Detail Berita

Orasi Ilmiah Dies Natalis UBH, Dr. Putranesia Tekankan Pentingnya Decision Support System untuk Ketahanan Masyarakat
Orasi Ilmiah Dies Natalis UBH, Dr. Putranesia Tekankan Pentingnya Decision Support System untuk Ketahanan Masyarakat

Senin, 19 Mei 2025

Dalam rangkaian peringatan Dies Natalis ke-44 dan Wisuda ke-83 Universitas Bung Hatta, Dr. Putranesia, dosen Teknik Ekonomi Konstruksi Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, menyampaikan orasi ilmiah bertajuk "Peran Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan dalam Meningkatkan Ketahanan Masyarakat menjadi Masyarakat Tangguh Bencana". Acara berlangsung di Bung Hatta Convention Hall, Kampus 1 Ulak Karang, Minggu (18/5).

Di hadapan rektor, pimpinan universitas, wisudawan, serta tamu undangan, Dr. Putranesia mengawali pemaparannya dengan menyampaikan bahwa masyarakat saat ini hidup di tengah risiko bencana yang terus meningkat akibat perubahan iklim, urbanisasi, dan kerentanan infrastruktur.

Menurutnya, bencana tak hanya berdampak pada kerugian materi, tapi juga trauma psikologis dan gangguan ekonomi berkepanjangan.

Lebih lanjut, ia menekankan bahwa ketahanan masyarakat terhadap bencana menjadi prioritas utama dalam strategi pembangunan berkelanjutan. Salah satu elemen penting dalam membangun ketahanan tersebut adalah adanya pengambilan keputusan yang tepat, cepat, dan berbasis data. Inilah yang menjadi peran penting dari Decision Support System (DSS) atau Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan.

Mengutip riset terbaru (Xu et al., 2023), Putranesia menjelaskan bahwa DSS adalah sistem berbasis komputer yang mampu mengolah data kompleks untuk mendukung pengambil keputusan dalam menghadapi situasi semi-terstruktur, seperti kebencanaan. DSS dapat menyederhanakan ketidakpastian dan menghasilkan evaluasi risiko yang lebih tajam.

Dalam konteks kebencanaan, DSS dapat digunakan untuk menganalisis risiko berdasarkan data meteorologi, seismik, hidrologi, dan demografi. Hasil analisis ini dapat digunakan untuk memetakan wilayah rawan dan memprioritaskan upaya mitigasi. Selain itu, DSS juga sangat efektif untuk mendukung sistem peringatan dini dan pengambilan tindakan evakuasi secara tepat waktu.

Putranesia juga menyoroti manfaat DSS dalam perencanaan kontinjensi dan manajemen tanggap darurat. Melalui simulasi skenario bencana, sistem ini dapat menentukan kebutuhan logistik, jalur evakuasi terbaik, serta lokasi pengungsian aman. Saat bencana terjadi, DSS juga berfungsi dalam koordinasi respons cepat, pelacakan korban, hingga alokasi sumber daya secara efisien.

DSS tidak hanya berhenti saat bencana usai, melainkan terus berperan dalam pemulihan pasca-bencana. Sistem ini mampu menilai kerusakan, mengidentifikasi kebutuhan masyarakat, serta memantau efektivitas program rekonstruksi dan rehabilitasi yang dijalankan pemerintah atau lembaga kemanusiaan.

Mengakhiri orasinya, Dr. Putranesia menegaskan bahwa keberhasilan penerapan Decision Support System tidak hanya bergantung pada teknologi, tapi juga pada kolaborasi multipihak. Pemerintah, sektor swasta, LSM, dan masyarakat harus bersinergi dalam mengembangkan dan memanfaatkan sistem ini secara maksimal.

Ia menutup dengan menyampaikan bahwa investasi pada DSS adalah bentuk komitmen terhadap masa depan yang lebih aman.

“Dengan teknologi yang tepat dan kemitraan yang kuat, kita bisa melindungi kehidupan, menjaga mata pencaharian, dan membangun masyarakat yang tangguh terhadap ancaman bencana dan perubahan iklim,” pungkasnya. (*)