Balai Pelatihan Kementerian PU dan FTSP UBH Gelar Forum Diskusi Keahlian Konstrusksi
Kamis, 04 September 2014
Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta menjadi tuan rumah dalam pelaksanaan kegiatan Forum Komunikasi Peningkatan Keahlian Konstruksi yang diselenggarakan oleh Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia.Kegiatan ini dilaksanakan di Ruang Sidang Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Gedung F Kampus Proklamator I Universitas Bung Hatta, Kamis (04/09/2014) dengan menghadirkan pembicara Dr. Ir. Doedoeng Z. Arifin dari Kepala Balai Peningkatan Keahlian Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia.
Dekan Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas Bung Hatta, Ir. Hendri Warman, MSC menyampaikan dunia jasa konstrusksi di Sumbar cukup banyak namun sayangnya jumlah tenaga ahli yang bersertifikasi sangat terbatas. Padahal sangat penting sekali, terutama saat ini dalam menyambut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) 2015 maka perlu sumber daya manusia yang berkompeten.
Perlu dukungan perguruan tinggi, pemerintah dan asosiasi profesi dalam menyikapi tenaga konstruksi yang berkompeten. Sebagai tuan rumah yang ditunjuk untuk kegiatan ini kita sangat mengucapkan terima kasih dan kehadirannya dalam kegiatan ini, sebutnya.
Kita berharap dengan diskusi yang dilaksanakan ini dapat menghasilkan masukan dan saran dalam perkembangan dunia jasa konstruski kedepannya, tambahnya.
Forum grup diskusi ini hanya diikuti oleh 30 peserta yang terdiri dari perwakilan Dinas Pekerjaan Umum Sumatra Barat, Kepala Balai Pelatihan Konstruksi, Ketua Jurusan Teknik Sipil Universitas Bung Hatta, Institut Teknologi Padang, dan Politeknik Negeri Padang, perwakilan asosiasi profesi dan dimoderatori oleh Suyono, SE, M.Si dengan pembahasan mengenai profesi insinyur dalam mewujudkan industri konstruski yang berkelanjuta.
Dalam penyampaian materinya, Doedoeng mengatakan industri konstruksi merupakan salah satu sektor yang sangat penting dalam kehidupan sehari hari dan menjadi urutan ke enam dari sektor utama penyumbang pendapatan besar nasional. Namun yang menjadi permasalahan saat ini tenaga kerja konstruksi sarjana masih rendah.
Data Dirjen Dikti 2013 menyebutkan lulusan sarjana teknik yang diserap disektor kontrusksi hanya 10 persen. Penambahan insinyur kontruksi selama 4 tahun terakhir lebih dari 36ribu orang dengan rata-rata jumlah tenaga konstruksi 9ribu orang per tahun. Namun tenaga konstruksi yang bersertifikasi masih tidak berimbang, ujarnya.
Sebagai tantangan kebutuhan sumber daya manusia yang berkompeten, maka kementerian pekerjaan umum berupa untuk mengadakan berbagai pelatihan dan uji kompetensi agar memperoleh tenaga konstrusksi yang bersertifikasi.
Bahkan pendidikan teknik sipil pun masih belum terintegrasi dan berkesinambungan antara proses pendidikan dan penjaminan kemampuan profesional. Untuk itu, kurikulum pendidikan teknik dibut konsorsium antara industri konstruski, BAN dan perguruang tinggi, ulasnya.
Ia juga menyebutkan pelatihan atau pendidikan profesi bagi mahasiswa tingkat akhir atau alumni muda yang bekerjasama dengan lembaga pelatihan konstruksi dan sertifikasi tenaga kerja sebagai percepatan pengakuan kompetensi kerja.
Perlu juga pemagangan bagi mahasiswa tingkat akhir dan mekanisme rekognisi pembelajaran lampau dan pengalaman kerja melalui program profesi, imbuhnya.
Kegiatan ini diadakan juga dalam rangka persiapan pelaksanaan pelatihan dengan metode Distance Learning (DL) dan kegiatan Continuing Profesioal Development (CPD) dalam bentuk seminar serta penandatanganan kerjasama pembinaan pelatihan yang akan dilaksanakan oleh Balai Peningkatan Keahlian Konstruski Pusat Pembinaan Kompetensi dan Pelatihan Konstruski Badan Pembinaan Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia. (**Ubay-Humas UBH)