Monumen Romusha Perlu Dibangun Di Bukittinggi
Selasa, 09 September 2014
Salah satu peninggalan sejarah pada zaman penjajahan Jepang yang kini menjadi tempat wisata andalan adalah Lobang Jepang di Panorama Ngarai Sianok Bukittingi. Pembangunan Lobang Jepang itu pada zamannya mengorbankan ribuan romusha dan pekerja paksa oleh tentara Dai Nippon Jepang.Pembangunan Monumen Romusha tersebut ditegaskan Wakil Menlu RI Dr. Dino Patti Djalal, saat dialog dengan sejumlah tokoh masyarakat Minang yang juga dihadiri Walikota Bukittinggi Ismet Amzis, membahas ide pembuatan monument tersebut di Hotel Borobudur, Jakarta, 25/8.
Dijelaskan Dino, gagasan pembangunan monumen tersebut berdasarkan pemikiran bahwa banyak putra bangsa yang menjadi korban kerja paksa pada zaman penjajahan Jepang dan tidak kembali pada keluarganya. Tidak ada yang tahu keberadaan mereka hingga saat ini.
"Monumen tersebut perlu didirikan untuk mengenang pengorbanan ratusan ribu romusha yang meninggal sebagai pahlawan, dan kami khawatir minimnya dokumentasi mengenai hal itu akan membuat mereka terlupakan dari catatan sejarah," kata Dino.
Rektor UBH, Prof. Niki Lukviarman, SE,AKt,MBA yang ikut hadir dalam dialog tersebut menyebutkan bahwa, Dino bercerita tentang para Romusha atau pekerja paksa pada zaman penjajahan Jepang yang membangun Goa Jepang. Para Romusha itu, kata dia, juga dibawa dan dipekerjakan secara paksa tentara Jepang untuk membangun rel kereta api yang menghubungkan Sumatera bagian Selatan hingga ke Riau.
Disebutkan Niki juga, Dino merasa janggal melihat di situs sejarah lobang Jepang Bukittinggi tersebut terdapat patung tentara Jepang, artinya seakan-akan menyiratkan bahwa lobang Jepang itu adalah hasil karya tentara Jepang. Padahal para pekerja Romusha-lah yang bekerja keras dan menjadi korban pembangunannya dan Romushalah yang seharusnya dikenang melalui pembangunan monumen yang didedikasikan khusus untuk mereka.
Namun demikian monumen Romusha yang akan dibangun diproyeksikan tidak untuk menggantikan monumen tentara Jepang yang sekarang masih berdiri. Namun langkah pembangunan monumen Romusha adalah bagian dari usaha untuk mengoreksi sejarah. Menurutnya, Indonesia mempunyai utang sejarah yang belum dilunasi untuk mengakui dan menghargai pengorbanan dan penderitaan ratusan ribu Romusha bangsa sendiri.
Menurut Dino, pihaknya juga telah membicarakannya dengan Walikota Bukittinggi dan telah memberikan dukungan penuh terhadap ide pembangunan monumen tersebut. Pihaknya juga telah menemukan pematung yang mempunyai kemampuan yang sangat baik untuk membangun monumen tersebut.
Mantan Duta Besar RI untuk Amerika Serikat itu menambahkan, selain menjalin dukungan dari masyarakat Minang dan rencana aksi pembangunan monumen tersebut, juga perlu ada penggalangan dana untuk pembangunan monumen Romusha yang diperkirakan memakan waktu satu tahun.
Kalau ide dan gagasan pembangunan monumen tersebut banyak mendapat tanggapan dari masyarakat, mungkin perlu diseminarkan dengan mengundang ahli sejarah, akademisi, tokoh masyarakat dan semua pihak yang terkait khususnya Dr. Dino Patti Djalal sebagai penggagas untuk terwujudnya pelaksanaan ide tersebut, imbuh Niki. (**Indrawadi)