Jum'at, 27 Oktober 2023
Hakim Fahzal Pulang
Hakim Fahzal PulangOleh Miko Kamal
(Alumni Universitas Bung Hatta dan Warek 3 Universitas Islam Sumatera Barat)
Hakim Fahzal pulang. Ya, hakim viral yang menokok meja saat memeriksa saksi kasus BTS 4G Kemenkominfo itu pulang ke Padang. Jumat 27/01/2023. Ke Universitas Bung Hatta (UBH) dia, memberi materi pendidikan karakter kepada mahasiswa baru. Tidak kepada mahasiswa hukum saja, tapi kepada mahasiswa baru yang berasal dari 7 fakultas. Jumlahnya sekitar 1.300 orang. Bertempat di Masjid Asiah Kampus 2 Aia Pacah.
Hakim yang sudah menjatuhkan hukuman mati kepada 23 gembong narkoba itu bercerita banyak hal. Satu hal paling menarik dan penting saya catat: perkara integritas.
"Sebagai mahasiswa Bung Hatta kalian harus menjaga integritas. Baik ketika masih kuliah maupun setelah tamat nantinya", begitu kira-kira yang disampaikan Hakim Fahzal.
Mengangguk-angguk saya mendengar materi penting yang disampaikannya. Dia benar. Integritas sangat penting. Sayang itu sudah jadi barang mewah dan mahal, saat ini.
Yang disampaikan beliau itu inti kaji benar. Proklamator Bung Hatta adalah model utama perkara integritas dalam sejarah bangsa. Nama yang sampai sekarang dipakai universitas tempat Hakim Fahzal belajar dasar dan prinsip ilmu hukum.
Banyak sekali cerita-cerita menarik soal Bung Hatta dan integritas. Beberapa lama setelah Bung Hatta meninggal, keluarganya menemukan iklan sepatu Bally di dompetnya yang terlipat rapi. Rupanya, semasa hidupnya, Bung Hatta, sangat mengidamkan sepatu Bally buatan Swis yang tak sempat dibelinya sampai akhir hayatnya.
Sebagai Wakil Presiden rasanya tidak mungkin beliau tidak sanggup membeli sepasang sepatu idamannya itu. Dugaan saya, beliau urung membelinya karena merasa tidak enak dengan sebagian besar rakyat yang masih hidup susah selepas kemerdekaan: rakyat susah kok pemimpinnya hidup berkelebihan (bersepatu Bally). Itu salah satu ceritanya.
Cerita lain: Bung Hatta pernah memarahi sekretarisnya I Wangsa Wijaya yang menggunakan 3 lembar kertas milik Sekretariat Negara untuk kepentingan kantor Wakil Presiden. Dalam cerita itu, Hatta mengganti kembali kertas milik Sekretariat Negara yang terlanjur digunakan.
Bung Hatta juga pernah menegur Gemala anaknya. Waktu itu Gemala sedang kuliah di Sydney Australia. Sambil bekerja, Gemala bekerja paruh waktu di Konsulat Jenderal Indonesia di Sydney.
Suatu waktu, Gemala berkirim surat kepada ayahnya menggunakan amplop Konsulat dengan cap resmi.
Bung Hatta menegur anaknya: "Kalau menulis surat kepada Ayah dan lain-lainnya, janganlah pakai kertas Konsulat Jenderal Indonesia. Surat-surat Gemala kan surat pribadi, bukan surat dinas". Begitu benar Bung Hatta menjaga integritas dia dan keluarganya.
Pesan integritas yang disampaikan Hakim Fahzal bukan untuk mahasiswa Bung Hatta saja. Itu pesan untuk kita semua. Sebenarnya begitu.
Integritas adalah tonggak penopang, agar bangunan sebuah negara-bangsa tetap berdiri kokoh. Membiarkan tonggak itu lapuk, sama artinya dengan membiarkan negara-bangsa yang dengan susah payah dibangun, salah satunya oleh Bung Hatta, akan runtuh tak berbentuk. Dalam lapangan hukum, bila hakim-hakim dan lainnya sudah kehilangan integritas, runtuhlah penjaga gawan keadilan itu.
Kita berdoa mahasiswa yang mendengar pesan integritas Hakim Fahzal akan selalu mengingat dan menjalankannya. Baik sekarang (masa kuliah) maupun esok lusa.
Kita doakan juga senior saya Fahzal tetap istiqamah: menjaga integritasnya dalam menjalankan profesi yang penuh risiko itu.
Saya juga berdoa untuk diri saya: agar saya diberikan kekuatan menjaga integritas dalam menjalankan profesi. Saya harap anda juga mendoakan saya.
Tidak hanya itu, saya juga mendoakan para pembaca yang sedang membaca tulisan ini. Berdoa agar pembaca budiman untuk selalu diberikan kekuatan dalam mengaktualkan prinsip-prinsip integritas dalam menjalankan profesi dalam bidang apapun. Yang tidak membaca juga saya doakan.
Kita saling mendoakanlah.
Padang, 27/10/2023