Tommy Chandra, Alumni Sastra Inggris Universitas Bung Hatta Berkarir di Bidang Artificial Intelligence di Irlandia
Kamis, 02 Oktober 2025
Tommy Chandra lahir dan besar dalam keluarga yang sangat menekankan pentingnya pendidikan. Tahun 2012, ia memutuskan untuk melanjutkan studi di Universitas Bung Hatta, tepatnya pada Program Studi Sastra Inggris.
Keputusan ini tidak datang begitu saja, melainkan melalui berbagai pertimbangan. Pada saat itu, orang tuanya sedang menjalankan bisnis di Sumatera Barat dan menyarankan Tommy untuk melanjutkan pendidikan di Padang. Selain itu, banyak rekomendasi yang mengatakan bahwa Program Sastra Inggris UBH memiliki standar akademik yang cukup baik dan menghasilkan lulusan yang berkompeten.
Di bangku kuliah, Tommy menemukan lingkungan belajar yang mendukung dan dosen-dosen yang inspiratif. Ia mengenang betul bimbingan para dosen seperti Dr Yusrita Yanti, M.Hum., Prof. Dr. Elfiondri, S.S., M.Hum, Femmy Dahlan, S.S, M.Hum, Dra. Nova Rina, M. Hum., Diana Chitra Hasan, M.Hum, M.Ed, Ph.D serta dosen lainnya.
Menurutnya, mereka tidak hanya sekadar mengajarkan teori, tetapi juga membentuk pola pikir dan nilai kehidupan. Mereka semua memberikan dampak yang baik, bukan hanya dalam akademik, tapi juga dalam cara menghadapi kehidupan dan dunia kerja, ujarnya.
Selain aktif belajar, Tommy juga mengembangkan diri melalui berbagai kegiatan di dalam maupun luar kampus. Ia pernah mengikuti ajang Duta Generasi Berencana BKKBN dan meraih gelar Juara Fotogenik 2015, serta menjadi Juara Harapan 1 Duta Bahasa Sumatera Barat 2015. Tidak hanya itu, ia juga pernah menjadi MC di acara Star Radio Goes to Campus dan bahkan sempat menjadi penyiar radio di Star Radio Padang. Semua pengalaman ini memperkaya kemampuannya dalam berkomunikasi, berjejaring, dan menambah rasa percaya diri.
Setelah menyelesaikan studi pada tahun 2016, Tommy memulai kariernya di Jakarta. Ia bekerja di bidang ritel dan komunikasi, sebuah langkah awal untuk mendapatkan pengalaman profesional. Namun, jauh di dalam dirinya, Tommy menyimpan mimpi besar berkarier di luar negeri.
Keinginan itu bukan sekadar ambisi, melainkan cita-cita yang sudah lama ia bangun. Ia mulai mencari peluang dengan melamar pekerjaan di berbagai perusahaan di Asia Tenggara. Usaha itu berbuah manis ketika ia berhasil mendapatkan pekerjaan pertama di Malaysia. Dari sanalah pintu karier internasionalnya mulai terbuka.
Tidak berhenti di Malaysia, kesempatan lain membawanya ke Bangkok, Thailand. Di sana, Tommy semakin mengasah keterampilan dan memperluas jejaring profesional. Perjalanan panjang itu akhirnya membawanya jauh ke Eropa, tepatnya di Dublin, Irlandia. Saat ini, ia bekerja di bidang teknologi yang tengah berkembang pesat yaitu Artificial Intelligence (AI).
Menjadi seorang profesional di kancah global tentu bukan tanpa tantangan. Tommy mengakui bahwa kesulitan terbesar yang ia hadapi di awal adalah perbedaan budaya dan bahasa. Tahun-tahun pertama di negara baru memang penuh adaptasi. Tapi, dengan waktu, semua bisa dipelajari. Tantangan itu berubah menjadi pelajaran berharga, katanya.
Namun, ada satu hal yang sampai sekarang masih terasa berat, yaitu kerinduan terhadap keluarga di Indonesia serta kesulitan menemukan makanan khas tanah air. Apalagi makanan Minangkabau, tambahnya sambil tersenyum. Meski begitu, kerinduan itu justru menjadi motivasi baginya untuk terus berjuang dan membanggakan keluarga serta almamaternya.
Salah satu momen puncak dalam perjalanan karier Tommy adalah ketika ia bekerja sebagai Account Manager di Thailand. Dalam periode itu, ia berhasil meraih penghargaan No. 1 World Top Performer. Prestasi ini tidak main-main, karena ia bersaing dengan kolega dari berbagai negara, mulai dari Spanyol, Kosta Rika, India, Irlandia, hingga Thailand.
Tommy menjadi satu-satunya orang Indonesia yang mendapatkan posisi tertinggi tersebut, bahkan mempertahankannya selama satu tahun penuh. Itu adalah momen yang sangat membanggakan, bukan hanya untuk diri saya, tapi juga untuk membawa nama Indonesia di panggung internasional, tuturnya.
Dalam refleksinya, Tommy menyebut bahwa banyak mata kuliah di Universitas Bung Hatta yang berdampak dan relevan dengan karier internasionalnya, seperti linguistik, literature, public relation, hingga conversation. Semua itu menjadi bekal penting dalam pekerjaannya yang menuntut kemampuan berkomunikasi dengan rekan dan klien dari latar belakang budaya yang beragam.
Menurutnya, pengalaman kuliah di Universitas Bung Hatta tidak hanya memberikan pengetahuan, tetapi juga membentuk karakter, etos kerja, serta kemampuan beradaptasi.
Kepada mahasiswa yang sedang menempuh pendidikan di Universitas Bung Hatta, Tommy berpesan agar benar-benar memanfaatkan masa kuliah dengan serius. Fokuslah di kelas, karena ilmu yang kalian dapatkan sekarang akan sangat berguna di masa depan. Jangan sia-siakan waktu dan biaya yang sudah kalian investasikan, ungkapnya.
Untuk generasi muda yang bermimpi berkarier di luar negeri, Tommy menekankan tiga hal yaitu membangun koneksi, meningkatkan kemampuan komunikasi serta etika, dan menguasai bahasa asing, terutama bahasa Inggris. Bahasa adalah pintu utama untuk masuk ke dunia internasional. Jangan pernah berhenti belajar dan mengasah kemampuan kalian, pesannya.
Tommy juga menaruh harapan besar terhadap peran alumni Universitas Bung Hatta di masa depan. Meski saat ini jumlah alumni yang bekerja di Eropa masih terbatas, ia optimis semakin banyak yang akan menyusul.
Saya pernah bertemu beberapa alumni Universitas Bung Hatta, terutama dari Sastra Jepang dan Sastra Inggris, yang sudah berkarier di luar negeri. Rasanya bangga sekali bisa membawa nama Universitas Bung Hatta di kancah internasional. Semoga ke depan semakin banyak alumni yang menorehkan prestasi di dunia global, tutupnya dengan penuh optimisme. (*uby)