Prof. Dr. Diana Kartika Perkenalkan Aplikasi Likari dalam Pembelajaran Bahasa Jepang
Selasa, 01 Juli 2025
Prof. Dr. Diana Kartika tampil sebagai pembicara utama dalam Seminar dan Lokakarya ASPBJI (Asosiasi Studi Pendidikan Bahasa Jepang Indonesia) Wilayah Sumbar-Riau yang digelar di Aula Balairung Caraka, Gedung B, Kampus Proklamator I Universitas Bung Hatta pada 26 Juni 2025.
Kegiatan ini menjadi ajang penting bagi para akademisi, praktisi, dan pengajar bahasa Jepang di wilayah Sumatera Barat dan Riau untuk menggali pendekatan-pendekatan baru dalam pengajaran bahasa yang adaptif terhadap perkembangan teknologi dan tantangan global.
Dalam pemaparannya yang berjudul Pembelajaran Bahasa Jepang Lintas Budaya: Aplikasi Likari dari Kata untuk Melintasi Dunia, Prof. Dr. Diana memperkenalkan Aplikasi Likari (Lima Kata dalam Satu Hari) sebagai inovasi dalam pembelajaran kosakata bahasa Jepang.
"Bahasa Jepang kini menjadi salah satu bahasa asing yang banyak diminati di Indonesia. Namun, tantangan terbesar dalam pembelajaran bahasa itu masih terletak pada penguasaan kosakata. Aplikasi Likari hadir untuk menjawab kebutuhan itu," ungkap Rektor Universitas Bung Hatta ini.
Aplikasi Likari dikembangkan sebagai media digital pembelajaran kosakata Jepang yang sistematis dan interaktif. Memuat lebih dari 1.500 kosakata dalam 24 tema harian, aplikasi ini dirancang khusus untuk mendukung pembelajaran dan latihan Japanese Language Proficiency Test (JLPT) Level N5 dan N4.
Likari dilengkapi dengan beragam fitur seperti tampilan aksara Jepang, romaji, terjemahan dalam bahasa Inggris, audio pengucapan oleh penutur asli, ilustrasi visual, kuis interaktif, serta fitur statistik pembelajaran, sehingga memungkinkan pengguna belajar secara fleksibel dan menyenangkan.
Menurut Diana Kartika, pemahaman kosakata dalam konteks budaya dapat membantu pembelajar memahami cara berinteraksi dengan penutur asli, mengenali nilai-nilai budaya Jepang, serta mengembangkan strategi komunikasi adaptif dalam situasi interkultural.
"Likari adalah bentuk integrasi teknologi dan pendidikan bahasa. Dari kata-kata, siapa saja bisa membuka jalan untuk melintasi batas dunia. Tidak hanya secara linguistik, tetapi juga secara kultural," tambahnya. (*uby)