Mahasiswa Teknik Arsitektur UBH, Kuliah Lapangan di Kota Tua Sawahlunto
Selasa, 21 Mei 2013
Kota Sawahlunto dulu sempat berjaya sebagai kota batu bara di era kolonial Belanda, namun begitu bara sudah habis kota itu terancam menjadi kota mati. Namun kini, Kota Sawahlunto mulai muncul sebagai ikon baru sebagai wisata kota tua dan menunjukkan adanya kenaikan wisatawan asing maupun domestik yang datang ke Sawahlunto.Hal itu juga lah yang menjadi daya tarik tersendiri bagi 58 mahasiswaTeknik Arsitektur Universitas Bung Hatta untuk melakukan kuliah lapangan dengan melihat langsung dan membandingan tata kota di Sawahlunto dengan kota tua di Padang, Sabtu-Minggu (18-19/5).
Saat di temui di ruangan kerjanya, dosen pembimbing mata kuliah Arsitektur Kota UBH Dr. Eko alvares, MSA , menyebutkan mahasiswa yang mengikuti kuliah lapangan tersebut berasal dari 2007-2011.
Menurutnya, saat di lapangan mahasiswa akan melihat langsung elemen pembentuk suatu kota, selain belajar secara teoritis mahasiswa juga perlu melihat kelapangan
Dengan kuliah lapangan ini mahasiswa belajar untuk membandingkan elemen pembentuk kota di Padang dengan di Sawahlunto misalnya pembuatan pedestrian, misalnya apakah pejalan kaki di Sawahlunto nyaman berjalan di trotoar dengan ukuran yang ada sekarang, kemudian nantinya di analisa dan di bandingkan dengan kota Padang jelas Eko.
Salah seorang mahasiswa Juanda Ibrahim, saat dimintai pendapatnya mengatakan, dari kuliah lapangan bisa memahami bagaimana permasalahan kota yang sedang terjadi, kemudian kita dapat mengeluarkan konsep merancang kota tersebut baik dari segi pembangunan bangunan dan elemen lainnya suatu kota.
Elemen kota tersebut ada 8 salah satunya adalah pedestrian, ruang terbuka dll, dan sebelum ke Sawahlunto, kami juga mengunjungi Great Wall Koto Gadang dan Singgah di Bukittinggi, imbuh Juanda. (*