Detail Berita

Peneliti University of Bonn dan BRIN Gandeng Dosen SP2K Universitas Bung Hatta Dalami Sosial Kelautan Mentawai
Peneliti University of Bonn dan BRIN Gandeng Dosen SP2K Universitas Bung Hatta Dalami Sosial Kelautan Mentawai

Selasa, 02 Desember 2025

Penelitian sosial kelautan di Kepulauan Mentawai kembali menarik atensi akademisi lintas negara. Dua peneliti, Dr. Irina Raflian peneliti Center for Life Ethics, University of Bonn sekaligus bagian dari Pusat Riset Kewilayahan BRIN bersama A. Fikri Angga Reksa, M.Sc, peneliti Geografi Risiko Lingkungan dan Keamanan Manusia, tengah menelusuri dinamika kehidupan masyarakat pesisir di Pulau Siberut, Kabupaten Kepulauan Mentawai, Sumatera Barat.

Dalam rangka pendalaman data lapangan, keduanya menghubungi Dr. Harfiandri Damanhuri, S.Pi, M.Sc, dosen dan peneliti konservasi biota laut dan pulau-pulau kecil Program Studi Sumberdaya Perairan, Pesisir, dan Kelautan (SP2K) Universitas Bung Hatta pada 30 Oktober 2025 lalu.

Dr. Harfiandri Damanhuri, S.Pi, M.Sc, menyampaikan dalam pertemuan ini membahas mengenai persepsi resiko dan budaya terkait dengan stunami dan bencana pesisir yang terjadi di Gugusan Kepulauan Mentawai.

"Pertemuan ini berbagi berbagai catatan lapangannya, mulai dari pengamatan saat menyusuri kawasan Simalegi di pulau Siberut Utara, hingga pulau-pulau kecil di Pagai Selatan, termasuk area konservasi KKLD–TWP Selat Bunga Laut yang kerap menjadi lokasi penelitiannya," ungkapnya.

Menurut Dr. Harfiandri Damanhuri, Kepulauan Mentawai itu unik. Laut dan budaya masyarakat saling terhubung. Pemahaman risiko tidak bisa dipisahkan dari keseharian mereka.

"Kerja sama antara kami dan para peneliti BRIN bukanlah hal baru. Selama bertahun-tahun, berbagai riset telah mereka jalankan bersama mulai dari kajian kerentanan pesisir Sumatra Barat, survei potensi sumber daya Pagai Utara, penelitian situs kapal Boelongan di Cubadak, hingga pendampingan riset arkeologi bawah laut di Natuna. Saat ini, ia juga tergabung dalam tim penelitian RIIM-4 bersama Universitas Lampung (UNILA) dan BRIN periode 2024–2027," jelasnya.

Ditambahkannya, hasil diskusi kolaborasi informal ini akan menjadi masukan dan catatan penting dalam pengayaan informasi dalam penelitiannya. Tentunya, bagi Universitas Bung Hatta akan berdampak, terutama dalam pengakuan keahlian (rekognisi), akselerasi riset, peningkatan kualitas SDM, akses data dan pendanaan serta publikasi bersama.

"Pada akhirnya kolaborasi interdisipliner akan melahirkan inovasi, hilirisasi hasil-hasil riset kolaborasi, pengembangan pembelajaran, bermanfaat dalam aspek sosial, ekonomi dan budaya bagi masyarakat serta implementasi hasil penelitian dalam dunia industri," imbuhnya. (*hd/uby)