Cara BertuturAkademisi, Membentuk Karakter Akademik
Selasa, 11 Juni 2013
Jelang ujian akhir semester genap tahun ajaran 2013/2014, Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta menggelar acara kuliah umum dan temu ramah bagi seluruh sivitas akademika se-lingkungan Pindo di Aula Balirung Caraka Kampus I UBH, Selasa, 11/6.Dra. H Syofiani, M.Pd, Ketua Prodi Pindo UBH saat membuka acara mengatakan kegiatan ini merupakan agenda rutin yang dilakukan tiap akhir semester yang bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antara mahasiswa dan dosen, serta untuk menghimpun berbagai permasalahan akademik dan menjadi bahan evaluasi untuk menciptakan situasi akademik yang kondusif.
Untuk semester ini kita mengadakan kuliah umum yang mengangkat tema kiat bertutur dikalangan akademisi, sebab dalam kondisi dan situasi saat ini aktivitas bertutur semakin menurun dan cukup memprihatinkan, jelasnya Syofiani.
Sementara itu, Prof. Dr. Agustina, M.Hum dari Fakultas Bahasa Dan Seni (FBS) Universitas Negeri Padang (UNP) yang menjadi pemateri dalam kuliah umum ini mempaparkan makalah yang berjudul kiat bertutur di kalangan akademisi sebagai refleksi kesantunan dalam berkomunikasi.
Agustina menjelaskan Kegiatan bertutur merupakan fenomena aktual yang dilakukan seseorang dalam kehidupan kesehariannya. Dalam kajian pragmatik tuturan itu unit terkecil dalam interaksi verbal yang menyatakan tindakan. Semua komunikasi verbal melibatkan tindakan tutur. Bahasa akan bermakan bila digunakan sebagai sarana sosial yang bertujuan untuk berkomunikasi.
Dalam hal ini tuturan memiliki kaitannya dengan kesantunan berbahasa karena bertutur merupakan refleksi kesantunan dalam berkomuniakasi. Kesantunan berbahasa sebagai bentuk penggunaan bahasa selalu dipasangkan dengan hubungan sosial dan peran sosial dalam masyarakat dan kebuadayaan, paparnya.
Dihadapan lebih dari 250 mahasiswa, ia mengatakan kesantunan itu merupakan bagian dari sikap yang mengandung nilai sopan santun (etiket), penerapan konseptua, pelaksanaannya bipolar dan resiprokal dan tercermin dalam berpakaian dan bertindak.
Dunia akademik adalah tempat berkumpul orang ilmiah dan berintelektual , tentunya perlu adanya penggunaan tuturan bahasa santun dengan kiat-kiat tertentu disesuaikan dengan kondisi, konteksnya dan siapa lawan bicara kita, terangnya.
Kekerasan fisik yang sering terjadi di masyarakat merupakan fenomena representasi dari kekerasan verbal akibat tindakan tutur dalam berkomunikasi yang tidak pada tempatnya dan kuncinya ada pada kesantunan berbahasa, tegasnya.
Ia mengungkapkan berbicara tutur bahasa, di Minangkabau ada istilah kato nan ampek, yaitu kato mandaki (kata mendaki), kato manurun (kata menurun), kato mandata (kata mendatar) dan kato malereng. Falsafah adat tersebut merupakan kearifan lokal dalam pergaulan dan berkomunikasi masyarakat Minangkabau meskipun filosofi ini telah mengalami pemudaran.
Untuk itu, jika kaum akademisi ingin membentuk warga kampus yang mempunyai jati diri dan karakter akademik yang berperadapan tinggi, maka seharusnyalah memlihara kesopanan dan kesantunan.
Tidak hanya sebatas pengetahuan tetapai sampai pengamalan (aplikasi), mulai dari kalangan pimpinan, dosen, dan karyawan dalam tingkatan apapun sampai pada mahasiswa, imbuhnya.
(Bayu Haryanto)