Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta Gelar Konferensi Nasional Hukum Internasional Menghadapi Geopolitik Global
Jum'at, 28 Juni 2024
Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta menyelenggarakan Konferensi Nasional Hukum IV dengan tajuk Perkembangan Hukum Internasional Indonesia dalam Menghadapi Geopolitik Global. Kegiatan yang diadakan di Aula Gedung 6 Blok B Kampus Proklamator II Universitas Bung Hatta pada 27 Juli 2024.Kegiatan yang dibuka oleh Dr. Sanidjar Pebrihariati. R., S.H., M.H Dekan Fakultas Hukum Universitas Bung Hatta ini menghadirkan narasumber Prof. H. Firman Hasan, SH., LLM. guru besar Hukum Internasional Universitas Andalas dan Ahmad Iffan, S.H., M.H., Ketua Bagian Hukum Internasional Universitas Bung Hatta dengan dipandu oleh Helmi Chandra SY, S.H., M.H, Ketua Labor Hukum Universitas Bung Hatta.
Prof. H. Firman Hasan, SH., LLM. menyampaikan Hukum internasional tidak dapat dipisahkan sepenuhnya dari pertimbangan moral dan etika, sebagaimana dikemukakan oleh Austin. Hukum internasional tidak hanya mengatur hubungan antar negara secara teknis, tetapi juga mencerminkan nilai-nilai moral dan etika yang diterima oleh masyarakat internasional.
"Perkembangan hukum internasional terus berlanjut seiring dengan munculnya isu-isu baru dan perubahan lanskap hubungan internasional, sehingga membutuhkan perspektif dan pendekatan baru dalam mempelajari dan menganalisisnya. Teori Austin dapat menjadi titik awal yang baik untuk memahami kompleksitas hukum internasional modern, dengan tetap mempertimbangkan dimensi moral dan etika yang melekat di dalamnya," ungkapnya.
Sementara itu, Ahmad Iffan, S.H., M.H., mengatakan sitasi Geopolitik Global mempengaruhi Indonesia dalam segala aspek seperti Ekonomi, Politik dan budaya. Seperti Perang Rusia-Ukraina menjadikan Indonesia Kehilangan pendapatan akibat turunnya ekspor karena dampak naiknya harga minyak terhadap APBN dan Kenaikan komoditas impor gandum.
"Indonesia Sebagai Kekuatan Tengah Dalam Geopolitik Global karena adanya Pertumbuhan ekonomi yang stabil, lokasi Indonesia di persimpangan antara Samudra Hindia dan Pasifik, Selat Malaka membuat Indonesia menjadi jalur perdagangan utama dan pusat transportasi maritim, kaya akan sumber daya alam dan Pemain pada Peranan strategis dalam ASEAN," ujarnya. (uby)