Detail Berita

Dr. Harfiandri Damanhuri, S.Pi., M.Sc Jadi Pembicara Marine Conservation for a Sustainable Future di UiTM Malaysia
Dr. Harfiandri Damanhuri, S.Pi., M.Sc Jadi Pembicara Marine Conservation for a Sustainable Future di UiTM Malaysia

Rabu, 17 Desember 2025

Universitas Bung Hatta, Sumatera Barat, Indonesia, terus memperkuat peran dan kontribusinya dalam isu-isu global melalui kolaborasi internasional dengan perguruan tinggi di Malaysia. Salah satu bentuk nyata dari komitmen tersebut diwujudkan melalui kegiatan seminar virtual bertajuk "Marine Conservation for a Sustainable Future" yang diselenggarakan bersama Universiti Teknologi MARA (UiTM) Kampus Shah Alam Malaysia secara daring pada 17 Desember 2025.

Dalam kegiatan ini, Dr. Harfiandri Damanhuri, S.Pi., M.Sc., dosen Program Studi Magister Sumberdaya Perairan, Pesisir, dan Kelautan (PSP) Fakultas Perikanan dan Ilmu KelautanUniversitas Bung Hatta menjadi narasumber utama. Ia memaparkan urgensi konservasi laut sebagai fondasi pembangunan berkelanjutan di tengah tantangan perubahan iklim global.

Dalam paparannya, Dr. Harfiandri menjelaskan bahwa hampir 70 persen permukaan bumi ditutupi oleh ekosistem laut yang memiliki peran krusial dalam menjaga keseimbangan siklus kehidupan dan keberlanjutan planet. Laut yang sehat, lanjutnya, menjadi elemen kunci dalam pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya SDGs 14: Kehidupan Bawah Air, yang sejak 2015 menjadi prioritas global.

Ia juga menyoroti indikasi perubahan iklim yang semakin nyata, ditandai dengan peningkatan suhu bumi di sejumlah wilayah yang telah mendekati, bahkan mencapai, ambang batas 1,5 derajat Celsius dibandingkan suhu rata-rata 30 tahun terakhir. Kondisi tersebut menuntut langkah nyata melalui penguatan kebijakan dan aksi konservasi laut di berbagai negara.

Implementasi SDGs 14, menurutnya, diwujudkan melalui pengembangan dan penguatan Kawasan Konservasi Laut (KKL) atau Marine Protected Areas (MPA), pengelolaan sumber daya kelautan dan perikanan secara berkelanjutan, serta penguatan kolaborasi multipihak dalam mendukung konsep Blue Economy. Upaya tersebut juga harus diiringi dengan tindakan rehabilitasi ekosistem pesisir dan pulau-pulau kecil, baik di Sumatera Barat maupun di tingkat global.

Sejalan dengan kebijakan nasional, Dr. Harfiandri menegaskan komitmen Indonesia melalui target 30 x 45 Konservasi Indonesia, yaitu perlindungan 30 persen wilayah laut Indonesia pada tahun 2045, yang beriringan dengan visi Indonesia Emas 2045. Keberadaan KKL/MPA diharapkan mampu meningkatkan stok sumber daya ikan, menjaga kelestarian ekosistem laut, serta berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat pesisir dan pengentasan kemiskinan (SDGs 1).

Seminar ini juga menghadirkan narasumber kedua, Prof. Madya Ahmad Zaini dari Universiti Malaysia Perlis (UniMAP), yang membahas topik energi terbarukan berbasis sel surya.

Ia memaparkan pengalaman Malaysia dalam penerapan energi terbarukan secara terintegrasi selama hampir satu dekade terakhir. Menurutnya, pemanfaatan energi surya mampu menekan biaya listrik hingga sekitar 55 persen, sekaligus menjadi solusi strategis dalam menghadapi krisis energi global yang kian mendekat.

Kegiatan seminar virtual ini digagas oleh Dr. Nurul Asyikin Ibrahim, dosen Fakulti Alam Bina UiTM, yang memiliki fokus riset pada ekosistem pesisir, khususnya ekosistem mangrove serta pemanfaatan teknologi Geographic Information System (GIS) dalam pemetaan dan digitalisasi wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.

Seminar berlangsung dengan lancar berkat dukungan dan partisipasi aktif mahasiswa UiTM, dengan peserta yang berasal dari UiTM, UniMAP, serta mahasiswa FPIK Universitas Bung Hatta. Kolaborasi tiga perguruan tinggi lintas negara ini menjadi bagian dari penguatan jejaring internasional, rekognisi akademik, serta implementasi kerja sama dan nota kesepahaman (MoU) Universitas Bung Hatta dengan mitra luar negeri.

Kegiatan ini juga sejalan dengan capaian Indikator Kinerja Utama (IKU) perguruan tinggi, khususnya dalam pengembangan kelas kolaboratif dan partisipatif, keterlibatan dosen dalam kegiatan akademik di luar kampus, kemitraan kepakaran internasional, serta peningkatan pengalaman internasional mahasiswa melalui partisipasi dalam seminar virtual lintas kampus dan lintas negara.(*hd)