Detail Artikel

Senin, 11 Mei 2020

Ventilator Friedly (VentiFren)

Ventilator sebagai alat bantu pernapasan akhir-akhir ini menjadi topik hangat di tingkat nasional maupun internasional. Isunya adalah minimnya ketersediaan ventilator untuk menangani pasien Covid-19. Seperti yang diberitakan pada Liputan6.com bahwa sebagian besar kematian pasien corona di Jepang dapat disebabkan oleh kurangnya ventilator. Pada Tribunnews.com 15/4/2020, dinyatakan bahwa ventilator atau alat pernapasan buatan Jepang jumlahnya sangat kurang sehingga pemerintah menghimbau produsen ventilator untuk meningkatkan produksi dan memudahkan pendaftaran.

Sementara itu, jumlah pasien positif terpapar corona di Indonesia sudah lebih dari 8.057 orang dan di dunia 2.73 juta orang (Kompas.com, 25 April 2020). Keluhan utama pasien Covid-19 umumnya gangguan pernapasan, mulai dàri gangguan ringan sampai gangguan berat karena infeksi paru-paru yang bisa  berujung pada kematian (alodokter.com).

Dalam kasus yang parah, virus corona bisa menyebabkan kerusakan pada paru-paru sehingga kadar oksigen tubuh turun dan membuat sulit bernapas. Dalam Ilmu kedokteran, pasien yang mengalami kesulitan bernapas, pernapasannya dapat dibantu dengan ventilator. Ventilator adalah perangkat medis yang digunakan untuk membantu pasien yang kesulitan bernapas atau tidak bisa bernapas sendiri. Ventilator akan mengambil alih pernapasan pasien. (Medicom.id, 23/04/2020). Alat ventilator akan membantu paru-paru tetap mengembang sehingga kantung udara di paru-paru tidak mengempis (Tribunnews, 25/04/2020).

Tidak berbeda dengan negara lain, persoalan penanganan pasien corona di Indonesia salah satunya adalah keterbatasan jumlah ventilator yang tersedia di rumah sakit. Di samping harga mahal, stock yang  akan dibeli juga tidak tersedia. Inilah yg mendorong beberapa institusi dan perguruan tinggi luar dan dalam negeri mendesain ventilator praktis, ekonomis dan siap pakai. ITB dengan Vent-I nya, ITS dengan Robot Ventilator, UI, UGM, UNS, BPPT, Litbang ESDM dan lain sebagainya. Demikian juga dg Perguruan Tinggi luar negeri, seperti MIT Amerika Serikat, Oxford University, Rice University dsb. Termasuk juga industri multinasional seperti industri otomotif, PT Pindad, PT LEN, dan lain sebagainya.

Saking urgenya ventilator dewasa ini,  karya cipta tersebut dipublikasi secara terbuka (open source) dan diperbolehkan para peneliti mengembangkannya tanpa perlu mendapat izin. 

Salah satu diantaranya, baru-baru ini Dr. Saud Anwar di Amerika berhasil membuat vetilator yang dapat melayani 7 orang pasien sekaligus. Dr. Saud Anwar memberi alamat koresponden bagi yang berminat membuat ventilator hasil temuannya (liputan6.com,15/04/2020).

Tidak ingin kalah dengan yang lain, Fakultas Teknologi Industri (FTI) Universitas Bung Hatta, juga merasa terpanggil untuk berperan aktif dalam menangani persoalan minimnya ketersediaan ventilator. Menurut dr. Emilson Taslim. SpAn(K).M. Kes yang juga Kepala Bagian ICU Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) M, Jamil Padang ketika hadir di kampus FTI pada tgl 9 April 2020 yang lalu bersama Catur Suharinto yang merupakan ahli alat kesehatan dan 2 orang perawat ICU mengatakan bahwa saat ini ketesediaan ventilator di RSUP M. Jamil Padang masih mencukupi. Namun, sebagai antisipasi pasien Covid-19 ke depan, perlu dipersiapkan segera dan juga untuk transportasi pasien rujukan dari Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD).

Kelebihannya, ventilator buatan dosen dan mahasiswa FTI Universitas Bung Hatta bekerja sama dengan alumni disesuaikan dengan kebutuhan penanganan pasien Covid-19. Pengontrolan dan monitoring dapat dilakukan melalui gawai.

Tiga parameter utama: Breath Per Minute (BPM), Inspiratory Expiratory Ratio (IER), dan Tidal Volume (TV) dapat dikontrol dari jarak jauh. Hal ini bertujuan untuk memudahkan  dan menghindari resiko tertularnya tenaga medis.

Ir. Iman Satria, M.T., IPM selaku koordinator Tim Covid 19 FTI Universitas Bung Hatta mengatakan bahwa pembuatan ventilator ini didampingi oleh ahli alat kesehatan dan dokter RSUP M. Jamil Padang. Ada tiga model mekanik ventilator yg sedang dikerjakan oleh dosen, mahasiswa, dan alumni FTI. Satu di antaranya akan memasuki tahap kalibrasi di RSUP. M. Jamil Padang.

Dekan FTI Dr. Ir. Hidayat,  M.T, IPM yang juga dosen jurusan Teknik Elektro, serta Ir. Saiful Jamaan M. Eng, Ph.D dan Ir. Kasmantri Alumi Teknik Elektro FTI Universitas Bung Hatta, secara teknis telah mendisain dan membuat prototipe ventilator yang dibeti nama "VentiFren".

VentiFren merupakan sistem mekanik penekan ambu bag otomatis yang dikontrol menggunakan mikrokontroler arduino. Desain mekanik yang kompak, ringan, memenuhi estetika serta ramah lingkungan menjadikan alat ini menarik sehingga tidak menakutkan bagi pasien.

Parameter BPM, IER, dan TV dapat dikontrol melalui layar sentuh (touch screen) atau secara remote menggunakan hand phone melalaui 4 tobol dari jarak jauh guna memudahkan dan menghindarkan penularan Covid-19 kepada tenaga medis. BPM dapat di-setting mulai dari 5-20 BPM, IER mulai dari 1:1 sampai 1:4 dan TV dari 40-100%.

Penentuan kapasitas daya untuk komponen penggerak lengan dihitung sedemikian sehingga alat ini mengkonsumsi energi listrik minimal. Bentuk lengan dan posisi penekan Ambu Bag didesain mengikuti permukaan Ambu Bag sehingga menghasilkan Tidal Volume maksimal. Untuk menstabilkan posisi Ambu Bag pada saat ditekan yang cedrung memendek, dipasang motor pengontrol posisi Ambu Bag yang gerakannya sinkron dengan motor penekan Ambu Bag.

Berharap, VentiFriend bisa lolos uji oleh Balai Pengamanan Fasilitas Kesehatan (BPFS),sehingga bisa diproduksi untuk dimanfaatkan oleh rumah sakit saat ini dan pascawabah corona.