Detail Berita

Pemilih Pemula, Mahasiswa Harus Berpartisipasi Saat Pemilu
Pemilih Pemula, Mahasiswa Harus Berpartisipasi Saat Pemilu

Selasa, 17 Desember 2013

Pemilu 2014 sudah di depan mata menjadi momen yang tepat bagi masyarakat pemilih, untuk berperan aktif menentukan arah perjalanan bangsa. Masyarakat dalam proses membangun demokrasi dan perpolitikan Indonesia adalah hal yang tidak dapat dipisahkan.

Untuk itu Badan Eksekutif Masyarakat Mahasiswa Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta bersama Komisi Pemilihan Umum Provinsi Sumatra Barat mengadakan kegiatan Seminar Pendidikan Pemilih Pemula Pemilu Tahun 2014 yang bertempat di Aula Balairung Caraka Kampus Proklamator I Universitas Bung Hatta, Selasa (17/12/2013).

Ketua Pelaksana Andika Dirsa mengatakan kegitan ini kita laksanakan untuk memberikan pemahaman kepada pemilih pemula dalam menghadapi pesta demokrasi pemilu 2014 mendatang. Sebagai pemilih pemula, mahasiswa harus diberikan sosialisasi untuk berpartisipasi dalam pemilihan umum baik tingkat kota hingga nantinya pemilihan presisden.

“Kita berharap para peserta dapat memahami betapa pentingnya hak suara kita bila tidak kita gunakan karena sebagai pemilih cerdas harus mampu nantinnya memeilih pemimpin yang yang berkualitas. Suara mu untuk bangsa mu,” ucapnya Andika dalam kata sambutannya.

Fardi Winaldi, Gubernur Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta mengungkapkan kegiatan ini buah kolaborasi dan kerjasama dengan KPU Sumbar untuk mengedukasi mahasiswa.

“Selain itu juga melihat kondisi pada pemilu tahun 2009 yang lalu yang tingkat parsitsipasi masyarakat terutama kalangan pemilih pemula sangat rendah,” jelasnya.

Senda dengan itu, Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Dwi Astuti Palupi, SH, MH yang membuka seminar ini menyampaikan minimnya partisipasi masyarakat dalam pemilu bisa disebabkan karena ketidaktahuannya atau tidak peduli sama sekali sehingga menimbulkan sikap apatis terhadap kegitan pemilihan umum ini.

“Hal tersebut sangat disayangkan karena dari pemilu ini dapat menentukan kondisi bangsa kedepannya dengan memilih pemimpin yang benar-benar peduli dengan rakyat,” ungkapnya.

Dimoderatori Tri Putra Y, seminar ini menghadirkan dua pemateri yaitu Nova Indra dari KPU Provinsi Sumatra barat dan Eka Vidya Putra akademisi dari Universitas Negeri Padang dan Peneliti Revolt Institute yang dikuti oleh ketua-ketua kelembagaan mahasiswa Universtias Bung Hatta.

Nova Indra memulai materinya dengan memperkenalkan kinerja dan peranan KPU serta pemahaman pentingnya partisipasi dalam pemilu tahun 2014. Peranan pemilih pemula yang merupakan kalangan pelajar SMA kelas 3 dan mahasiswa belum maksismal saat pelaksanaan seharusnya lebih aktif berperan dan berpartisipasi setiap tahapan pemilu yang telah disusun oleh KPU.

“Mahasiswa adalah agen of change, kalangan intelektual dalam tatanan masyarakat tentunya harus menjadi pemilih yang cerdas, dapat memilih pemimpin yang dapat membawa perubahan untuk lima tahun kedepannya,” ucap Indra, alumni jurusan Teknik Sipil Universitas Bung Hatta ini

Ia mengajak semuanya untuk menjadi pemilih cerdas untuk itu perlu ada kiat-kiatnya seperti memastikan nama kita terdaftar dalam DPT (Daftar Pemilih Tetap) bisa diaksses melalui website kpu.go.id, ketahui visi, misi dan program peserta pemilu, kenali rekam jejak calon (TV, koran, facebook, twitter), kenali daftar calon. “Kemudian pastikan pilihan kita, catat janjinya, lihat media kampanye, waspada jelang kampanye. Pastikan undangan memilih di tangan, terakhir datang dan coblos,” imbuhnya.

Sementara itu, Eka Vidya Putra menyampaikan Urgensi Partisipasi Dalam Pemilu 2014. Masalah pemilu itu kaitannya dengan demokrasi dan partisipasi politik. Salah satu prasyarat dari demokrasi adalah terselenggaranya pemilu. Pemilu merupakan mekanisme dalam sirkulasi kekuasaan, sebagai sarana rekrutmen politik, wujud dari partisipasi politik warga, dan sebagai media dalam pendidikan politik.

“Namun, tingkat partisipasi politik warga menunjukan kecenderungan menurun. dan ditandai juga dengan pragmatisme pemilih,” ucapnya.

Menurutnya, demokrasi berkorelasi dengan kecerdasan pemilih. untuk itu perlu agen demokrasi. Tantangan dari agen demokrasi, rendahnya partisipasi politik yang diindikasikan dengan rendahnya kapabiltas sistem politik, kesadaran politik dan krisis kepercayaan.

“Artinya, pemilu sebagai salah satu prasyarat demokrasi belum mendukung bagi pematangan demokrasi. Tidak ada demokrasi tanpa aktor demokrasi, untuk itu sebagai mahasiswa harus siap menjadi agen demokrasi,” ujarnya dosen Sosiologi Politik ini. (**Bayu-Humas UBH)