Profesi Teknik Industri, Sinergi Dari Multi Disiplin Ilmu.
Selasa, 18 Juni 2013
Dalam menjalankan suatu industri tidak hanya terdiri dari satu macam disiplin ilmu saja melainkan berbagai macam disiplin ilmu yang saling bersinergi di dalamnya, salah satunya adalah Teknik Industri, banyak masyarakat yang salah menginterpretasikan pengertian tentang Teknik Industri. Pasalnya, istilah industri dalam berbagai kasus sering dilihat dalam kaca-mata sempit sebagai pabrik yang banyak bergelut dengan aktivitas manufakturing.Demikian di ungkapkan Yesmizarti Muchtiar, S.T, M.T Ketua Jurusan Teknik Industri Universitas Bung Hatta, di ruangan kerjanya, Selasa,18/6.
Ia menjelaskan bahwa industri bisa diklasifikasikan secara luas yaitu mulai dari industri yang menghasilkan produk-barang fisik (manufaktur) sampai ke produk-jasa (service) yang non-fisik. Industri juga bisa kita bentangkan dalam pola aliran hulu-hilir sampai ke skala kecil-menengah-besar.
Menurutnya, kajian disiplin ilmu Teknik Industri bisa terfokus dalam ruang lingkup mikro di lantai produksi dan terus melebar luas mengarah ke problematika manajemen produksi seperti perencanaan, pengorganisasian, pengoperasian dan pengendalian sistem produksi dengan memperhatikan sistem lingkungan, aspek politik-sosial-ekonomi-budaya maupun hankam dalam setiap langkah pengambilan keputusan yang berdimensi strategik.
Disiplin Teknik Industri melihat setiap persoalan dengan metode pendekatan sistem dimana segala keputusan yang diambil juga selalu didasarkan pada aspek teknis (engineering area) dan aspek non-teknis, ujarnya.
Ia menyebutkan, dalam penyusunan kurikulum pendidikan Teknik Industri dimulai dari tracer study untuk melihat profil lulusan untuk mendapatkan pendukung kompetensi utama yang diadopsi dari BKSTI. Kurikulum Teknik Industri juga menghendaki lulusan berwawasan teknologi sosiologis dan ekonomi dengan karakteristik dan keunggulan yang khas sehingga membedakan dengan disiplin ilmu keteknikan yang lainnya.
Institute of Industrial Engineers (IIE) telah memformulasikan hakekat dan peran disiplin teknik industri dalam tiga topik yang dipakai sebagai landasan utama pengembangan disiplin ilmu teknik industri, untuk menghilangkan keragu-raguan dan menyamakan persepsi maupun peran yang bisa dikerjakan oleh profesi teknik industri.
Pertama, berkaitan erat dengan permasalahan-permasalahan yang menyangkut dinamika aliran material yang terjadi di lantai produksi. Topik kedua berkaitan dengan dinamika aliran informasi. Selanjutnya topik ketiga cenderung membawa disiplin teknik industri ini untuk bergerak kearah persoalan-persoalan yang bersifat makro-strategis, ujarnya.
Bila berhadapan dengan problematika yang kompleks, menurut Yesmizarti disiplin Teknik Industri akan memerlukan dasar kuat dalam bidang keilmuan matematika, fisika, maupun sosial-ekonomi untuk bisa memodelkan, mensimulasikan dan mengoptimasikan persoalan-persoalan yang harus dicarikan solusinya.
Menurutnya bila mengacu pada ABET-Engineering Criteria 2000, maka seorang profesional Teknik Industri tidak saja harus menguasai kepakaran (hard-skill) Teknik Industri; tetapi juga harus memiliki wawasan, pemahaman, dan kemampuan/kompetensi lainnya (soft-skill).
Kemampuan soft skill seperti kemampuan untuk bekerja dalam kelompok (organisasi), pemahaman tentang tanggung jawab sosial dan etika profesi, kemampuan berkomunikasi baik lisan maupun tulisan, kesadaran lingkungan (alam maupun sosial), kepekaan tinggi terhadap berbagai persoalan yang dihadapi menyangkut berbagai macam isue kontemporer, aktual maupun situasional dan kemampuan berorganisasi, manajemen dan leadership, dan sebagainya, imbuh Tata, panggilan Yesmizarti.
Artinya, seorang profesional Teknik Industri tidak saja diharapkan akan memiliki kemampuan akademis dan kompetensi profesi keinsinyuran (engineering) yang baik saja, tetapi juga memiliki wawasan dan kepekaan terhadap segala permasalahan yang ada di industri maupun masyarakat.
Maka dalam beberapa dekade terakhir ini profesi teknik industri lebih banyak dilibatkan untuk menyelesaikan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan perencanaan strategis dan pengambilan keputusan pada tingkat manajemen puncak, ujarnya lagi.
(**Bayu/Indrawadi)