Detail Berita

Sastra Jepang Gelar Seminar Nasional : Tantangan Lulusan Sastra Jepang Hadapi AFTA 2015
Sastra Jepang Gelar Seminar Nasional : Tantangan Lulusan Sastra Jepang Hadapi AFTA 2015

Kamis, 04 September 2014

Seluruh mahasiswa Prodi Bahasa dan Sastra Jepang Universitas Bung Hatta menghadiri seminar nasional Tantangan dan Peluang Lulusan Bahasa Jepang Dalam Menghadapi AFTA 2015, di Auala Balairung Caraka Kampus I UBH Ulak Karang, Kamis,4/914.

Seminar Nasional yang di gelar Prodi Sastra dan Bahasa Jepang itu di buka oleh Rektor UBH Prof.Dr. Niki Lukviarman,SE,Akt,.MBA menghadirkan pembicara Tomoya Mitsumoto dari The Japan Pondation-Jakarta, Ketua DPP ASITA Indonesia Asnawi Bahar,SE.,MS.i, Ka.Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi Sumbar yang diwakili Drs. Zudarmi,MSi Kabid Pelatihan dan Produktivitas serta Osvian Putra Alumni Prodi Sastra Jepang angkatan 92.

Ketua Pelaksana Dwi Kania Izmayanti menyebutkan, seminar tersebut digelar karena Prodi Sastra Jepang menyadari bahwa mau tidak mau Indonesia sebagai peserta dalam Organisasi Asean, mau tidak mau dan siap tidak siap harus mengikutinya harus siap menghadapinya.

Salah satu tantangan kesiapan masyarakat Indonesia Menghadapi AFTA 2015 adalah sejauh mana masyarakat Indonesia sudah cukup menguasai Bahasa Jepang, yang nantinya akan menjadi salah satu bahasa pengantar utama dalam relasi yang kian terbuka dengan sesama masyarakat Asia yang akan bebas hilir-mudik ke Indonesia.

Zudarmi dalam makalahnya menyebutkan bahwa tantangan utama yang akan di hadapi adalah peningkatan daya saing dan keunggulan kompetitif disemua sektor. Jepang salah satu negara di asia timur yang masuk kedalam wilayah AFTA sangat menguasai produk-produk dunia mulai dari otomotif sampai dengan budaya massa seperti komik dan lainnya.

“Untuk dapat mengetahui rahasia keberhasilan Jepang, banyak orang mempelajari Bahasa Jepang, di Indonesia institusi pembelajaran bahasa Jepang berada pada urutan ketiga, sehingga banyak lulusan setiap tahunnya harus bersaing untuk mendapatkan peluang kerja”, jelas Zudarmi.

Senada dengan itu, dalam pemaparan makalahnya Asnawi Bahar menyampaikan salah satu contoh dari UU No.10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan adalah para mahasiswa yang telah memiliki ketrampilan dalam berbahasa asing dapat mengikuti sertifikasi untuk mendapatkan kompetensi dalam pengetahuan, ketrampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati serta di kuasai untuk mengembangkan profesionalitas kerjanya.

“Berdasarkan hal tersebut, maka sudah tidak menjadi kekhawatiran bagi lulusan ketrampilan berbahasa, khususnya Bahasa Jepang untuk terjun dalam menghadapi AFTA 2015, terbuka peluang kebutuhan akan tenaga ahli di bidang bahasa yang dimiliki dan sangat memegang peran penting” ungkap Asnawi.

Tak jauh berbeda dengan Asnawi, Osvian Putra Alumni Sastra Jepang 92 yang kini dibidang pariwasata Pekanbaru-Riau menambahkan bahwa lapangan kerja di bidang pariwisata antara lain di perhotelan,restaurant,travel biro, kepemanduan, travel writer, overseas business representative dan lainnya.

“Dengan demikian, menguasai Bahasa Jepang adalah salah satu kunci untuk menguasai ilmu, menguasai teknologi, dan menguasai dunia. AFTA yang berarti keterbukaan dalam pergaulan antarbangsa di Asia sudah di depan mata”, ungkap Osvian

Disebutkan juga, salah satu hal yang perlu dipersiapkan dan dikuasai adalah kemampuan berkomunikasi minimal dengan menggunakan Bahasa Inggris dan syukur-syukur bisa juga menguasai beberapa bahasa dari negara-negara Asia lainnya misalnya Mandarin. Sebab dengan menguasai bahasa asing, bisa berelesi dengan sesama dari bangsa lain secara lebih baik termasuk dalam urusan pendidikan, pekerjaan, ekonomi/bisnis, sosial, budaya, dari berbagai sektor. (**Indrawadi-humas ubh)