Mahasiswa Universitas Bung Hatta Perkenalkan Minangkabau lewat Tari di Jepang
Rabu, 30 Desember 2015
Mahasiswa Sastra Jepang Fakultas Ilmu Budaya Universitas Bung Hatta angkatan 2011 yaitu Nikmatul Hikmah yang kini sedang mengikuti program student exchange selama satu tahun di Sonoda WomenÂ’s University Jepang memperkenalkan budaya Indonesia terutama Minangkabu kepada masyarakat Jepang di lingkungan kampus.Nikmatul menceritakan tidak terasa telah berada delapan bulan sejak kedatangan pada Mei 2015 lalu di Negeri Sakura ini dan sebentar lagi masa pun akan berakhir pada Maret 2016. Selama di sini, di samping mempelajari budaya baru tentang kejepangan juga berusaha memperkenalkan budaya Indonesia dengna mengikuti beberapa kali iven yang diselenggarakan di kampus Sonoda
“Misalnya saja dalam acara Wakare Party yang telah diselenggarakan oleh kampus pada 16 Desember 2015 lalu dalam rangka perpisahan dengan empat orang mahasiswi asing dari New Zaeland. Pada kesempatan tersebut menampilkan sebuah tari tradisional Minangkabau yaitu Tari Pasambahan kreasi Tari Piring,” ujarnya.
Pada acara tersebut yang hadir sangat ramai, selain dari mahasiswa-mahasiswa, dosen dan staff kampus Sonoda serta mahasiswi asing dari New Zeland juga datang para keluarga homestay. Awalnya, merasa sangat gugup dan takut kalau penampilannya gagal apalagi persiapan untuk latihan sangat tidak memungkinkan karena dikabari mendadak diminta tampil pada acara tersebut. Mengingat orang Indonesia yang berada di kampus ini hanya dia sendiri, segalanya pun harus dipersiapkan sendiri juga.
“Saya berfikir akan menampilkan Tari Panen yang pernah ditampilkan pada acara sebelumnya, jadi bisa latihan hanya sekedar mengulang untuk mengingat gerakannya saja. Namun, saya mencoba tarian yang lain saja supaya ada pembaharuan yaitu Tari Pasambahan dan ini adalah untuk pertama kalinya mencoba menarikan tari tersebut,” sebutnya.
Seketika itu, Nikmatul teringat akan saranan dari senior terdahulu agar tariannya semakin berkesan bagi orang Jepang sebaiknya ditampilkan dengan alat peraga sehingga mengkreasikan Tari Pasambahan, Tari Piring dan sedikit gerakan silat dengan bermodalkan latihan sambil melihat kumpulan video-video tari di Youtube.
“Sambil melihat video tersebut saya berusaha meniru dan mengkreasikan gerakannya sendiri demi penampilan yang berharga untuk acara esok hari. Terdapat kendala dengan tempat latihan yang hanya memanfaatkan kamar dengan ruang gerak yang terbatas, ditambah lagi Jepang saat ini telah masuk musim dingin dan dinginnya pun sangat tidak tanggung-tanggung,” ceritanya.
Walaupun demikian, ia bersyukur berkat sedikit basic tari yang dimiliki dan yakin dengan latihan singkat, akhirnya berhasil juga menampilkan Tari Pasambahan di acara tersebut. Penampilannya saat itu memang seadanya dengan kostum yang dibawa saat keberangkatan dan musik pengiring pun diputar dengan menggunakan Handphone.
“Selama penampilan berlangsung banyak orang yang terus mengabadikan dengan kamera dari awal hingga tarian selesai. Penampilannya mendapat respon yang sangat positif dan kekaguman serta riuhnya tepuk tangan dari penonton mengiringi Penulis turun dari panggung. Terutama staff penanggungjawab Penulis di kampus karena telah membawakan tarian yang baru dan berbeda dengan tari sebelumnya,” ungkapnya.
Disebutkan Nikmatul, bagi mereka belum pernah menyaksikan tarian yang dibawakan sambil memainkan piring dan sedikit dengan gerakan silat bersama dengan kostumnya, dan itu sangat unik. Setelah penampilan itu selesai banyak sekali yang menghampiri dan meminta foto bersama Penulis. Hikmah-san, Jouzu desune!(Hikmah, hebat ya!) begitu juga selalu kata-kata pujian yang diterimanya.
"Saya sangat bersyukur dapat belajar di luar negeri karena ini adalah kesempatan yang sangat langka. Di samping mempelajari budaya baru ternyata mampu meningkatkan rasa nasionalisme yang sangat tinggi dan berkali-kali lipat. Meski modernnya kehidupan dan budaya Jepang yang digemari dunia yang saya pelajari langsung di sini ini, saya semakin bangga dengan Indonesia yang mempunyai banyak suku bangsa dan kaya akan keberagaman budayanya," imbuhnya.
Dia merasakan kepuasantersendiri walaupun bukan penari profesional dan selama ini di negeri sendiri terbilang tidak pernah tampil menari di acara apapun tetapi mampu mempersembahkan budaya dan tari Minangkabau dengan segala keterbatasan yang dimiliki saat ini di luar negeri.
"Setelah kembali ke Tanah Air, saya akan giat mendekatkan diri dan belajar lagi serta bertekad ingin memperkenalkan lebih banyak lagi tentang budaya dan seni Minangkabau kepada orang asing," harapnya. (**Ubay-Humas UBH)