Detail Berita

Dosen SP2K Universitas Bung Hatta Dampingi Mahasiswa Podomoro University Rancang Konservasi Sea Turtles
Dosen SP2K Universitas Bung Hatta Dampingi Mahasiswa Podomoro University Rancang Konservasi Sea Turtles

Senin, 24 November 2025

**

Dosen Program Studi Magister Sumberdaya Perairan, Pesisir dan Kelautan (SP2K) Universitas Bung Hatta, Dr. Harfiandri Damanhuri, S.Pi., M.Sc., menjadi mitra diskusi bagi mahasiswa Podomoro University dalam penyusunan rancangan kawasan konservasi penyu laut (sea turtles).

Pendampingan ini berawal dari pesan yang dikirim oleh Calvon Gan, mahasiswa semester 7 Program Studi Arsitektur Podomoro University, melalui pesan singkat pada 14 November 2025. Ia meminta kesediaan Dr. Harfiandri menjadi narasumber sekaligus mitra diskusi untuk mendukung penelitian tugas akhir yang sedang ia rancang.

Calvon mengaku mendapatkan referensi nama Dr. Harfiandri dari peneliti BRIN, mengingat rekam jejak akademisi Universitas Bung Hatta tersebut yang telah lebih dari 25 tahun bergiat dalam penelitian bioekologi dan konservasi penyu.

Kolaborasi lintas disiplin ilmu ini berfokus pada tema tugas akhir Calvon mengenai "Potensi Integrasi Upaya Pelestarian dengan Pendekatan Arsitektur dan Perancangan Ruang Edukasif pada Kawasan Konservasi Penyu di Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta.” Ketertarikannya pada dunia alam dan satwa sejak kecil menjadi alasan kuat ia memilih topik konservasi penyu sebagai fokus perancangan arsitektur.

Sebagai peneliti penyu dan kawasan konservasi, Dr. Harfiandri menekankan pentingnya merancang bangunan yang fungsional, ramah lingkungan, serta berlandaskan prinsip bioekologi penyu. Menurutnya, rancangan arsitektur di kawasan konservasi harus mengakomodasi aspek bioekologi, konservasi, edukasi, sekaligus mempertimbangkan mitigasi pengembangan fasilitas di masa depan.

“Bangunan harus mendukung fungsi konservasi dan edukasi tanpa mengganggu habitat penyu. Pendekatan green building sangat penting agar rancangan tetap selaras dengan lingkungan,” ujar Dr. Harfiandri.

Diskusi akademik nonformal tersebut berlangsung secara daring antara Padang dan Jakarta selama dua sesi sepanjang 3–4 jam.

Di akhir diskusi, Calvon menyampaikan harapannya agar komunikasi dapat terus berlanjut sebagai ruang belajar mengenai konservasi penyu dan penerapan arsitektur ramah lingkungan dalam konteks pembangunan berkelanjutan.

"Hasil penelitian lintas bidang ini diharapkan menjadi masukan bagi pengelola dan pemerintah daerah dalam pengembangan kawasan konservasi penyu di Kulon Progo. Selain itu, kajian ini berpotensi menjadi model perancangan kawasan konservasi serupa di daerah lain," tutup Dr. Harfiandri. (*hd/uby)