UBH bersama IKC-Bapomi Gelar Simulasi Praktis Pengurangan Resiko Bencana
Selasa, 26 November 2013
Universitas Bung Hatta melalui jurusan Teknik Arsitekturnya mengadakan kegiatan Deseminasi Program Pengurangan Resiko Bencana (PRB) Berbasis Komunitas dan Simulasi Praktis dan Pengenalan Model Pengurangan Resiko Bencana yang bekerjasama dengan Inisiatif Kanca Cilik (IKC)- Basis Organisasi Kesiagaan Komunitas (Bakomi) Indonesia, Univeristas Gajah Mada serta Japan Foundation, Selasa (26/11/2013).Kegiatan ini diadakan di Ruang Sidang Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Kampus Proklamator I Universitas Bung Hatta dibuka langsung oleh Wakil Rektor I Universitas Bung Hatta dan diikuti oleh guru dan pelajar Sekolah Dasar, Dinas Pemadam Kebakaran, BNPB Sumatra Barat dan Lembaga Swadaya Masyarakat lainnya yang bertujuan untuk menciptakan dan menumbuhkan masyarakat Sumatra Barat khususnya Kota Padang dalam mengurangi resiko bencana berbasi komunitas.
Nurhadi Tim Bapomi Indonesia menyampaikan semua orang telah tahu indonesia itu negara yang rawan bencana sehingga wajar saja bila disebut supermarket bencana. Meskipun demikian, kita harus siap dan berlatih bersama-sama dalam menanggulangi setiap bencana yang akan datang.
Walaupun kia berada di kawasan yang rawan bencana tapi kita harus siaga dan bersahabat dengan bencana. IKC-Bapomi sangat apresisasi sekali dengan keinginan Universitas Bung Hatta menjadi motor dalam mengadakan kegiatan deseminasi ini. setelah kegiatan serupa dilakukan oleh Univeritas Gajah Mada untuk murid-murid SD di Yogyakarta, ujarnya.
Wakil Rektor I Universitas Bung Hatta, Dr. Ir. Eko Alvarez, MSA mengatakan kita menyadari Sumatra Barat merupakan daerah yang rawan bencana begitu juga dengan kampus Universitas Bung Hatta berlokasi di daerah tepi pantai, untuk itu perlu dipersiapkan kondisi kampus dan mahasiswa yang siaga bencana.
Universitas Bung Hatta telah memindahkan sebagian fakultasnya ke Kampus Proklamator II di daerah yang cukup aman, kita juga telah memiliki pusat studi bencana bahkan pada program pascsarjana kita juga membuka konsentrasi penanggulangan resiko bencana, ujarnya.
Untuk mengurangi dampak dari resiko bencana, Eko menambahkan beberapa unit kegiatan mahasiswa di Universitas Bung Hatta telah melakukan simulasi dan pelatihan untuk kesiapsiaggan dalam menghadapi bencana yang akan datang. Beberapa dosen kita juga banyak diundang untuk menjadi pembicara dan pelatih dalam pendampingan kepada masyarakat untuk mengurangi resiko bencana.
Kampus Prokalamator I Universitas Bung Hatta juga telah dipasangkan satelit pemantau gelombang dari LIPI dan early warning system dari BNPB yang berguna untuk peanggulangan bencana di kemudian hari. Kampus kita juga berkeinginan menjadi kampus yang siaga bencana, ujarnya.
Sebelum kegiatan simulasi, terdapat penyampaian materi dari Hiruka Nagata dari Japan Foundation yang menjelaskan materi mengenai program Iza Kaeru Caravan. Program tersebut mengenai pelatihan penanggulangan resiko bencana bagi masyarakat di Kobe, Jepang .
Pada tahun 1995 terjadi gempa besar yang menghancurkan derah Kobe, masyarakat tidak mengetahui di daerahanya tersebut akan terjadi gempa besar. Berdasarkan kejadian itu maka munculah program Iza Kaeru Caravan dengan sasaran pelajar dan masyarakat umum, ungkapnya.
Program tersebut sebagai upaya penanggulangan bencana dengan mengadakan simulasi dan pembelajaran di ruang terbuka untuk anak-anak. Simulasinya dilakukan secara aktraktif dan dirancang dengan pola permainan dan program tersebut dikenalkan ke Indonesia dengan nama IKC dan Bapomi.
Kemudian materi kedua dari Ika Putra dari Universitas Gajah Mada dan Jonny Wongso dari Universitas Bung Hatta menjalaskan mengenai deseminasi program IKC dan Bapomi simulasi praktis pengurangan resiko bencana.
Menurut Ika Putra, kegiatan ini mengadopsi dari program Iza Kaeru Caravan namun disesuaikan dengan kondisi dan nilai budaya kelokalan masyarakat setempat. Kita juga harus mengetahui jenis bencana apa saja yang akan terjadi di wilayah kita. Misalnya saja untuk gempa, kita harus tahu berapa tahu siklus terjadinya gempa.
Di Yogyakarta biasanya bersiklus 60-70 tahunan. Untuk di Sumatra Barat dari data yang tercatat siklusnya pendek 17-20 tahunan. Tentunya kita perlu mempersiapkan diri dengan bencana yang akan terjadi, imbuhnya.
Sementara itu Jonny Wongso mencerikan kegiatan IKC dan Bapomi Sumatra Barat di SDN 03 dan SD 15 Lubuk Alung. (**Bayu-Humas UBH)