten kurikulum, multikulturalisme dan kearifan local,pembaharuan dan kesinambungan, fleksibilitas, hak asasi dan kesetaraan gender, pendidikn inklusi,kesadaran lingkungan serta demokrasi.

Lokakarya pengembangan kurikulum tersebut, diikuti oleh seluruh dosen dari 7 program studi di linnkungan FKIP-UBH yang dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor I UBH Dr.Eko Alfares,Z.MSAA. (**Indrawadi-Humas UBH).