Detail Berita

Tim PKM Universitas Bung Hatta Dampingi Masyarakat Pasia Nan Tigo Olah Sampah Jadi Produk Ekonomis
Tim PKM Universitas Bung Hatta Dampingi Masyarakat Pasia Nan Tigo Olah Sampah Jadi Produk Ekonomis

Rabu, 21 September 2022

Tim PKM Universitas Bung Hatta bersama masyarakat Pasia Nan Tigo berinovasi mengolah sampah menjadi produk bernilai ekonomi. Saat ini, masalah sampah menjadi masalah yang sulit ditangani, termasuk di Kota Padang.

Menurut Kepala Dinas Lingkungan Hidup Kota Padang, timbulan sampah yang terdapat di Kota Padang sebanyak 641 ton per harinya masih menyisakan sampah yang tidak terkelola sebesar 62,8 ton atau 14 persennya. Hal ini banyak ditemukan di muara sungai, bantaran pesisir pantai, serta di tempat-tempat yang dijadikan penumpukan sampah liar. Data jumlah timbulan sampah di Provinsi Sumatera Barat tahun 2020 mencapai 999.419 ton dengan jumlah sampah terbanyak dihasilkan oleh Kota Padang, yakni 237.926 ton.

Permasaalahan sampah kian menjadi perhatian seiring meningkatnya pencemaran yang ada di udara, tanah, hingga laut. Kasus penumpukan sampah terutama plastik yang mencapai angka berton-ton menjadi masalah yang perlahan menyulitkan. Pada dasarnya, sampah plastik muncul karena tingginya minat para produsen dan masyarakat atas kemasan yang sangat mudah diproduksi, dibawa, dan digunakan. 

Kecamatan Koto Tangah merupakan salah satu dari sebelas kecamatan yang ada di Kota Padang yang masih belum maksimal dalam menghadapi masalah persampahan.
Mitra yang menjadi sasaran dari kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) ini adalah kelompok masyarakat yang terletak di RT 03 RW 07 yang bekerja sebagai nelayan, ibu rumah tangga, serta berjualan atau membuka warung di tempat wisata Pantai Pasir Jambak Kelurahan Pasia Nan Tigo, Kecamatan Koto Tangah Kota Padang yang berjumlah 23 orang.

Berangkat dari hal itu, Tim PKM Universitas Bung Hatta yang dikomandoi oleh Dr. Yusra, M.S., menerapkan metode yang praktis melalui penyuluhan dalam bentuk sosialisasi, pelatihan, dan praktek langsung. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan mitra dalam bidang pengelolaan dan pengolahan sampah. Tahapan pelaksanaan dari kegiatan PKM ini adalah persiapan dan sosialisasi kegiatan, penyuluhan dan pelatihan tentang: teknologi pengolahan sampah menjadi pupuk organik cair (POC), eco enzim dan ecobrick dan paving block, serta aplikasi pupuk kompos dan POC pada tanaman sayur.

Tim PKM terdiri atas Dr. Ir. Yusra., M.Si (dosen FPIK Universitas Bung Hatta); Dr. Maria Ulfah, ST., M.T (dosen Teknik Kimia Universitas Bung Hatta); dan Ir. Yempita Efendi, M.S (dosen FPIK Universitas Bung Hatta). Dalam kegiatan ini juga dibantu oleh Sindy Gemaeka Putri. S.Pi, M.Si, dan tiga orang mahasiswa yakni Annisa Riski, Lidya Dwi Handayani dan Fitriani.

Kegiatan PKM ini dimulai dengan sosialiasi tentang sampah, bagaimana cara pemilahan sampah mulai dari rumah tangga, peraturan tentang pengelolaan sampah, dampak dari sampah terhadap lingkungan, pentingnya penerapan konsep 3R yakni reduce (kurangi), reuse (gunakan kembali) dan recycle (daur ulang), disampaikan oleh Dr. Ir. Yusra., M.Si. Secara umum, prinsip 3R tersebut merupakan langkah untuk pengelolaan sampah dengan baik. Prioritas sampah sendiri diutamakan dengan reduce, yaitu mengurangi timbulan sampah.

Selanjutnya, dilakukan pelatihan tentang pembuatan pupuk organik cair (POC) dan eco enzim dari limbah organik (limbah sayuran dan kulit buah-buahan). POC dibuat dari limbah sayuran dan buah-buahan yang ditambahkan dengan air cucian beras dan gula merah, selanjutnya difermentasi selama kurang lebih 2 minggu. POC yang dihasilkan dapat digunakan sebagai pengganti penggunaan pupuk kimia. Selain untuk dikonsumsi sendiri, tanaman sayur yang nantinya dihasilkan juga dapat dijual, sehingga diharapkan dapat meningkatkan ekonomi rumah tangga.

"Kami juga melakukan pelatihan tentang bagaimana aplikasi POC pada tanaman sayur bayam dan cesim, hingga pemanenan dan pengemasan dari sayur dan POC,"ungkap Yusra.

Masyarakat pesisir pantai masih ada yang belum mengerti tentang bagaimana cara memanfaatkan sampah non organik terutama botol plastik dan sampah plastik. Biasanya, sampah ini dibakar atau dibuang ke laut.

"Oleh karena itu, kami mengajak masyarakat pesisir untuk lebih produktif dengan belajar mengolah sampah menjadi produk bernilai ekonomi seperti ecobrick,"imbuhnya.

Pada kegiatan ini, Yusra selaku ketua Tim PKM memberikan pemaparan serta praktik pembuatan ecobrick. Ia juga menjelaskan bahwa salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam mendaur ulang sampah plastik, yaitu membuat ecobrick.

"Ecobrick dipilih dalam menanggulangi permasalahan sampah plastik karena sampah-sampah plastik yang sudah jadi ecobrick ini bisa dimanfaatkan atau dikreasikan, di antaranya untuk membuat meja, kursi, pagar sebagai pengganti batu bata, gapura, dan tempat favorit berfoto (foto booth),"ujar Yusra.

Foto booth selain dijadikan sebagai sarana edukasi ke masyarakat pesisir dan pengunjung yang datang berwisata ke Pantai Pasir Jambak terkait dengan kepedulian terhadap lingkungan. Selain itu foto booth ini diharapkan akan dapat meningkatkan pendapatan dari masyarakat.

Kegiatan ini sangat mendapat respon positif dari masyarakat, perangkat RT dan Lurah Pasia Nan Tigo. Respon dari masyarakat dapat dilihat dari partisipasi dan keaktifan mereka dalam bertanya saat sosialisasi dan ketika proses pengolahan sampah berlangsung.

"Alhamdulillah dengan pelatihan serta pendampingan diharapkan dapat memberi hasil yang berkualitas, sehingga inovasi pengelolaan dan pengolahan sampah dapat dilakukan bersama-sama dengan masyarakat,"kata Yusra.

Para dosen ini berharap pelatihan ini terus berkesinambungan sebab ini bagian dari realisasi salah satu dalam amanat Tri Dharma Perguruan Tinggi diinisiasi atas kerja sama antara Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) Universitas Bung Hatta dengan Kementrian Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti) 2021/2022.

"Kami para pengabdi sangat mengharapkan permasalahan terkait sampah terutama di Kelurahan Pasia Nan Tigo khususnya, Kota Padang dan Indonesia umumnya dapat dikurangi atau teratasi. Kami berharap kawasan Pasia Nan Tigo dapat dijadikan sebagai desa tematik di Kota Padang terutama terkait dengan penanganan dan edukasi sampah,"pungkasnya. (*rr)