Detail Berita

Universitas Bung Hatta Bantu Kabupaten Agam Pecahkan Masalah Danau Maninjau
Universitas Bung Hatta Bantu Kabupaten Agam Pecahkan Masalah Danau Maninjau

Selasa, 07 November 2017

Universitas Bung Hatta menurunkan timnya untuk membantu pemulihan Danau Maninjau yang diketua oleh Dr. Firdaus, S.T., M.T dan mengadakan pertemuan dengan Pemerintah Kabupaten Agam di Kantor Bupati Agam pada 3 November 2017.

Rombongan yang berjumlah 4 orang yaitu Ketua Team dan koordinator bidang yakni Dr. Hidayat, S.T., Dr. Welia Roza dan Dr. Muslim Tawakal diterima langsung oleh Wakil Bupati yaitu Ir. Trinda Farhan, MT., yang juga sebagai penanggung jawab program Save Maninjau, didampingi oleh Kepala Dinas PU, Pertanian, Lingkungan Hidup, dan Perikanan Kab. Agam.

Dr. Hidayat, ST., MT., Dekan Fakultas Teknologi Industri Universitas Bung Hatta dalam arahannya, mengungkapkan bahwa Penunjukan Tim Rehabilitasi Danau Maninjau Kabupaten Agam Provinsi Sumatea Barat oleh Rektor Universitas Bung Hatta sesuai SK No. 7260/SK-2/KP/IX-2017 tanggal 7 September 2017 adalah bentuk kepedulian Universitas Bung Hatta terhadap kondisi Danau Maninjau.

Danau ini tidak lagi menjadi isu nasional namun sudah menjadi isu internasional. Tim bekerja merumuskan gagasan dan langkah-langkah strategis guna membantu Pemda Agam menemukan solusi yang tepat bagi permasalahan pencemaran yang terjadi di Danau Maninjau.

Dr. Firdaus, S.T. M.T selaku ketua team memaparkan beberapa gagasan solusi, diantaranya kebun sayur apung dan gerakan penanaman bambu di lereng-lereng bukit sekitar Danau Maninjau khususnya.

Gagasan tersebut mengambil asumsi bahwa faktor utama musibah rutin kematian ikan di KJA (Keramba Jaring Apung) dalam jumlah besar di danau Maninjau disebabkan oleh peristiwa naiknya sedimen di dasar danau sekitar KJA (peristiwa rollover atau disebut juga upwelling). Sedimen yang menutupi permukaan danau menyebabkan ketiadaan oksigen sehingga dalam waktu singkat ribuan ton ikan di KJA mati.

Peristiwa rollover terjadi di musim panas, saat cuaca terik di siang hari dan sangat dingin di larut malam. Peristiwa ini dipicu oleh dua faktor utama, yaitu: 1). Suhu dan tekanan di sedimen dasar danau tinggi sedangkan di permukaan sangat rendah; 2). Terjadi arus angin kencang di permukaan danau.

Gagasan pengadaan kebun sayur apung di sekitar KJA ditawarkan karena memiliki empat fungsi pokok, yaitu: 1). Menahan panas dari sinar matahari agar tidak terakumulasi di sedimen; 2). Mencegah peristiwa rollover saat terjadi arus angin kencang di permukaan danau; 3). Budidaya sayur dalam program tranformasi ekonomi untuk meningkatkan penghasilan petani; 4). Area kebun sayur apung bisa menjadi tempat berlangsungnya pemijahan.

Untuk mewujudkan gagasan kebun sayur apung ini, di lereng-lereng bukit sekeliling danau ditanami juga rumpun bambu. Keberadaan rumpun bambu memiliki tiga fungsi pokok, yaitu: 1). Untuk memperbaiki cathment area sehingga mencegah longsor dan menekan tingkat erosi dan laju sedimentasi; 2). Memecah arus angin dari lereng bukit menuju danau untuk mencegah peristiwa rollover sedimen dari dasar danau sekitar KJA; 3). Menyediakan bahan baku berupa bambu tua bagi industri kreatif anyaman bambu penyedia wadah untuk media tumbuh sayur apung; 4). Budidaya bambu di lereng-lereng bukit juga masuk ke dalam program transformasi ekonomi untuk meningkatkan penghasilan petani dan pengrajin anyaman bambu.

Wakil Bupati Agam, Ir. Trinda Farhan, MT, menyambut baik gagasan ini sebagai masukan yang baru bagi program Save Maninjau. Karena menurut beliau, masalah utama Danau Maninjau adalah pencemaran yang penyebab utamanya adalah endapan sendimen akibat sisa pakan dan bangkai ikan.

Ada 10 aksi yang akan dilakukan diantaranya transformasi ekonomi, pemijahan, perbaikan cachment area dsb. Untuk menjalankan aksi ini, akademisi sangat tepat karena memiliki SDM yang independen. Gagasan penanaman sayur apung adalah salah satu bentuk tranformasi ekonomi. Penanaman bambu adalah bentuk perbaikan cachment area dan menahan longsor. Beliau juga menambahkan, agar tim Universitas Bung Hatta menambahkan program pemijahan ikan di hulu sungai.

Sementara itu, Dinas Pertanian Agam menyorot soal masalah sosial yang juga sangat krusial yang membutuhkan sentuhan akademisi. Dr. Muslim Tawakal dan Dr. Welia Roza menyambut harapan sekaligus tantangan dari dinas PU tersebut dan akan menyusun program yang akan disenergikan dengan 10 Aksi Save Maninjau. (**Humas UBH)