Fak.Teknologi Industri Pamerkan Inovasi Pengolahan Air Laut Dalam Pembuatan Garam
Jum'at, 27 September 2013
Banyak masyarakat di kawasan pesisir pantai Indonesia belum memanfaatkan potensi air laut untuk dijadikan garam selain itu pengolahan garam yang ada masih secara tradisional dengan tambak-tambak. Kita melakukan inovasi untuk pengolahan garam tersebut dengan kolektor surya.Demikianlah dikatakan Ir. Mulyanef, M.Sc saat memberikan penjelasan tentang Teknologi Pengolahan Air Laut Menjadi Garam dengan Kolektor Surya ke pada penggunjung yang datang ke stan pameran Teknologi Tepat Guna Fakutlas Teknologi Industri (FTI) Universitas Bung Hatta (UBH) di Areal Gor H Agus Salim, Kamis (26/09/2013).
Alat ini merupakan hasil karya tugas akhir Muslimin mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2008 dengan dibimbingan dari Ir. Mulyanef, M.Sc dan Burnawi, ST, M.Si. Pada rancangan baru ini pembuatan garam dari air laut dilakukan dengan memanfaatkan kolektor tenaga surya plat datar.
Mulyanef salah satu pembimbing dari hasil karya teknologi tersebut mengatakan pada dasarnya alat ini bekerjanya secara sederhana saja, air laut dimasukan kedalam kolektor dengan tutup kaca trasparan kemudian diletakan diruangan terbuka dengan di sinar matahari yang cukup masuk ke dalam kolektor tersebut.
Panas yang dihasilkan dari sinar matahari akan menguapkan air laut sehingga terjadi proses kondensasi yang diakibatkan terjadinya perbedaan temperatur antara di dalam basin dengan lingkungan sekitar, ujarnya Mulyanef yang juga menjabat sebagai Dekan FTI UBH.
Lebih lanjut ia menjelaskan hasil kondensasi akan menempel pada kaca sehingga terjadi perubahan fasa dari uap menjadi cair. Kemudian air akan mengalir ke bawah menuju saluran air yang terbuat dari pipa. Hal ini disebabkan penutup kaca kolektornya di rancang dengan posisi miring.
Pengujian dilakukan secara terus menerus setiap hari dari pagi hingga sore hari sampai sampel air laut dalam basin menguap seluruhnya atau kering, imbuhnya.
Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dengan ukuran kolektor 1,6 meter persegi dan kebutuhan sampel air laut sebanyak 10 litter akan menghasilkan air sulingan sebanyak 1093 ml/hari dan 613 gram garam. Proses perubahan air laut menjadi garam membutuhkan waktu optimum 6 hari bila cuaca cerah dengan intensitas rata-rata matahari 484 watt/harinya.
Teknologi ini bisa digunakan untuk area pekarangan rumah yang kecil dan dapat membantu masyarakat di pesisir pantai dalam mengolah air laut menjadi garam dan air bersih. Tentunya untuk meningkatkan produktivitas garam dan air bersih dapat dilakukan dengan cara memperluas kolektor suryanya, ungkapnya. (**Bayu-Humas UBH)