Persepsi Terhadap Samudra Hindia, Harus Di Ubah
Sabtu, 01 Maret 2014
Persepsi dan pandangan terhadap kelautan dan Samudera Hindia sudah harus diubah, kenyataannya sampai hari ini persepsi tentangg kelautan tersebut masih belum berkembang, akibatnya pemanfaatan sumberdayanya pun belum berkembang.Demikian dikatakan pakar hukum laut Internasional Hasjim Djalal, saat memberikan orasi ilmiah dan bedah buku “Patriot Negara Kepulauan” 80 tahun Prof. Dr. Hasyim Djalal di Universitas Bung Hatta, Kamis,27/2.
Hasjim menegaskan Samudera Hindia menjadi prospek masa depan sektor ekonomi dan politik Indonesia. “Sayang saat ini banyak negara negara lain, seperti China dan India, yang aktif berebut pengaruh dan sumberdaya alam di samudera Hindia” tegasnya.
Ditambahkan Hasjim, India dan China sudah mendapatkan lisensi untuk mengembangkan dan mengeksplorasi sumber daya mineral di samudera Hindia. Namun Indonesia belum melihat samudera Hindia sebagai sumber potensi ekonomi yang besar.
"India sudah mendapatkan lisensi untuk mengembangkan mineral di Samudera Hindia. Begitu pula China yang mendapat konsesi mengeksplorasi sumberdaya alam dan mineral di bawah laut samudera Hindia. Potensi ikannya juga sangat besar, seperti tuna. Kapan kita mau memanfaatkan ini?" tuturnya lagi.
Ditambahkannya, salah satu penyebab lemahnya pemanfaatan potensi kelautan dalam kehidupan kita. Misalnya, sebut Hasjim, di Jawa ada kepercayaan laut sebagai tempat Nyi Loro Kidul. pemanfaatan sumberdaya laut dipandang menganggu kekuasaan Nyi Loro Kidul.
Dan di “Sumatera Barat juga ada sebagian pendapat, perantau-perantau yang mengelola laut jika pulang kampung menjadi batu, seperti kisah si Malin Kundang”, imbuh Hasjim yang sambut gemuruh peserta.
"Persepsi yang salah itulah yang dapat mempengaruhi pemanfaatan resources kelautan, terutama di Samudera Hindia," jelasnya. (**Indrawadi-Humas UBH).