Dosen UBH dan UPT Konservasi Penyu Kota Pariaman Lakukan Pemberdayaan Masyarakat Melalui Kerajinan Handicraft
Jum'at, 12 September 2014
Untuk membantu masyarakat pesisir pantai dan sebagai kepedulian masyarakat dalam membangun konservasi pelestarian dan perlindungan penyu di Sumatera Barat, Unit Pelaksana Teknis Kawasan Konservasi Perairan Daerah (UPT-KKPD) Kota Pariaman bersama Harfiandri Damanhuri, S.Pi, M.Si salah seorang dosen Universitas Bung Hatta melakukan pendampingan dan melibatkan masyarakat dalam pembinaan pembuatan handicraft penyu.Kegiatan ini pertama kalinya dilaksanakan untuk pendampingan dan pembinaan melalui wadah Komunitas Padusi Apar untuk menghasilkan nicke handicraft penyu yang telah dilatih, didampingi hingga proses pemasaran.
Harfiandri Damanhuri menceritakan awal mulanya ketika melakukan uji coba penetasan telur penyu dan sambil menunggu hasilnya, kami melakukan diskusi dengan rekan-rekan di lokasi pengakaran. Saat diskusi tersebut muncul ide untuk memcoba untuk melatih masyarakat sekitar kawasan penangkaran untuk membuat handicraft penyu.
Mengingat, umumnya mata pencaharian kaum lelaki disini berprofesi sebagai nelayan dengan penghasilan yang terkadang tidak menetu sedangkan untuk kaum wanitanya mencoba membantu perekonomian keluarga dengan menjahit kain dan manik-manik benang emas untuk pakaian adat dan usaha lainnya," ucapnya.
"Dari hasil survai yang telah dilakukan maka waktu itu terbersit keinginan untuk melatih masyarakat sekitar membuat handicraft penyu sebagai tambahan penghasilan untuk membantu perekonomian keluarga, tambah Harfiandri yang mengajar di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Bung Hatta ini.
Dikatakannya, pendampingan tersebut dilakukan dengan serangkaian pelatihan yang diikuti 9 orang dan berlokasi di Kantor UPT Konservasi Penyu Kota Pariaman. Bahan yang digunakan untuk pembuatan handicraft penyu berasal dari material bekas seperti kayu, gabus, plastik, styorofoam dan lainnya.
Pada tahap pertama latihan kami lihatkan contoh, kami siapkan pola bentuk penyu kami sediakan kain planel, isinya, benang, jarum, mata, lem, gunting, spidol, dan pendamping, tahap kedua kami mulai menilai hasil kerja dan memberikan masukan, serta banyak keluhan dari peserta yang katanya sulit membuatnya, kami berusaha secara terus menurus dan menyakinkan bahwa ini bisa menjadi tambahan penghasilan, ujarnya.
Melalui beberapa tahap latihan komunitas masyarakat pesisir ini sudah dapat menghasilkan produk gantungan kunci, gantungan mobil yang sangat imut, menarik, terjangkau dan dapat dipesan dengan harga bersaing dan ikut membantu ekonomi masyarakat pesisir Kota Pariaman, khususnya masyarakat di sekitar lokasi Penangkaran Penyu Desa Apar Kota Pariaman.
Harfiandri mengungkapkan peserta pelatihan sangat antusian dengan kegiatan ini meskipun perlu kerjakeras untuk meyakinkan para peserta ini dengan membuat handicraft penyu ini dapat menambah penghasilan dan sebagai ikon baru untuk sebuah cenderamata sebagai tanda sudah bertandang ke UPT Konservasi Penyu Kota Pariaman.
Permaslahan pemasaran hasil industri kreatif ini, kami bekerjasama dan mengharapkan bantuan dari UPT Konservasi Penyu, apa bila tamu-tamu yang datang untuk dapat membeli handicraft sambil membantu masyarakat sekitar. Saat ini sudah tersedia sekitar 100 stok gantungan kunci yang siap dijual.
Apabila terus kita bina dan kita dorong ini, nantinya handicraft penyu ini akan menjadi pusat kratif cenderamata penyu di Sumatera Barat. Kita berharap para pengunjung kawasan konservasi dapat berpartisapasi membeli handicraft penyu ini sebagai bentuk kepedulian kepada masyarakat kecil dan konservasi penyu, imbuhnya. (**Ubay-Humas UBH)