Universitas Bung Hatta

Menuju Perguruan Tinggi Berkelas Dunia

Bg Universitas Bung Hatta
Senin, 02 Oktober 2006 Umum

Studi Bioakustik Pada Ayam Kokok Balenggek dan Burung Perkutut

Abstrak

Bioakustik adalah ilmu biologi terapan yang mempelajari karakteristik suara, organ suara, fungsi suara, fisiologi suara, analisis suara dan manfaat suara pada hewan dan manusia. Sampai kini riset bioakustik belum berkembang di Indonesia, padahal suara memiliki peran penting dalam kehidupan. Bahkan kini, suara telah menjadi salah satu komoditas ekonomi.

Ada dua jenis suara pada bangsa unggas, yaitu call dan song. Suara call digunakan untuk berkomunikasi antar sesama, sebagai isyarat adanya musuh, saat terkejut dan saat menemukan makanan. Suara song merupakan tipe suara untuk menyatakan daerah kekuasaan dan sebagai atraksi memikat unggas betina. Selain itu, suara dijadikan sebagai indikator kesejahteraan hewan, ekspresi emosional, status fisiologi hewan dan penanda individu.

Penelitian ini bertujuan melakukan karakterisasi suara kokok ayam kokok balenggek (AKB) dan analisis suara kokok AKB dan kicau perkutut. Materi penelitian terdiri atas: AKB dan burung perkutut. Untuk pengamatan karakterisasi suara kokok digunakan sampel sebanyak 14 ekor AKB jantan dewasa. Peralatan yang digunakan: satu set audio recorder, sport timer, dan paket program komputer Sound forge XP 4.5 dan Spectrogram 6.4 untuk analisis suara kokok.

Pada AKB, suara kokok hanya terdapat pada ayam jantan. Tujuannya adalah sebagai pernyataan wilayah kekuasaan dan memikat ayam betina yang akan dikawini. Rataan jumlah lenggek kokok AKB adalah 5,07 lenggek, terbagi ke dalam tiga segmen: suara kokok depan, suara kokok tengah, dan suara kokok ujung (disebut lenggek kokok). Frekuensi berkokok AKB adalah 8,08 kali/10 menit. Durasi kokok AKB berkisar dari 2,08 - 4,43 detik. Visualisasi suara ditampilkan dalam bentuk wave form.

Artikel ini dimaksudkan mengelaborasi pengembangan riset bioakustik di Indonesia. Analisis bioakustik dilakukan pada ayam kokok balenggek (AKB) dan burung perkutut.

Kata kunci : bioakustik, ayam kokok balenggek, perkutut, analisis suara kokok.

Kesimpulan

  1. Ayam kokok balenggek (AKB) merupakan “ayam penyanyi” yang berkembang di Kabupaten Solok, Sumatera Barat. AKB memiliki suara kokok yang merdu, enak didengar dan diperlombakan suara kokoknya. AKB dan burung perkutut merupakan objek kajian bioakustik yang penting.

  2. AKB memiliki jumlah lenggek kokok 5,07 yang terbagi ke dalam tiga segmen: suara kokok depan (suku kata kokok pertama), suara kokok tengah (suku kata kokok kedua dan ketiga) dan suara kokok ujung (disebut lenggek kokok) (suku kata kokok keempat dan seterusnya).

  3. Frekuensi berkokok AKB adalah 8,08 kali/10 menit. Aktivitas puncak berkokok terjadi pada pagi hari dengan frekuensi 9,59 kali/10 menit. Durasi kokok AKB berkisar dari 2,088 sampai 4,431 detik. Waktu berkokok paling lama terjadi pada pagi hari (pukul 06.00-08.00 WIB) yakni selama 3,09 detik.

  4. Visualisasi wave form suara kokok dapat digunakan untuk menghitung jumlah suku kata dan jumlah lenggek kokok. Visualisasi wave form dapat dijadikan sebagai alat bantu dewan juri dalam menentukan AKB pemenang kontes dan kriteria seleksi pejantan AKB unggul (jumlah lenggek kokok banyak).

  5. Metode analisis suara perkutut memiliki objektivitas tinggi, dapat diulangi, dapat didengar dan dilihat (audio visual), dan memenuhi kaidah saintifik. Visualisasi suara perkutut dalam bentuk waveform dapat digunakan untuk melihat pola suara kicau perkutut (suara depan, suara tengah dan suara ujung) dan menghitung jumlah suku kata kicau (JSK).


Saran

  1. Kontes AKB sebaiknya dilakukan pada pagi hari (pukul 07.00-11.00 WIB) karena pada selang waktu tersebut kemampuan berkokok dan durasi kokok lebih baik dibandingkan waktu siang hari sebagaimana kontes ayam penyanyi yang banyak dilakukan sekarang.

  2. Waveform suara kokok dapat digunakan sebagai indikator bagi dewan juri dalam pelaksanaan kontes AKB dan kontes burung perkutut, sehingga penjurian dapat dilakukan secara objektif, fair, terukur dan memenuhi kaidah saintifik.


[newpage]
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, M. H., A. Arifin., S. Anwar., A. Agustar., Y. Heryandi dan Zedril. 1997. Studi ayam kokok balenggek di Kecamatan Payung Sakaki, Kabupaten Solok: Potensi wilayah dan genetika. [Laporan Penelitian]. Padang: Pusat Pengkajian Peternakan dan Perikanan. Fakultas Peternakan Universitas Andalas – Dinas Peternakan Propinsi Sumatera Barat.

Bibby C, Jones M, Marsden S. 2000. Teknik-teknik Ekspedisi Lapangan Survei Burung. Bogor: Birdlife International–Indonesia Program.

Brenowitz, E.A., D. Margoliash, and K. W. Nordeen. 1997. An introduction to birdsong and the avian song system.

Fumihito, A et al. 1994. One subspecies of the red jungle fowls (Gallus gallus gallus) suffices as the matriarchic ancestor of all domestic breeds. Proceeding National Academy Science, 91: 12505-12509 [Abstr.]

Goller, F,. and Larsen, O. N. 1997. A new mechanism of sound generation in song birds. Proceeding National Academy Science, 94 : 14787-14791.

Grant, P.R, and Grant, B. R. 1997. Genetics and the origin of bird species. Proceeding National Academy Science, 94 : 7768-7775.

Jatmiko. 2001. Studi fenotipe ayam pelung untuk seleksi tipe ayam penyanyi. [tesis]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

Marler P, and Doupe, A. J. 2000. Singing in the brain. Proceeding National Academy Science, 97 (7) : 2965-2967.

Pratiknjo O.S. 2002. Menghasilkan Perkutut Berkualitas. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Rusfidra. 2006a. Pengembangan riset bioakustik di Indonesia: studi pada ayam kokok balenggek, ayam pelung dan ayam bekisar. Makalah disampaikan pada Seminar Nasional “Pendidikan, Penelitian dan Penerapan MIPA”, diselenggarakan FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta dan CPIU Dikti Depdiknas. Yogyakarta, 1 Agustus 2006.

Rusfidra. 2006b. Ayam kokok balenggek; ayam penyanyi dari Ranah Minang. Artikel iptek pada situs http://www.sumbarprov.go.id. [20 Januari 2006].

Rusfidra. 2005a. Pengembangan ayam pelung sebagai penyanyi. Artikel iptek Harian Pikiran Rakyat, Bandung, 14 April 2005.

Rusfidra. 2005b. Audisi burung bersuara merdu; bakat alami atau dilatih. Artikel iptek Harian Pikiran Rakyat, Bandung, 2 Juni 2005.

Rusfidra. 2005c. Fenomena ayam penyanyi. Artikel iptek Harian Pikiran Rakyat, Bandung, 26 Agustus 2005.

Rusfidra. 2005d. Software analisis suara perkutut: Objektivitas tinggi, mencegah protes. Artikel pada Kolom Fauna Unggas Majalah FLONA edisi 27/II-Mei 2005. Jakarta.

Rusfidra. 2004. Karakterisasi sifat-sifat fenotipik sebagai strategi awal konservasi ayam kokok balenggek di Sumatera Barat. [Disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana IPB.

Rusfidra. 2003. Suara. Majalah Tarbawi: 23 (kolom Hikmat). Jakarta.

Rusfidra. 2001. Konservasi sumber daya genetik ayam kokok balenggek di Sumatera Barat. Makalah dipresentasikan pada Seminar Nasional Hasil-hasil Penelitian Biologi. Pusat Studi Ilmu Hayati IPB tgl 20 September 2001. Bogor.

Siegel, P. B., and Dunnington, E. A. 1990. Behavioral Genetic. pp: 877-895. In: Crawford, R. D. (ed.). Poultry Breeding and Genetics. 1990. Amsterdam, The Nederlands:
Elsevier Sciences Publishers BV.

Soemarjoto, R., Rahardjo, R.I.B. 2000. Pedoman Lomba Perkutut, Derkuku dan Burung Berkicau. Jakarta: Penebar Swadaya.

Tarigan, N., dan Hermanto, S. 1991. Bekisar Pemeliharaan dan Pengembangannya secara Modern. Yogyakarta: Kanisius.

Tsudzuki, M. 2003. Japanese native chickens. In: Chang, H.L., Huang, Y.C. 2003. The Relationship between Indigenous Animals and Humans in APEC Region. Chinese Taipei: The Chinese Society of Animal Science. pp. 91-116.


(Makalah disampaikan pada Seminar Nasional Biologi, diselenggarakan oleh Fakultas MIPA
Universitas Negeri Semarang, Aula LPMP, Semarang, 26 Agustus 2006).