Detail Berita

Satu Dekade Teknik Ekonomi Konstruksi UBH: Cetak Quantity Surveying  Terdepan Di Indonesia
Satu Dekade Teknik Ekonomi Konstruksi UBH: Cetak Quantity Surveying Terdepan Di Indonesia

Kamis, 11 Juli 2013

Pertumbuhan ekonomi yang diharapkan melejit pada 2014, telah mencapai level tertinggi dalam satu dasawarsa terakhir. Tak ayal, kondisi ini membuat dunia usaha di Indonesia memiliki prospek yang cukup cerah. Namun, seiring dengan hal tersebut banyak perusahaan-perusahaan terbaik disulitkan mencari tenaga kerja pemula yang memenuhi kualifikasi.

Problematika ketersediaan tenaga kerja tersebut lantaran minimnya lulusan berkualitas yang dihasilkan oleh Perguruan Tinggi atau Universitas. Untuk itu, dalam rangka mencapai tujuan pendidikan, yaitu menghasilkan lulusan sarjana yang profesional dan unggul, perlu peningkatan ketrampilan untuk menerapkan teori yang telah diberikan di kampus dengan praktek pada kondisi sebenarnya di lapangan.

Hal tersebut diungkapkan Wahyudi P. Utama, BQS., MT dosen Teknik Ekonomi Konstruksi Universitas Bung Hatta saat menjelaskan perkembangan pendidikan Pendidikan Vokasi Quantity Surveying (Teknik Ekonomi Konstruksi) ketika ditemui diruang kerjanya, Kamis (11/7).

Wahyudi menyebutkan, dikembangkannya pendidikan vokasi untuk memfasilitasi ketiga pilar yang berorientasi pada kebutuhan atau permintaan pasar, jaringan antara pengguna lulusan dengan penyelenggara pendidikan dan keselarasan dengan kebutuhan pasar atau lapangan kerja untuk menjawab tantangan pasar global akan kebutuhan tenaga ahli madya yang siap pakai.

Di bawah Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan UBH, tahun 2002 Diploma III Teknik Ekonomi Konstruksi sebagai jawaban pemenuhan kebutuhan tenaga ahli madya bidang Quantity Surveying dan menjadi satu-satunya prodi yang ada di Indonesia, prodi ini awalnya sangat asing dan memang sangat unik dari sisi bidang Teknik Sipil maupun Arsitektur.

“Dibukanya program studi QS UBH menstimulasi praktisi QS yang merupakan alumni dari perguruan tinggi luar negeri mendirikan Ikatan Quantity Surveyor Indonesia tahun 2006 di Jakarta dan dalam tahun bersamaan juga menyelenggarakan konferensi internasional industri konstruksi meskipun baru berumur 4 tahun,” jelasnya.
Yudi menjelaskan, dosen dosen QS UBH berkualifikasi S1, S2 dan S3 internasional lulusan Universiti Teknologi Malaysia, University of Kentucky, US dan lainnya .

“Prodi QS juga sedang mempersiapkan tenaga pengajarnya untuk melanjutkan studi ke jenjang S3, 1 orang dosen dalam masa studi di UTM dan 1 dosen akan melanjutkan studi di Hong Kong Polytechnic University,” imbuhnya.

Kebutuhan dunia konstruksi terhadap tenaga QS khususnya mega proyek properti seperti shopping complex, apartemen, kondominium, office tower, hotel dan sejenisnya, dari tahun ketahun terus meningkat.

“Ini tidak dapat terpenuhi oleh lulusan S1 Teknik Sipil dan Arsitek karena tidak sesuai lagi dengan kebutuhan baik dilihat dari segi kompetensi maupun besaran gaji yang mereka butuhkan adalah pada level ahli madya dan bukannya level middle manager,” tambahnya.

Sementara itu dari sisi pemerintah sudah mulai menyadari bahwa keberadaan seorang QS di dalam proyek konstruksi mulai dirasa penting. Pemerintah melalui kementerian Pekerjaan Umum dalam satu dekade terakhir tengah gencar mengadakan pelatihan-pelatihan Quantity Surveyor di seluruh Indonesia dengan narasumber dari dosen QS.

“Dalam satu dekade QS UBH telah memberikan bukti nyata kepada masyarakat khususnya para orang tua yang telah melihat anak-anak mereka berhasil setelah menyelesaikan pendidikannya di QS UBH. Keraguan ada tidaknya lapangan kerja bagi lulusan QS yang menjadi penghalang sedikit demi sedekit mulai sirna”, ujar Yudi mengakhiri.(**Bayu/Indrawadi-Humas UBH).