Tim PKM dan Mahasiswa KKN Universitas Bung Hatta Olah Sampah Pasar Nagari Lawang Untuk Budidaya Lalat BSF
Selasa, 24 September 2024
Berawal dari masalah sampah Pasar Nagari Lawang yang umumnya berasal dari sisa-sisa sayuran, buah, dan limbah makanan lainnya, menjadi masalah serius bagi lingkungan dan juga menjadi tempat berkembang biaknya penyakit.Tim PKM Universitas Bung Hatta dan 30 orang mahasiswa KKN Universitas Bung Hatta gelar kegiatan “Green Ekonomi” di Pasar Nagari Lawang, Kabupaten Agam, dengan memanfaatkan sampah pasar untuk budidaya lalat BSF.
Tim tersebut terdiri dari Prof. Dr. Ir. Yusra., M.Si (dosen Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta); Dr. Maria Ulfah, ST., M.T dan Erda Rahmilaila Desfitri, S.T., M.Eng., Ph.D (dosen Fakultas Teknologi Industri ) serta Ethika, S.E., M. Si (dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis ).
Tim PKM yang diketuai Prof. Dr. Ir. Yusra., M.Si, menyebutkan bahwa kegiatan tersebut digelar dilatarbelakangi antara lain karena masalah sampah yang berasal dari pasar nagari Lawang terutama yang berasal dari sisa-sisa sayuran, buah, dan limbah makanan lainnya, menjadi masalah serius bagi lingkungan dan juga menjadi tempat berkembang biaknya penyakit.
Disebutkan Yusra, kegiatan PKM dimulai dengan sosialiasi tentang sampah, bagaimana cara pemilahan sampah mulai rumah tangga, pasar, peraturan tentang pengelolaan sampah, dampak dari sampah terhadap lingkungan, pentingnya penerapan konsep 3R yakni reduce (kurangi), reuse (gunakan kembali) dan recycle (daur ulang).
Mitra yang menjadi sasaran dari kegiatan PKM ini adalah Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis) Manih Sarumpun yang diketuai oleh bapak Zilfaroni serta ibu-ibu dari kelompok PKK Nagari Lawang, dengan ketuanya Kiki Nidya Sthpanie yang berjumlah 30 orang.
Metode yang dilakukan dalam PKM PMM ini adalah penyuluhan dalam bentuk sosialisasi, pelatihan dan praktek langsung. Dengan memanfaatkan sampah pasar sebagai pakan untuk lalat BSF, diharapkan masyarakat dapat mengubah limbah menjadi sumber daya yang bermanfaat.
Yusra menjelaskan, bahwa Maggot BSF (Hermetia illucens) memiliki potensi besar dalam pengelolaan sampah organik. Larva maggot ini dikenal sebagai pengurai yang efektif, mampu mengolah berbagai jenis sampah organik, seperti sisa makanan, limbah pertanian, dan bahkan limbah industri. Dalam proses pemakanannya, maggot dapat mengurangi volume sampah hingga 50-80%, sehingga mengurangi beban tempat pembuangan akhir (TPA).
Disebutkan juga, bahwa budidaya maggot relatif mudah dan dapat dilakukan di skala kecil maupun besar. Budidaya lalat BSF dimulai dengan pengumpulan sampah organik dari pasar. Sampah tersebut kemudian dicacah menjadi ukuran yang lebih kecil untuk memudahkan proses penguraian.
Maggot akan memakan sampah tersebut, dan dalam waktu singkat, mereka akan tumbuh menjadi larva yang siap panen. Larva lalat BSF yang tumbuh dari sampah ini memiliki kemampuan untuk mengkonsumsi bahan organik dengan efisien, mengubahnya menjadi pupuk alami yang kaya nutrisi.
etelah beberapa hari, larva BSF siap dipanen dan dapat digunakan sebagai pakan ternak, misalnya untuk ikan dan ayam. Selain itu, sisa dari proses budidaya ini dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk pertanian. Kegiatan tersebut bertujuan untuk memberikan penyuluhan/edukasi tentang sampah, pemilahan, pengelolaan, dan dampak sampah terhadap kesehatan dan lingkungan, memberikan pelatihan kepada mitra tentang pemanfaatan sampah organik untuk budidaya lalat BSF, serta aplikasinya sebagai pakan alternatif ikan lele, ayam dan pupuk untuk tanaman sayur.
Ia berharap, kedepannnya, semakin banyak daerah yang mengadopsi metode ini, tidak hanya untuk mengatasi masalah limbah tetapi juga sebagai langkah menuju pertanian berkelanjutan dan ekonomi sirkular.
Pemanfaatan sampah pasar untuk budidaya lalat BSF merupakan contoh nyata bagaimana inovasi dapat mengatasi masalah lingkungan dan ekonomi secara bersamaan. Dengan kolaborasi yang baik antara Perguruan Tinggi, pemerintah, petani, dan masyarakat, solusi ini dapat menjadi salah satu kunci untuk menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan. (*)