Kamis, 18 April 2024
PERSENYAWAKAN NILAI – NILAI KEBUNGHATAAN DAN NILAI NILAI KEMINANGKABAUAN
PERSENYAWAKAN NILAI – NILAI KEBUNGHATAAN DAN NILAI NILAI KEMINANGKABAUANDr. Drs. M. Sayuti Dt. Rajo Pangulu, M.Pd.
Ketua Pujian ABSSBK HAM/ Dosen Univ. Bung Hatta
Pusat Kajian Adat Basandi Syarak Syarak Basandi KitabuLlah Hukum Adat Minangkabau yang disingkat PUJIAN ABSSBK HAM kembali mengamati dan mengkaji bagaimanakah mensenyawakan nilai – nilai Kebunghataan dan nilai – nilai Keminangkabauan?
Prof. Dr. Diana Kartika menyampaikan sederetan prestasi Universitas Bung Hatta baik yang diberikan oleh Lembaga dalam negeri atau Lembaga dari luar negeri.
Yang menarik pidato Rektor disampaikan oleh para puna bakti Bung Hatta kebetulan diundang waktu acara halal bihalal keluarga besar Universitas Bung Hatta, selasa, 16 / 4/24 di lapangan indah medan nan bapaneh tepi laut belakang kampus 1 Univ Bung Hatta, Ulak Karang Padang.
Dihadiri oleh seluruh dosen dan tendik. Mereka mengatakan sudah 43 tahun berdiri Bung Hatta baru kali ini semua pimpinan, dosen, dan karyawan Bung Hatta yang sudah pensiun diundang acara halal bihalan.
Ini suatu terobosan baru oleh Rektor baru dalam rangka menanamkan nilai – nilai Kebunghattan kepada keluarga besar Universitas Bung Hatta. Mohammad Hatta selalu memberikan sumbangsih pemikirannya dalam banyak hal.
Mulai dari dasar negara, konsep NKRI, proklamasi, hingga gagasan tentang ekonomi kerakyatan. Tak heran apabila negarawan asal Bukttinggi ini didapuk sebagai Wakil Presiden pertama Republik Indonesia. Sebagai generasi penerus, sudah sepatutnya kita meneladani Bung Hatta. Berikut ini adalah lima nilai semangat Mohammad Hatta yang perlu kita tiru:
Pertama, Jiwa Solidaritas dan Kesetiakawanan.
Solidaritas adalah simpati untuk kepentingan bersama yang dilandasi oleh rasa kesetiakawanan. Bung Hatta bahu membahu memperjuangkan kemerdekaan bersama seluruh lapisan masyarakat;
Kedua, Pro Patria dan Primus Patrialis.
Artinya Bung Hatta selalu mencintai dan mendahulukan kepentingan Tanah Air. Beliau pernah diasingkan ke Boven Digul karena dianggap membangkan terhadap pemerintah kolonial. Meski demikian, Bung Hatta tidak gentar. Bahkan, Bung Hatta berikrar tidak akan menikah sebelum Indonesia merdeka. Bung Hatta menepati janjinya. Beliau menikah pada 18 November 1945;
Ketiga, Jiwa Toleransi atau Tenggang Rasa.Toleransi merupakan sikap tenggang rasa antarumat beragama, suku, golongan, dan bangsa.
Ini tercermin dari sikap Bung Hatta yang menghargai kultur orang lain meskipun ia tidak ikut ambil bagian dalam kultur tersebut. “Banyak kesaksian kawan-kawannya maupun penuturan ia sendiri dalam memoir-nya, betapa Hatta sangat asketik, tidak mau tergoda dengan beberapa kultur Barat yang dianggapnya bertentangan dengan nilai-nilai Islam.
Meskipun demikian, Hatta amat menghargai kultur orang lain itu meskipun ia sendiri tidak ikut ambil bagian atau larut di dalamnya,” tulis Zed dalam buku Cara Baik Bung Hatta;
Keempat, Jiwa Tanpa Pamrih dan Bertanggung Jawab. Hatta berjuang semata-mata agar negeri tercintanya lepas dari cengkeraman penjajah.
Ia tidak memiliki maksud untuk menguntungkan diri sendiri. Ia paham dan siap terhadap semua konsekuensi dari jalan politik yang ia tempuh. Saat itu, berani melawan kolonialisme artinya siap untuk hidup menderita;
Kelima, Jiwa Ksatria. Bung Hatta memiliki jiwa ksatria, yakni kebesaran hati yang tidak mengandung balas dendam.
Seseorang yang berjiwa ksatria berani membela kebenaran dan melawan kejahatan. Pidato Rektor gayung bersambut kata berjawab oleh Ketua Badan Pengurus Yayasan Pendidikan Bung Hatta Dr.Boy Yendra Tamin, S.H.,M.H. Ketua Badan Pengurus Yayasan Pendidikan Bung Hatta menambahkan, “bahwa nilai – nilai Kebunghataan itu identik dengan nilai – nilai Keminangkabauan.
Nilai – nilai yang sangat dominan pada diri Bung Hatta terlihat antara lain: Religius, Disiplin, Jujur, dan Sopan. Latar belakang nilai – nilai yang melekat pada Bung Hatta tidak terlepas dari nilai – nilai Keminangkabauan. Sebab orang Minang juga mempunyai nilai – nilai religius, nilai – nilai disiplin, nilai – nilai kejujuran, dan nilai – nilai kesopanan.
Lebih lanjut dipertanyakannya, bagaimakah kita menanamkan nilai – nilai baik itu kepada generasi muda wabil khusus kepada mahasiswa Bung Hatta”. Berdasarkan temuan penelitian ternyata ditemukan 18 nilai-nilai karakter yang terdapat pada Pahlawan Mohammad Hatta yaitu nilai karakter Religius, Jujur, Toleransi, Disiplin, Kerja keras, Kreatif, Mandiri, Demokratis, Rasa ingin tahu, Semangat kebangsaan, Cinta tanah Air, Menghargai prestasi, Bersahabat/Komunitif, Cinta damai, Gemar membaca, Peduli lingkungan, Peduli sosial, Tanggung jawab.
Namun Nilai karakter yang paling dominan yaitu Religius tergambar dari sikap dan perilaku Hatta yang mendekatkan diri pada Allah, serta patuh pada perintah Agamanya. Semangat Kebangsaan terlihat dari perjuangan pantang menyerah melawan kolonialisme dan imperialisme yang menyengsarakan bangsanya, Indonesia yang terjajah.
Gemar Membaca terlihat dari wawasan membacanya yang luas dan mempunyai buku terbanyak dari mahasiswa Indonesia yang sekolah di Belanda. Ia memiliki 16 peti besi buku selama sekolah di Belanda. Kerja Keras terlihat dari usahanya untuk mewujudkan tujuannya yaitu Indonesia Merdeka dengan mengikuti pertemuan-pertemuan.
Demokratis terlihat dari hasil pemikirannya yang selalu memperjuangan nasib rakyat Indonesia. Ia lebih berpihak pada masyarakat dari pada sekelompok yang berkuasa karena persamaan hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain. Inilah nilai-nilai karakter yang dimiliki Pahlawan Mohammad Hatta.
Penulis mengusulkan agar Rektor membentuk tim percepatan penanaman nilai nilai Kebunghattaan yang disenyawakan dengan nilai – nilai Keminangkabauan. Sehingga tidak saja mahasiswa yang diberikan nilai – nilai tersebut juga dosen, tendik dan masyarakat luas.
Dasar penulis mengusulkan ini adalah karena membaca gagasan yang mulia dari ketua Badan Pengurus Yayasan Pendidikan Bung Hatta, Dr, Boy Yendra Tamin, S.H.,M.H. Semoga mimpi bersama di malam hari menjadi kenyataan di siang hari, Aamiin Yarabbul ‘alamain.